Mohon tunggu...
Bryna
Bryna Mohon Tunggu... Tutor - Peminat sejarah dan budaya

Senang menulis tentang sejarah, seni, dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Suleyman: Kisah Peziarah (3)

31 Desember 2023   17:16 Diperbarui: 31 Desember 2023   17:21 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami dalam perjalanan, semua menikmati posisinya. Benedict menyapaku dan menyuruhku agar segera istirahat, tetapi aku masih ingin menikmati ombak-ombak kecil ini. Dari posisiku sekarang yang terlihat hanyalah lautan biru muda cerah, indah sekali sampai-sampai aku membuat  beberapa puisi cinta disini walaupun aku tak pernah mendapatkan cinta sama sekali. Hidup ku penuh dengan petualangan, sejak kecil aku sudah berlayar ke sana kemari bersama pekerja-pekerja kasar seperti mereka yang di pekerjakan Benedict tadi, bila ingat masa-masa itu aku ingin sekali tertawa dan menangis. Saat itu hidupku susah. Sampai sekarang juga susah.

Beberapa minggu sudah kami lewati, aku sangat kecewa Orhan yang sok terlihat Islam malah sering mabuk-mabukan bersama para pengawalnya. Memang pada dasarnya dia cuma pecundang yang kaya,mungkin saja bila aku bertemu dengannya dia akan membawa penari arab untuk memuaskan hasratnya.

Tiba tiba langit berawan,dan cuaca mulai terlihat gelap. Hujan turun, tidak biasanya pada musim seperti ini turun. Entah kenapa perasaanku tidak enak,tetapi aku tidak mau masuk ke dalam untuk berteduh, yang lain juga begitu, mereka juga terlihat aneh akan keadaan seperti ini.

Gemuruh hujan merebak. Ombak-Ombak berputar, matahari tak terlihat sinarnya. Gelap,a ku tak bisa melihat. Bulu kuduk merinding, kami ketakutan. Roh seperti ditarik. Kapal kami terombang-ambik tak tentu arah. Habis lah kami.

Dark Sea (Sumber:www.kooness.com)
Dark Sea (Sumber:www.kooness.com)

Buih-buih dari lautan muncul. Air menggumpal naik melewati angan-angan kami. Ada apa disana? Apa itu monser seperti yang pernah dikatakan para pedagang Cina? Oh,Tuhan, cuma ketakutan yang menempel di wajah kami. Harapan-Harapanku pergi tak tahu ke mana.

Laut membelah, terlihat sosok hitam yang tidak pernah aku, yang bahkan seorang pengelana pun, tidak pernah melihatnya. Aku, yang telah melihat berbagai macam bentuk manusia, Jawa, Mongol, Jepang, Cina, rambut kuning, rambut merah, tapi tidak tahu makluk apa itu. itu bukan naga seperti yang diceritakan pedagang Cina. Bukan Paus raksasa seperti yang menelan Nabi Yunus. Bukan monster-monster yang diceritakan Herodotus. 

Habislah, habislah kami.

"Ya  Allah selamatkan aku!!!" Orhan berteriak dengan kencangnya

Yang kulakukan hanyalah melihat makhluk tersebut. Ternyata masih banyak misteri yang tidak ketahui manusia. Sungguh Tuhan maha pencipta segalanya.

Ini adalah akhir bagi kami. Aku mungkin pada akhirnya tidak akan pernah menginjakkan kaki ke tanah suci Yerusalem. Tanah di mana Nabi naik ke langit. Tanah di mana Nuh dan Sulaiman menjadi Raja. Tanah yang dahulu ditempati oleh bangsanya Jalut. Tanah yang dahulu ditempati bangsa Romawi dan Yunani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun