Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jawa Memang Berbeda dengan Sumba

27 Agustus 2017   16:28 Diperbarui: 27 Agustus 2017   19:20 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto: mype.co.za

Daripada pusing, sebut saja hemat energi. Cara menghemat energi dalam rumah tangga, tentu dimulai dari mengidentifikasi penggunaan energi. Bicara listrik, ini dimulai dari mencari tahu berapa daya alat elektronik di rumah. Informasi ini cukup dicari di box (jika masih disimpan) atau pada label yang menempel di alat elektronik yang dimaksud. Pendingin ruangan 1 PK, misalnya, memiliki daya sekitar 800 Watt. Pompa air, jika cukup besar, dayanya bisa mencapai 10.000 Watt. Kulkas tergantung pada kapasitas dan pintu, misalnya kulkas 2 pintu akan memakan daya 150 Watt. Ricecooker, alat elektronik yang biasa kita pakai 24 jam, membutuhkan daya 350 Watt untuk memasak dan 80 watt untuk menghangatkan.  

Untuk mencari tahu konsumsi bulanan, daya tadi tinggal dikalikan berapa jam menyala tiap harinya, dikali lagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut. Jika pendingin ruangan dinyalakan 8 jam sehari, itu artinya AC 1 PK akan menghabiskan 192 kWh tiap bulannya (0.8 kW x 8 jam x 30 hari). Jika tarif listriknya Rp 1.352/kWh, AC itu saja sudah menghabiskan sekitar Rp 260.000.

Mengkonversinya dalam nominal uang saya rasa lebih memotivasi kita untuk bijak. Kita bisa melakukan konservasi energi di rumah dengan mengurangi penggunaan alat elektronik atau mengatur konsumsinya, misalnya dengan menyetel suhu pendingin ruangan. Sementara untuk efisiensi energi, kita bisa beralih ke alat elektronik yang lebih hemat energi. Lampu LED misalnya, jauh lebih hemat dibanding lampu CFL (yang berulir) dan incandescent (bohlam kuning dan lampu panjang). Begitu pula dengan LED TV, lebih kecil daya yang diperlukan dibanding LCD TV.

Kredit foto: mype.co.za
Kredit foto: mype.co.za
Di luar listrik, kita bisa menghemat penggunaan LPG, bisa beralih ke kendaraan yang lebih efisien, atau menggunakan transportasi publik. Seberapa intensif kita melakukan konservasi dan efisiensi energi menentukan seberapa besar kita bisa menghemat biaya, sekaligus berkontribusi pada upaya menghadapi perubahan iklim. Begitulah, cara ini memang paling mudah - karena siapa saja bisa melakukannya dan bisa diterapkan segera, juga paling murah -- bisa dibilang tak mengeluarkan biaya apapun untuk pengurangan penggunaan alat elektronik. Sederhananya, lebih mudah menghemat 1 Watt dibanding membangun 1 Watt. Konservasi dan efisiensi energi ini pula yang gencar dikampanyekan oleh Kementerian ESDM, dengan tajuk Potong 10%.

Jawa tak kekurangan listrik dan sumber energi lain, dan rasanya masih jauh untuk menggantikan listrik berbahan bakar fosil ini sepenuhnya dengan energi terbarukan. Namun tantangan yang kita hadapi dan bisa kita sama-sama tanggulangi adalah bagaimana menggunakan energi berlimpah itu dengan lebih bijak.

Untuk masa depan yang lebih baik.

Salam hangat,

Citra

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun