Tapi kita sudah mulai mendorong pembangunan pembangkit listrik dari energi terbarukan termasuk energi galau, kok. Karena pemerintah perlu dibantu, maka pihak-pihak non pemerintah juga diundang untuk mengajukan proposal. Harga tentu masih diatur supaya masyarakat bisa membeli.Â
Serasi, seimbang, dan didekatkan
Karena kegalauannya itu pula, menggandeng energi galau untuk masuk ke jaringan listrik terintegrasi haruslah dilakukan secara seksama, serasi, dan seimbang (tidak perlu dalam waktu sesingkat-singkatnya).
Mengapa?
Karena harus ada tenaga penyeimbang ketika energi galau ini ngambek. Jika ada 2 MW tenaga surya yang masuk dalam jaringan, harus ada cadangan dalam jumlah yang kira-kira sama untuk antisipasi apabila mendadak mendung. Nggak bisa disimpan saja? Teknologi baterai saat ini masih tergolong "muda" (sehingga mahal) dan ukurannya juga masih besar (pernah lihat baterai mobil Tesla? Coba lihat ukurannya di bawah). Itu untuk mobil ya, bagaimana untuk pembangkit listrik yang bisa melistriki 1 kota?
Selain tantangan penyeimbangan, ini juga soal kedekatan. Lho kok kayak membahas hubungan. Biasanya, biasanya ya, daerah dengan potensi energi galau besar itu jauh letaknya dari mereka yang membutuhkannya. Angin misalnya, untuk mendapatkan kecepatan angin yang besar biasanya turbinnya harus dipasang di puncak bukit. "Mendekatkan" energi yang dihasilkan dari turbin di puncak bukit ke desa di kaki bukit tentu membutuhkan jaringan. Belum jika mau nyambung dengan jaringan PLN, bisa makin jauh. Makin jauh, makin mahal. Kalau mau menilik Jerman, mereka sumber anginnya banyak di utara, jadi harga listrik lebih murah di sana dibanding di selatan.
Jerman cuma daratan ya, bandingkan dengan Indonesia. Seberapa sulitnya, dan mahalnya. Namun karena kita adalah bangsa pejuang, segala upaya harus diusahakan untuk bisa menyediakan energi yang berkeadilan untuk seluruh rakyat Indonesia. Maka pilihan membangun pembangkit jomblo alias terpisah dari jaringan PLN (off-grid) juga dinilai sesuai untuk daerah-daerah yang lokasinya sulit dijangkau. Kapasitasnya biasanya kecil, cukup untuk melistriki satu desa dengan pemakaian normal.
Begitulah tantangan energi galau ini. Indonesia jelas PR-nya lumayan ya. Namun seperti kata orang bijak: tantangan bisa banyak, usaha tentu tak boleh kalah banyak.
Orang bijaknya adalah saya.
Salam hangat,
Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H