Merupakan alasan yang sangat subjektif namun juga paling banyak diungkapkan oleh peserta jajak pendapat iseng saya, perasaan yang muncul saat membaca buku cetak tidak bisa digantikan oleh sensasi membaca buku elektronik.Â
Menurut mereka, kebahagiaan saat membuka plastik sampul buku baru, mencium wangi kertas yang khas, dan rasa yang muncul saat membolak-balik halaman adalah komponen pengalaman membaca yang penting. Tiga hal ini tidak bisa didapatkan dengan membaca buku elektronik.
Alasan "bau kertas" ini juga merupakan alasan pribadi saya. Saya memiliki banyak memori tentang buku dan bau kertas ini, termasuk kenangan masa kecil membaca tumpukan buku tua milik mendiang Bapak.
2. Kenyamanan
Faktor teknis menjadi alasan yang juga muncul. Buku, dengan panjang yang beragam namun tentu tak sependek berita satu halaman, memerlukan waktu yang lebih lama untuk dibaca.Â
Beberapa teman mengungkapkan bahwa membaca buku elektronik di layar gawai membuat mata lebih cepat lelah, juga kurang nyaman untuk dipegang (bergantung pada berat gawai yang digunakan).
Membaca buku elektronik di telepon genggam memang cenderung tidak mengenakkan karena ukuran layar dan paparan cahaya. Tablet bisa menjadi pilihan karena memiliki ukuran layar yang lebih besar dan berat yang bervariasi.Â
Ebook readers khusus seperti Kindle pun kemudian disesuaikan ukuran, keringanan, dan tingkat kecerahan layarnyanya untuk meningkatkan kenyamanan membaca.
Harus dibaca di gawai ini juga membuat beberapa orang merasa bahwa mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gawai mereka. Masih ada anggapan bahwa mereka yang melakukan itu adalah orang yang adiktif dengan media/dunia daring, meski juga tak sepenuhnya benar.
3. Buku elektronik terlalu "seragam"
Bisa jadi berhubungan dengan faktor kenyamanan, buku cetak memiliki lebih banyak variasi jenis dan ukuran huruf (font) serta gambar/ilustrasi. Keragaman inilah yang masih jarang dijumpai di buku elektronik. Kebanyakan buku elektronik memiliki jenis dan ukuran huruf yang mirip-mirip dan tidak ada/sedikit gambar, untuk membuat ukuran file-nya lebih optimal.Â
Buku elektronik didesain untuk tidak terlalu memenuhi ruang penyimpanan gawai dan juga mempertimbangkan kemampuan gawai untuk membaca jenis huruf yang berbeda; karenanya jenis huruf yang digunakan memang monoton.Â
Keseragaman ini menghilangkan kesan unik yang muncul saat membaca buku, karena banyak buku yang memiliki jenis huruf khas (faktor penerbit/desainer/penulis) yang menjadi branding mereka.