Penulis:
- Citra Resmi Rahayu
- Nida Febriani
- Siti Nuraliah
Sejarah dan Pengertian Tari Saman
Tari saman adalah tari rakyat yang berkembang pada masyarakat suku gayo, yakni salah satu etnik yang terdapat di wilayah Aceh. Etnik Gayo mendiami beberapa wilayah daerah Aceh, seperti daerah Kabupaten Aceh Tenggara, khususnya daerah Blangkejeren, yang lazim disebut Gayo Lues, kabupaten Aceh Timur, khususnya kecamatan Lokop, yang lazim disebut Gayo Lut, akan tetapi tari Saman lebih merakyat dan berkembang di Kabupaten Gayo Lues dengan suku Gayo yang dominan menjadi penduduknya.
Tari saman dapat digolongkan kedalam jenis tari hiburan, untuk merayakan suatu upacara yang bersifat keramaian. Biasanya tari saman diadakan pada acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Perayaan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, perayaan pesta perkawinan, sunatan rosul, atau penabalan anak, menyambut tamu kenegaraan. Selain perayaan di atas, tari saman juga sering dipertunjukan pada saat melepas panen padi, pesta perkawinan, sebagai ungkapan kegembiraan, maka desa tersebut akan mengundang grup dari desa atau kampung lain untuk menari saman bersama-sama.
Tari Saman mengutamakan gerakan tangan dalam berbagai motif gerak. Meskipun terjadi gerakan pengulangan dari motif gerak yang sama, tetapi dilakukan dengan kecepatan yang berbeda. Setiap motif gerakan tari Saman, selalu diiringi dengan syair lagu yang dinyanyikan langsung oleh para penari. Tari Saman adalah tari yang dibawakan oleh penari laki-laki karena pada zaman dahulu, wanita dianggap tabu untuk menari.
Tari Saman mencerminkan kontinuitas dan perubahan budaya Aceh, dalam rangka memberdayakan kesenian. Melalui tari Saman dapat dilihat perubahan dan kontinuitasnya. Sejarah munculnya Saman adalah selaras dengan masuknya Islam di Aceh ini abad ke-13. Kemudian menjadi media dakwah dalam penyebaran agama Islam di masa kerajaan Islam pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai yang dipimpin Raja Islam pertama yaitu Sultan Malikul Saleh di daerah Pasai (Pase, Aceh Utara).Â
Saman ini kemudian berkembang menjadi suatu kesenian yang mempunyai fungsi sosial budaya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kesenian ini merupakan hasil akulturasi budaya Islam yang masuk ke daerah Aceh sekitar abad ke-13, yang dibawa oleh para ulama dan saudagar Islam dari Timur Tengah melalui jalur perdagangan dunia yang melintasi Asia tengah dan selatan seperti Pakistan, India dan sebagainya.
Tari saman merupakan salah satu kesenian tradisi masyarakat suku Gayo yang menjadi milik masyarakat Aceh secara keseluruhan, tanpa diketahui secara pasti siapa penggagasnya, karena ada beberapa suku selain suku gayo yang 15 menganggap bahwa daerah mereka adalah asal tari Saman, Tari Saman banyak memiliki keunikan dan ciri khas yang dapat dilihat baik dari sisi tari secara utuh, maupun dari sisi sosio-budaya masyarakat yang menempatkan tari Saman berbeda dengan tari-tari lainnya.Â
Sebagai tarian tradisional, tari Saman merupakan bentuk ungkapan kehendak atau keyakinan untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai dengan fungsi dan tujuan kenapa tari itu digunakan. Pertunjukan tari Saman pada awalnya digunakan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan, adat, yang dilakukan oleh masyarakat suku Gayo. Mereka menempatkan tari Saman ini menjadi bagian dan media untuk penyampai maksud dan tujuan yang diinginkan.
Tari Saman ditarikan oleh penari laki-laki berjumlah 7 sampai 15 orang bahkan kadang-kadang jumlah penari bisa lebih dari 15 orang sesuai dengan kebutuhan pementasan. Jumlah penari yang cukup banyak dengan posisi penari duduk sejajar menjadi salah satu ciri dari tari Saman, yang juga merupakan simbol dari aturan di dalam ajaran Islam. Dikarenakan semakin banyak penari maka akan semakin semaraklah tari yang dilakukan dan semakin menarik.Â
Gerak-gerak yang dilakukan sangat dinamis dan atraktif, mengutamakan keterampilan dari para penari dengan ciri khas gerak henjutan badan, gelengan kepala mengikuti badan, dan gerakan tangan, serta posisi penari sejajar, duduk bersimpuh dengan tangan saling berdempetan antara satu penari dengan penari lainnya.
