“kehormatan itu adalah kemasyhuran. Sukses, karya raya dan hidup senang.Kehormatan diartikan apabila orang menuruti semua kata-katamu, terpesona dengan kebersaranmu, sering menerima surat-surat penghargaan, menyatakan kekaguman melalui surat pribadi, mereka mengadukan semua persoalan mereka kepadamu, sebab mereka yakin kamulah yang bisa mencarikan solusinya..kehormatan adalah sesuatu yang agung dan belum ada definisi yang pasti.” Berapa kali pun . Muhammad bakri menyerehkan naskah tulisannya ke penerbit, tapi tak urung ada panggilan lagi untuknya. Naskahnya menjadi “sampah”, sebab tidak adanya koneksi dan cerita yang kurang menarik pembaca (kuno. Gaya bahasa juga kurang mengikuti trend saat itu).
Suatu hari ini bertemu penerbit, dan penerbit itu berkata penerbitan bukanlah ladang percobaan. Saya menjual nama-nama orang terkenal untuk mendapatkan laba. ketenaran nama seseorang merupakan label atau jaminan mutu secara tidak langsung. Maadkan aku. Kalo tidak begitu aku pasti rugi”.
“kau kenal dengan orang-orang dibagian produksi”.
“Tidak”.
“Kalau Begitu, kau sedang menuju keranjang sampah”. Diakhiri chepter menjelaskan runtuhnya kesombongan dari bakri. Istri Bakri berucap “ini jalan yang keluar yang baik, bekerja di jawata kereta api di Abasiyah akan memberi harga diri bagimu dan bagiku harapkan. Aku tidak mengerti tentang harga diri, tapi yang aku tahu laki-laki harus punya pekerjaan. Sambil bekerja tidak ada larangan untuk menulis.Kau bisa bicara sepuas hatimu tentang seni, sastra, dan harga diri itu sendiri”. Istri yang penyabar dan penuh kasih, MasyaAllah.
bab 16 Malam Tanpa Rembulan :
Awal cerita terjadi pertengkaran antar saudagar dan karyawan hingga dua orang meninggal dan beberapa luka-luka dari pihak karyawan. Balas dendam adalah harga diri, perselisihan ini berlangsung lama. Warga desa korban akan menuntut balas kepada desa yang membunuh dengan cara membunuh dua orang juga dari desa yang membunuh dan tidak pandang bulu siapa orangnya atau jabatannya. Hingga suatu hari dokter dari pihak desa membunuh dimintai tolong oleh emp orang dari desa korban yang dipimpin Abdul wahid untuk membantu seorang wanita yang empat hari lalu baru melahirkan, tapi kondisi memburuk dan perlu penanganan khusus. Walau takut akan dibunuh, tapi dokter teguh akan sumpah dokternya dan keyakinan akan perlindungan Allah. Begitu juga dengan rekan kerja dan mantri yang membantu dokter. Nyawa ibu dan bayinya selamat, untuk bantuan tersebut, Abdul Wahid menjanjikan akan mengabulkan permintaan dokter. Dokter meminta “kembalikan ketentraman dan kebersihan hati”.
“Perdamaian maksudmu?”.
“ya Abdul Jabbar”.
Akhirnya perselisihan dua desa dapat teratasi. Nilai bab ini adalah kita harus berbuat baik pada siapapun, dan mendendam.
Tentang Penulis: