Di wilayah Magelang (khususnya kabupaten) banyak ditemukan reruntuhan candi. Kondisi tersebut terjadi sebagian besar disebabkan oleh letusan gunung Merapi. Material letusan yang dimuntahkan, tidak hanya menghancurkan pemukiman; sumber ekonomi masyarakat, namun juga mengubur bukti peradaban bangsa. Salah satu bukti peradaban bangsa adalah candi Losari. Sangat mungkin candi Losari terpendam akibat beberapa kali letusan. Â
Candi Losari baru ditemukan tahun 2004 oleh pak Badri di kebun Salak miliknya. Candi ini terpendam di dalam tanah beberapa meter. Sehingga pada saat proses pemugaran berada dalam genangan air.
Rekonstruksi candi Losari masih belum berlanjut. Kondisi sampai saat ini dapat dijelaskan bahwa candi induk baru berhasil ditata sebagian kaki candi dan tubuh candi. Sehingga bentuk utuh bangunan candi induk masih belum kelihatan. Â Sedangkan candi Perwara, baik I, II, maupun III sudah berhasil direkonstruksi pada kaki candi dan tubuh candi. Apalagi candi Perwara I sudah relative jadi. Relief pada kaki dan tubuh candi Perwara beberapa sudah berhasil direkonstruksi. Bahkan komponen lain seperti relief kala maupun artefik yang terpasang pada pintu masuk candi maupun atap candi, khususnya pada candi Perwara I.
Candi Losari merupakan candi yang berbentuk kompleks. Bangunan utama terdapat satu candi induk dan candi perwara berjumlah tiga (perwara I, II,dan III). Ditemukannya candi Losari menambah bukti jejak peradaban Hindu di wilayah Magelang (Poros Kedu pada umumnya) pada masa dinasti Sanjaya.
Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa pola bangun candi Losari sama dengan bangunan candi Gunung Wukir (Salam Magelang), candi Sambisari (Sleman), maupun candi Kedulan (Sleman) yaitu satu candi induk dan candi perwara yang berjumlah tiga yang letaknya berada didepan candi induk. Pola bangun demikian setidaknya mengindikasikan adanya karakteristik bangunan suci agama Hindu yang berada di wilayah Poros Prambanan dan Poros Kedu (khususnya bangunan candi yang bersifat kompleks).
Hanya saja kelengkapan pada masing-masing bangunan seperti yoni yang diletakkan pada candi induk seperti candi Gunung Wukir, Sambisari dan Kedulan. Demikian juga arca Nandi yang diletakkan pada candi Perwara belum diketemukan pada candi Losari. Pada candi Losari hanya ditemukan Yoni dan Lingga secara terpisah yang berada di areal kompleks candi. Arca Nandi tidak (belum) diketemukan. Berdasar ciri-ciri pada beberapa candi Hindu, semestinya Lingga/Yoni, Nandi juga ada di candi Losari.
Dilansir dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng diperoleh penjelasan bahwa secara umum Candi Losari merupakan kompleks candi yang tidak terlalu besar, tetapi mempunyai  ragam hias serta seni arsitektur yang sangat indah. Dijelaskan lebih lanjut di atas pintu masuk candi perwara I dan Candi Perwara II terdapat hiasan kepala kala yang masih utuh. Ragam hias juga terlihat apik yakni berupa antefik pada komponen atap hiasan sudut atap berupa ratna atau keben. Relief arca Mahakala juga dapat ditemui di kiri pintu masuk candi induk, kemudian juga relief Gajah di bawah pipi tangga dinding belakang candi induk.
Ditemukannya candi Losari melengkapi kekayaan sejarah masyarakat Magelang (khususnya) dari masa kekuasaan Hindu-Budha, sekaligus makin memantabkan keberadaan Kabupaten Magelang sebagai "kota candi." Apalagi letaknya hanya beberapa kilometer dari candi Gunung Wukir (candi pertama yang dibangun Sanjaya Magelang) dan candi Gunung Sari.Â
Baik candi Losari, Gunung Wukir, Gunung Sari berada di wilayah kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Berdasar temuan prasasti maupun situs-situs yang ditemukan, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejak abad VIII M telah terjadi Poros Magelang- Prambanan dalam peradaban Hindu dan Budha. Artinya wilayah kabupaten Magelang (sekarang), sejak abad VIII M telah menjadi salah satu pusat kegiatan politik, social,ekonomi, budaya maupun agama.
Referensi:
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/pripih
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/lingga-yoni
                                               Â