Pada perkembangan selanjutnya, tari Saman tidak hanya ditarikan oleh penari laki-laki saja, tetapi penari wanita juga sudah ikut menarikan tarian ini dengan membuat kelompok sendiri dimana penarinya semua adalah wanita. Kreativitas seniman juga mempengaruhi dari perkembangan tari Saman dengan memasukkan tari Aceh lain ke dalam satu garapan baru yang memunculkan tari Saman Garapan Baru. Kemunculan karya-karya baru dari tari saman, tidak dapat dihilangkan dari tersebarnya masyarakat Aceh ke daerah lain melalui urbanisasi dengan berbagai alasan, sehingga tari Saman semakin dikenal di masyarakat luas.
Majunya zaman dan pesatnya perkembangan teknologi, serta adanya globalisasi di segala bidang, juga menjadi salah satu penyebab lainnya terjadi perubahan dalam penyajian tari Saman. Saat ini penyajian tari Saman tidak hanya ditarikan untuk upacara keagamaan saja, melainkan sudah ditarikan untuk tujuan-tujuan yang lain, seperti hiburan, dan pertunjukan yang membutuhkan konsentrasi dalam menciptakan dan melihatnya, serta memerlukan kesiapan dalam pertunjukannya.Â
Perkembangan dan perubahan yang terjadi pada tari Saman tidak hanya dari segi fungsinya saja, tetapi dengan terjadinya perubahan fungsi, maka terjadi pula perubahan bentuk penyajian. Perubahan yang terjadi pada bentuk penyajian dapat dilihat dari pola penggarapan, yang dapat dikaji dari sisi gerak, pola lantai, busana, tema, makna tari, property, tempat pertunjukan, termasuk rukun dalam urutan penyajian tari Saman.
Terjadinya perubahan dalam pertunjukan tari Saman, disambut baik oleh semua pihak seperti, para seniman, pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat Aceh sendiri termasuk suku Gayo. Semua pihak ikut terlibat dengan ikut aktif dalam menyemarakkan setiap event yang dilaksanakan baik oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat, maupun yang dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah dan nonpemerintah. Selain itu perubahan fungsi dan bentuk penyajian ini menjadikan perbendaharaan tari-tarian yang ada pada masyarakat suku gayo semakin beragam pula.Â
Hal ini dimungkinkan dengan adanya permintaan masyarakat pengguna, yang mengakibatkan munculnya kreativitas seniman untuk lebih banyak menciptakan bentuk tari baru sebagai jawaban atas permintaan tersebut. Namun hal ini bukanlah menjadi salah satu faktor utama terjadinya perkembangan dalam tari saman. Kemungkinan terjadinya perubahan ini bisa terjadi dari aspek mana saja, bisa dilihat dari kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, tentang kemajuan tari-tari dari negara sendiri maupun dari negara lain.Â
Bisa pula dilihat dengan terbukanya pemahaman masyarakat akan seni, selain itu kebutuhan akan seni juga menjadi tuntutan bagi masyarakat yang berkecukupan, selain tujuan penyajian seni sebagai pewarisan, pelestarian, dan pengembangan budaya tradisi. Hal ini yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam penyajian tari saman, yang mengakibatkan semakin terkenalnya tari ini dan menjadi ikon bagi seni tari di provinsi Aceh.
