Sisi positip bagi guru, guru pemegang mata pelajaran ujian nasional, mempunyai tantangan terkait dengan kualitas kompetensi profesionalnya.Â
Maka guru akan berjuang sekuat tenaga agar proses pembelajaran yang dijalankan dapat dipahami oleh siswanya. Sehingga pada saat pelaksanaan UN, siswanya banyak yang memperoleh hasil yang maksimal.
Bagi guru, apabila tahu siswanya banyak yang memperoleh nilai maksimal; akan merasa bangga sebagai guru. Maka tidak sedikit cerita terdengar, ada guru-guru yang "mentraktir, memberikan hadiah" siswanya yang berhasil memperoleh nilai UN tinggi. Sampai segitunya perjuangan guru.
Bagi siswa, keberhasilan mengerjakan soal-soal UN dengan hasil maksimal juga merasa senang dan bangga. Bahkan, mereka merasa bisa lepas dari tantangan dan "beban berat" yang selama ini dipikul dan bergolak di dalam dirinya.Â
Suasana hati mempunyai tantangan akan mendorong siswa berdisiplin, bertanggungjawab, mandiri dan bekerja keras.
Resah dan Gelisah Jelang Pelaksanaan UNÂ
Ujian nasional dalam prosesnya mampu membuat resah dan gelisah baik oleh sekolah, guru, apalagi siswa. Maka jelang pelaksanaan UN, biasanya diadakan berbagai prosesi agar siswa bisa tenang, tidak takut, dan optimis memperoleh hasil maksimal.Â
Fenomena yang muncul di sekolah-sekolah  antara lain: diadakan kegiatan mujahadahan di sekolah yang dipimpin oleh salah satu guru atau menghadirkan kyai setempat, doa bersama di sekolah, menghadirkan motivator ke sekolah, bahkan ada yang kepala sekolah yang membawa siswa ke makam setempat untuk meminta doa agar diberikan hasil UN yang maksimal. Fenomena terakhir adalah yang paling langka. Mungkin satu-satunya di Indonesia. (Tapi ini sungguh ada).
Fenomena yang muncul di atas, adalah gambaran riil bahwa Ujian Nasional mampu membuat "resah dan gelisah" sekolah, guru maupun siswa. Sehingga melakukan langkah-langkah yang bersifat sipitual demi keberhasilan Ujian Nasional.
Belum lagi tindakan-tindakan yang sudah masuk kategori kriminal juga terjadi terkait dengan pelaksanaan UN. Semua itu mengindikasikan bahwa UN berhasil membuat "resah dan gelisah" pelaksana UN di tingkat sekolah.