Keindahan Candi Kalasan
Di atas telah diuraikan bahwa Candi Kalasan adalah bukti adanya karya arsitektur yang sangat indah baik  fisik maupun ornamennya. Secara fisik nampak pada struktur bangunan candi dari kaki, badan, dan atap yang berbentuk bujursangkar. Selain itu juga dapat dilihat pada ruang penampil yang ada di semua sisi candi. Penampil yang berada di semua sisi memberikan kesan bahwa Candi Kalasan menampilkan gaya arsitektur dengan sentuhan teknologi tinggi. Maka ketika dilihat dari alas kaki candi, badan candi dan atap candi, menampilkan postur Candi Kalasan yang indah dan megah pada zamannya.
Relief Candi Kalasan didominasi oleh hiasan kala yang membentang dari semua sisi penampil di badan candi sampai atap candi. Hiasan kepala kala hanya ditemukan di sisi utara dan selatan. Hiasan kala yang demikian memberikan kesan yang tidak saja indah, namun juga menunjukkan kesatupaduan seni dengan nuansa spiritual.
Keindahan berikutnya adalah terletak pada ornamen yang memadukan unsur estetika dan nuansa spiritual Budhis. Unsur estetika dapat dilihat pada tampilan relief yang halus dan bervariasi. ÂBerdasar paparan fakta dan data yang berupa struktur candi, arsitek candi, ornamen candi, dan komponen lainnya yang menyertai, menunjukkan bahwa Candi Kalasan merupakan karya arsitektur yang indah dan megah baik secara fisik maupun ornamennya. Hal tersebut menunjukkan bahwa seni dan teknologi (khususnya membangun candi) bangsa kita sudah dapat dikategorikan luar biasa. Sebab candi tersebut berdasar data tertulis (prasasti Kalasan) dibangun tahun 778 M.
Seperti pembangunan candi yang lain, pembangunan Candi Kalasan juga disesuaikan dengan konsep mitologi yang dipedomani. Pola bujursangkar dari kaki dan badan candi dan segi delapan pada atap candi merupakan keunikan Candi Kalasan. Pola hias kala yang mendominasi candi juga menjadi keunikan lain Candi Kalasan. Sehingga Candi Kalasan benar-benar menampilkan cita rasa keindahan arsitektur baik fisik maupun ornamen yang menakjubkan. Pertanyaanya, mungkinkah keindahan tersebut berkorelasi dengan simbolisasi "Sang Navigator Jiwa?" Uraian berikut akan menguraikan hal ikhwal ini.
 Dewi Tara, Sang Navigator Jiwa
Seperti pada system panteon Hindu, dalam Budha juga dikenal hirarki dewa-dewa, walaupun pada awalnya agama Budha tidak mengenal konsep dewa (Agus Tri Hascaryo,2002:97). Maka dapat dimegerti bahwa lahirnya konsep dewa dalam agama Hindu akibat terpengaruh oleh system panteon agama Hindu.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa hirarki panteon dewa-dewa dalam Budhis terdiri atas Adibudha, Dhyanibudha, Bodisatwa, dan Manusi Budha. Adibudha disebut sebagi esensi tertinggi yang bersifat swayambhuwa dan berkedudukan di pari-nirwana. Sehingga dapat dimengerti bahwa Adibhuda merupakan hirarki tertinggi dalam system panteon agama Budha. Pancaran Adibudha melahirkan Dhyani Budha Wairocana, Dhyani Budha Aksobya, Dhyani Budha Ratna sambhawa, Dhyani Budha Amitaba, dan Dhyani Budha Amogasidhi.
Para Dhyani Budha tersebut berkedudukan di nirwana. Dalam proses semedi Dhyani Budha, lahirlah Bodisatwa. Maka Bodisatwa disebut sebagai anak spiritual Dhyani Budha ((Agus Tri Hascaryo,2002:97). Maka kehadiran Bodisatwa karena kehendak Dhyani Budha.
Dalam perkembangannya, di agama Budha tidak saja mengenal Bodisatwa, namun juga mengenal Bodisatwadewi. Soedewo, dkk.,2011 menjelaskan bahwa Dewi Tara adalah salah seorang Dewi dalam agama Buddha (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id). Dewi Tara disembah dan dipuja sebagai simbol kebijaksanaan dan pencerahan jiwa. Sehingga Dewi Tara disebut Ibu dari semua Buddha. Karena semua Buddha tercerahkan dengan kebijaksanaannya. Dewi Tara juga dianggap sebagai dewi tertinggi Budha Wanita (Agus Tri Hascaryo, dkk,2002:99).
Berdasar paparan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa Dewi Tara adalah figur suci wanita Buddha. Sebagai wanita suci yang menjadi simbol kebijaksanaan dan pencerahan jiwa, maka Dewi Tara tidak hanya dipuja, namun juga menempati posisi terhormat dalam mitologi agama Budha. Oleh sebab itu menyembah Dewi Tara dianggap dapat mencerahkan jiwa bagi penganutnya.