Banyak sumber yang menyatakan tentang tari Saman, walaupun kesahihan nya masih diperdebatkan hingga sekarang, terutama dari pemilik kesenian Saman ini. Dilihat dari segi kesejarahan Saman, berdasarkan dari beberapa sumber tertulis maupun wawancara dengan narasumber, arti kata Saman dalam bahasa Indonesia adalah tari, dan menari dikatakan dengan meusaman.Â
Saman pada masyarakat Aceh umumnya merupakan bentuk-bentuk tari tradisional yang dilakukan dengan posisi duduk dengan membuat pola garis (pola bersaf) dengan duduk saling berdempetan seperti, "ratib meusekat" di Aceh Barat, "meusekat" di Aceh Tenggara, "likok pulo" di Aceh Besar, "ratoeh doek" (tari duduk) yang kesemuanya terkait dengan masuk dan berkembangnya Agama Islam.Â
Tari-tari tradisional Aceh ini, mengutamakan gerak asek atau teleng (geleng kepala ke kanan dan kiri) yang merupakan perwujudan dari dzikir setelah melaksanakan sholat), gerak doa, dan gerak kepasrahan (menepuk dada) dari manusia terhadap sang khalik. Pemahaman ini "diamini" oleh masyarakat Aceh secara umum, dan yang dikenal secara luas, dengan menunjuk pola garis dan pola duduk sebagai ciri dari tari-tari tradisi Aceh. Sementara itu untuk menjelaskan tari Saman yang menjadi kajian ini, maka disebut dengan Saman Gayo, yang berciri ditarikan oleh laki-laki, berjumlah ganjil, mengenakan pakaian tenunan Kerawang Gayo.
Makna Filosofi Tari Saman
Tari saman sebagai perwujudan nilai-nilai islam, memiliki berbagai fungsi dan makna yang tidak terlepas dari sistem nilai budaya yang berlaku pada masyarakat Aceh khususnya suku Gayo. Dalam bentuk penyajiannya, tari saman juga memiliki struktur komposisi yang diwujudkan melalui makna atau sebuah pesan yang disampaikan baik melalui verbal maupun nonverbal sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat setempat.
Tari ini melambangkan tingginya pendidikan, sopan santun, kekompakan, kebersamaan, serta kepahlawanan masyarakat Aceh yang Religius. Disini terdapat pesan dakwah yang disampaikan pada setiap syair pun mempunyai nilai tersendiri. Nasehat dengan makna yang begitu mendalam dan bersifat kental dalam syair lagu tari saman ini.
Pesan verbal dari syair yang disampaikan ialah agar masyarakat lebih mengenal dan memahami tentang tari saman, bukan hanya sekedar menonton saja tetapi pesan yang terdapat di dalam syair tersebut sangat bermakna, karena menceritakan tentang dakwah yaitu ketauhidan dan mengajarkan kita tata cara dalam berkehidupan yang bersyariat juga terdapat pesan moral.
Pesan nonverbal juga terdapat pada simbol atau gerakan dalam bentuk penyajian tari saman adalah berupa gerak, sya'ir, kostum, dan pola lantai adalah sebagai penyampaian pesan dakwah Islam lewat media seni tari yang dapat dilihat sebagai nilai simbol yang Islami, seperti:
- Duduk bersaf yang simbolnya melambangkan bentuk duduk dalam shalat
- Kertek jari yang melambangkan simbol dalam bentuk keceriaan
- Surang-saring yang bersimbol seperti dalam bentuk zikir
- Pengapit yang simbolnya bermakna bentuk pendamping yang artinya dalam kehidupan kita bahwasanya kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain
- Tepuk dada yang artinya bermakna simbol dalam bentuk patriot, kemuliaan, dan sebagai bentuk kepasrahan kepada sang khalik
- Gerak lambat atau cepat, berhenti ini bermakna sebuah simbol dalam bentuk proses kehidupan masyarakat lahir jalannya kehidupan dan kematian.
Fungsi Tari Saman
Saman adalah bagian dari budaya masyarakat Gayo yang berfungsi sebagai media komunikasi, ajang silaturahmi, dan sebagai hiburan. Umumnya Saman dilakukan di bale saman atau di lapangan kampung yang ditampilkan pada hari-hari besar seperti upacara perkawinan, hari raya dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis-jenis saman, diantaranya adalah:
- Saman Jejunten, yaitu saman yang dilakukan malam hari dengan duduk di atas pohon kelapa yang ditebang.
- Saman Njik, yaitu saman yang dilakukan pada waktu istirahat pada kegiatan menggirik padi.
- Saman Ngerje (Umah Sara), saman yang dilakukan oleh pemuda pada acara pesta perkawinan.
- Bejamu Besaman, yaitu saman yang dilakukan dengan mengundang grup saman dari kampung lain. Bejamu Besaman dilakukan dengan dua cara, yang pertama Saman Sara Ingi (Saman satu malam) yaitu saman yang dilakukan semalam suntuk. Saman ini dilakukan pada hari besar keagamaan (Aidul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kedua, Saman Roa Lo Roa Ingi (Saman dua hari dua malam), saman ini dilakukan secara terus menerus.
- Saman Bale Asam adalah saman yang dilaksanakan pada siang hari dalam rangka peringatan hari besar. Saman ini dilaksanakan secara bersama-sama di sebuah lapangan dan setiap grup bebas memilih lawannya. Biasanya panitia acara akan mengundang grup saman dari berbagai kampung untuk bertemu dan bertanding.
Makna dan fungsi tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Zaman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton Syair-syair yang dilantunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah. Namun dewasa ini, fungsi tarian Saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.
Tari saman juga menjadi magnet yang mendatangkan wisatawan ke Aceh. Bahkan kepopuleran tari saman di luar negeri mengalahkan tarian tradisional lain dari Indonesia. Melalui tari saman pula pakaian adat Aceh dapat dikenalkan ke masyarakat luas. Sebab dalam penampilannya, para penari saman selalu mengenakan pakaian adat tersebut.
Pementasan Tari Saman
Perkembangan dan perubahan yang terjadi pada tari Saman tidak hanya dari segi fungsinya saja, tetapi dengan terjadinya perubahan fungsi, maka terjadi pula perubahan bentuk penyajian. Perubahan yang terjadi pada bentuk penyajian dapat dilihat dari pola penggarapan, yang dapat dikaji dari sisi gerak, pola lantai, busana, tema, makna tari, property, tempat pertunjukan, termasuk rukun dalam urutan penyajian tari Saman.
Sebelum tarian saman dilakukan, terlebih dahulu tampil seorang pemuka adat yang memberikan mukadimah atau pembukaan. Pemuka adat tersebut merupakan perwakilan masyarakat setempat yang akan menyampaikan nasihat baik kepada pemain dan penonton.
Selanjutnya tarian akan ditampilkan dan dipandu oleh seorang pemimpin yang disebut "syekh". Tarian ini dikemas dengan paduan suara dan tepuk tangan dari para penari tanpa iringan musik. Biasanya tari saman dilakukan oleh 10 orang atau lebih dengan komposisi 8 orang penari dan 2 orang pemimpin.
Tarian Saman ini terdiri dari Keketer, Rengum, Salam, Gerakan Tari, Ulu Ni Lagu, Anak ni Lagu, Saur, Syair, Guncang dan Penutup. Di dalam syair Saman banyak terdapat sisipan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Pada galibnya sebelum tarian Saman dimulai, sebagai mukadimah terlebih dulu seorang tua mewakili masyarakat setempat di mana tarian Saman diadakan, memberi sepatah kata (keketar) yang ditujukan kepada pemain dan penonton. Keketar adalah pidato yang diucapkan oleh seorang tokoh masyarakat atau pemuka adat yang memberikan nasehat kepada pemain Saman dan penonton.
Dalam tarian Saman terdapat Rengum yaitu mukaddimah yang berupa tiruan bunyi yang diucapkan bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan Salam yang diucapkan oleh salah seorang pemain (penangkat/ Syech). Setelah itu disebut Ulu Ni Lagu atau permulaan tari. Tahap selanjutnya adalah lagu dan gerakan-gerakan tari. Selanjutnya disebut Anak Ni Lagu adalah gerak tangan yang ringkas dan pendek yang berisi syair yang terdiri dari Saur dan redet. Begitu lagu dinyanyikan pemain membuat Saur lalu disaurkan bersama-sama.Â
Beberapa kali saur diselingi syech menyanyi melengking, dua atau tiga kali lalu naik atau berdiri di atas lutut dan dari syekh itulah diberi isyarat lalu disambung dengan Guncang. Guncang ini dilakukan dengan berdiri di atas lutut. Apabila duduk bersimpuh dengan adegan yang sangat cepat sekali dinamakan gerutup. Gerutup dilakukan pada posisi duduk. Dalam satu lagu, hal demikian terus dilakukan berkali-kali yang kemudian berubah berpindah dengan irama atau lagu lain. Dalam penutupan tarian biasanya dilakukan surang-saring atau dengan melakukan tepuk tangan dengan nyanyian bersama disertai saur hingga pertunjukan berakhir.
Keunikan dan Ciri Khas Tari Saman
Â
Pada umumnya semua tarian memiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing, begitu juga dengan tari Saman. Berbeda dengan tarian pada umumnya tari Saman tidak menggunakan iringan musik didalamnya, suara yang terdapat dalam tari ini dihasilkan dari tepukan tangan, dada dan paha juga paduan suara para penarinya. Gerakan dalam tarian Saman yang unik ini masih terbilang sederhana, namun para penarinya memerlukan konsentrasi dan fokus yang ekstra agar dapat menampilkan tarian yang kompak dan harmonis.Â
Gerakan pada tarian Saman ini menerapkan tempo yang berbeda-beda, mulai dari gerakan lambat hingga cepat. Uniknya meskipun tanpa menggerakan seluruh anggota badan seperti tarian pada umumnya tarian ini tetap mampu membuat seluruh penonton terpukau.
Untuk menampilkan tarian ini semua penari harus menghafalkan syair lagu yang dinyanyikan sebagai iringan tarinya. Lagu yang dinyanyikan dalam tarian ini bukanlah lagu sembarangan, syair yang dinyanyikan berisi tentang ajaran Islam. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dalam menyampaikan dakwah dan mudah dipahami. Keunikan lainnya terdapat pada prosesi sebelum tarian dimulai, seorang perwakilan dari masyarakat (pemuka adat) akan memberikan pembukaan, selanjutnya tari akan dipandu oleh seorang "Syekh" yang berperan sebagai pemimpin tarian.
Tarian Saman juga sangat kental dengan unsur tradisionalnya yang tersirat dari kombinasi antara gerak dan syair lagu yang sarat makna. Pada awalnya, penampilan tari Saman hanya dilakukan oleh pria saja karena adanya larangan menari bagi para wanita. Namun setelah adanya kesetaraan gender maka wanita juga diperbolehkan untuk ikut menarikan tarian ini.
Diperlukan sekitar 7-15 orang atau bahkan sebanyak banyaknya orang untuk menampilkan tarian ini, Jika pada tarian tradisional lainnya dilakukan dengan berdiri dan melenggak-lenggokkan badan dengan gemulai, maka pada tari Saman dilakukan secara berbaris sejajar dengan posisi duduk. Tarian ini menggunakan 2 unsur gerak dasar berupa tepukan tangan dan tepukan tangan di dada. Gerakan tepukan tangan dan tepukan di dada ini diduga berasal dari inisiatif Syekh Saman.
Gerakan tangan dilakukan sesuai dengan lantunan irama lagu yang dikumandangkan oleh para penarinya seperti paduan suara yang merdu. Bentuk gerakan yang tercipta dari tarian tradisional yang satu ini juga sangat atraktif dan dinamis. Ciri khas yang ditemukan dari tarian ini yaitu gerakan henjutan badan, gerakan menggelengkan kepala selaras dengan gerakan badan, dan gerakan tangan saling berdempetan antara satu penari dengan penari lainnya dalam posisi duduk bersimpuh. Karena ditarikan dalam posisi duduk, tarian Saman tergolong dalam jenis kesenian tari duduk (ratoh duk).
Posisi duduk berlutut dengan kedua telapak kaki menopang berat tubuh ini berkaitan erat dengan budaya dan ajaran Islam. Pola ruang yang digunakan dalam tarian ini juga terbatas pada level atau ketinggian posisi badan. Posisi badan ini dimulai dari level terendah dengan posisi membungkuk ke depan (tungkuk) dan miring ke belakang hingga 60 atau biasa disebut langat. Untuk level tertinggi dilakukan dengan posisi duduk berlutut berubah ke posisi di atas lutut atau dalam bahasa Gayo disebut dengan berlembuku. Pada beberapa bagian gerakan juga disertai dengan singkeh atau gerakan miring ke kiri atau ke kanan.
Keunikan yang selanjutnya terdapat pada kostum dan juga tata rias sebagai elemen pendukung. Riasan yang digunakan oleh para penari Saman tidak terlalu tebal dan mencolok, biasanya para penari hanya menggunakan bedak dan kosmetik sederhana lainnya. Kostum yang digunakan oleh para penari Saman juga memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan tertentu yang terkandung dalam tarian yang ditampilkan. Pemilihan warna kostum juga mengandung makna filosofis tertentu yang menggambarkan kekompakan, keberanian, keperkasaan dan kebijaksanaan.
Â
Perjalanan Tari Saman Hingga dikenal Oleh Dunia
Â
Tari Saman mulai populer di Aceh (di luar suku Gayo) pada tahun 1972 yaitu pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-2. Lalu Tari Saman dari Aceh Tenggara pertama sekali diundang ke Jakarta tahun 1974 saat peresmian Taman Mini Indonesia Indah. Berikutnya tahun 1975 tari Saman diundang kembali ke Jakarta dalam rangka peringatan hari ulang tahun ke-30 RI. Tahun 1977 tari Saman kembali menjadi wakil Aceh dalam Festival Tari Rakyat I di Jakarta dan tahun berikutnya 1978 menjadi wakil Aceh mengikuti Festival Jakarta.
Sejak tahun 1974, tari Saman sudah dikenal luas di Jakarta dan juga pernah tampil di Istana Negara saat tamu negara datang yakni Presiden Ersyad dari Bangladesh dan Raja Husein dari Yordania 1986. Selain itu, Saman Pemda juga pernah mengikuti kegiatan KIAS ke-1 di Amerika 1990 dengan tampil di tiga negara bagian, dan KIAS ke-2 dengan tampil di delapan negara bagian. Tari Saman Pemda ini juga pernah diundang ke Spanyol acara Ekspo Kesenian sedunia, kemudian ke Malaysia, ke Australia, dan terakhir mereka diundang ke Jerman.
Tari Saman juga selalu ikut dalam Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III tahun 1988, PKA IV tahun 2004, PKA V 2009, dan PKA VI tahun 2013. Tari saman menerima penghargaan sebagai "Absolute World Champion of Folklore 2014" dalam ajang "IV World Championship of Folklore 2014" di Bulgaria.Â
Mahasiswa UI sebagai wakil dari Indonesia juga berhasil meraih prestasi di ajang kompetisi seni dan budaya di kancah dunia dengan perolehan Juara Grandprix (Juara Umum) atas pertunjukan Tarian Tradisional Saman di ajang The 7th World Championship of Folklore yang berlangsung pada 17 - 27 Agustus 2017 di Bulgaria. Tahun 2018 Tari Saman kembali membuat kagum penonton dalam negeri maupun luar negeri dalam acara Opening Ceremony Asean Games yang diadakan di Stadion Gelora Bung Karno.
Tari Saman telah ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011. Dan kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga dengan kesenian yang kita miliki. Karena itu adalah warisan yang harus kita jaga dan lestarikan agar tidak punah.
Â
Karena tari Saman sudah sangat fenomenal dan mendunia, tak sedikit para publik figur baik dari dalam negeri maupun luar negeri tertarik untuk belajar tarian ini, contohnya NCT 127 yang pernah mencoba belajar tarian ini di tahun september 2019 lalu, dalam video yang diunggah oleh akun youtube NCT Daily menampilkan keseruan dan ketertarikan para member dalam mempelajari tarian tradisional tersebut. Selain itu, para member terlihat sangat terhibur dan senang saat belajar tarian hal ini. Melalui momen ini secara tidak langsung membuat tarian asal Indonesia ini semakin dikenal para penonton di seluruh belahan dunia.
Referensi
Dewi, R. S. (2012). Keanekaragaman Seni Tari Nusantara. PT Balai Pustaka (Persero). ISBN 978-602-260-913-1.
Heniwaty, Y. (2015). TARI SAMAN PADA MASYARAKAT ACEH: IDENTITAS DAN AKTUALISASI.
Juani, I. (2014). Saman di Aceh. Balai Pelestarian dan Nilai Budaya Aceh. ISBN 978-602-9457-47-6.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). SAMAN [online] diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/saman/.
Mawar, E. A. L. T. O. (2018, October). TARI SAMAN WUJUD WARISAN DAN UNSUR KEKUATAN BUDAYA INDONESIA YANG MENDUNIA. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 2, No. 2).
Prasetyo, B. K. (2022, March 5). 6 Keunikan Tari Saman, Tarian Khas Aceh | Juara 1 Dunia! Bergaya.ID. Retrieved January 4, 2023, from https://bergaya.id/tari-saman/.
Saputra, H. (2019). MAKNA PESAN VERBAL DAN NON-VERBAL YANG TERKANDUNG DALAM TARI SAMAN (Suatu Penelitian Pada Group Tari Saman Gayo Sanggar Seni Seulaweut). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 4(4).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H