Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mutiara Budaya Bangsa Dibalik Reruntuhan Candi Losari

16 Agustus 2024   03:33 Diperbarui: 16 Agustus 2024   03:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Yoni yang ada di halaman candi Losari. Dokpri

Di wilayah Magelang (khususnya kabupaten) banyak ditemukan reruntuhan candi. Kondisi tersebut terjadi sebagian besar disebabkan oleh letusan gunung Merapi. Material letusan yang dimuntahkan, tidak hanya menghancurkan pemukiman; sumber ekonomi masyarakat, namun juga mengubur bukti peradaban bangsa. Salah satu bukti peradaban bangsa adalah candi Losari. Sangat mungkin candi Losari terpendam akibat beberapa kali letusan.  

Candi Losari baru ditemukan tahun 2004 oleh pak Badri di kebun Salak miliknya. Candi ini terpendam di dalam tanah beberapa meter. Sehingga pada saat proses pemugaran berada dalam genangan air.

Rekonstruksi candi Losari masih belum berlanjut. Kondisi sampai saat ini dapat dijelaskan bahwa candi induk baru berhasil ditata sebagian kaki candi dan tubuh candi. Sehingga bentuk utuh bangunan candi induk masih belum kelihatan.  Sedangkan candi Perwara, baik I, II, maupun III sudah berhasil direkonstruksi pada kaki candi dan tubuh candi. Apalagi candi Perwara I sudah relative jadi. Relief pada kaki dan tubuh candi Perwara beberapa sudah berhasil direkonstruksi. Bahkan komponen lain seperti relief kala maupun artefik yang terpasang pada pintu masuk candi maupun atap candi, khususnya pada candi Perwara I.

Dokpri
Dokpri

Candi Losari merupakan candi yang berbentuk kompleks. Bangunan utama terdapat satu candi induk dan candi perwara berjumlah tiga (perwara I, II,dan III). Ditemukannya candi Losari menambah bukti jejak peradaban Hindu di wilayah Magelang (Poros Kedu pada umumnya) pada masa dinasti Sanjaya.

Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa pola bangun candi Losari sama dengan bangunan candi Gunung Wukir (Salam Magelang), candi Sambisari (Sleman), maupun candi Kedulan (Sleman) yaitu satu candi induk dan candi perwara yang berjumlah tiga yang letaknya berada didepan candi induk. Pola bangun demikian setidaknya mengindikasikan adanya karakteristik bangunan suci agama Hindu yang berada di wilayah Poros Prambanan dan Poros Kedu (khususnya bangunan candi yang bersifat kompleks).

Hanya saja kelengkapan pada masing-masing bangunan seperti yoni yang diletakkan pada candi induk seperti candi Gunung Wukir, Sambisari dan Kedulan. Demikian juga arca Nandi yang diletakkan pada candi Perwara belum diketemukan pada candi Losari. Pada candi Losari hanya ditemukan Yoni dan Lingga secara terpisah yang berada di areal kompleks candi. Arca Nandi tidak (belum) diketemukan. Berdasar ciri-ciri pada beberapa candi Hindu, semestinya Lingga/Yoni, Nandi juga ada di candi Losari.

Salah satu Yoni yang ada di halaman candi Losari. Dokpri
Salah satu Yoni yang ada di halaman candi Losari. Dokpri
Di kompleks candi Losari juga ditemukan beberapa arca. Baik yang sudah terindentifikasi nama maupun belum. Arca-arca tersebut sekarang tersimpan di kantor BPCB Jateng. Arca-arca yang ditemukan tersebut masih relatif utuh. Dengan ditemukannya arca-arca tersebut, menunjukkan bukti bahwa candi Losari merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa yang adiluhung, walaupun terpendam akibat bencana alam. Karena sebab inilah arca-arca maupun komponen candi lainnya masih ditemukan.  Komponen dan batu-batu candi yang lain dimungkinkan masih terpendam.

 Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan salak tempat ditemukan candi.
 Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan salak tempat ditemukan candi.
Sangat mungkin arca-arca tersebut merupakan kelengkapan pada tubuh candi induk. Sebab biasanya arca Ganesha selalu berada di salah satu bilik candi induk bersamaan dengan arca dewa Siwa, Agastya, Durga seperti di candi Sambisari maupun Kedulan.

Gambar di atas kemungkinan adalah patung Durga yang biasanya ada di salah satu bilik candi induk.Dokpri
Gambar di atas kemungkinan adalah patung Durga yang biasanya ada di salah satu bilik candi induk.Dokpri

Dilansir dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng diperoleh penjelasan bahwa secara umum Candi Losari merupakan kompleks candi yang tidak terlalu besar, tetapi mempunyai  ragam hias serta seni arsitektur yang sangat indah. Dijelaskan lebih lanjut di atas pintu masuk candi perwara I dan Candi Perwara II terdapat hiasan kepala kala yang masih utuh. Ragam hias juga terlihat apik yakni berupa antefik pada komponen atap hiasan sudut atap berupa ratna atau keben. Relief arca Mahakala juga dapat ditemui di kiri pintu masuk candi induk, kemudian juga relief Gajah di bawah pipi tangga dinding belakang candi induk.

Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan Salak tempat ditemukan candi Losari).dokpri.
Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan Salak tempat ditemukan candi Losari).dokpri.
Beberapa ragam hias tersebut tidak berada dalam kompleks candi Losari, namun disimpan di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng. Beberapa ragam hias yang masih berada di dalam kompleks candi antara lain relief kala yang berada di pintu candi Perwara I, relief kala yang berada di pintu depan candi induk.

Relief Kala yang terletak di tangga masuk candi Induk.Dokpri
Relief Kala yang terletak di tangga masuk candi Induk.Dokpri
Selain arca, ragam hias, juga ditemukan aneka peripih dan lingga. Peripih pada bangunan candi mempunyai fungsi penting bagi keberadaan bangunan candi sebagai tempat ibadah. Peripih merupakan media bagi dewa merasukkan zat inti kedewaannya. Dapat dikatakan peripih merupakan roh sebuah candi. ( https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/pripih). Sedangkan lingga merupakan wujud an-iconic dewa Siwa. Lingga juga merupakan lambang dari kesuburan. Dalam konsep agama hindu, lingga merupakan manifestasi dari Dewa Siwa sehingga disembah.  Namun juga dapat berfungsi sebagai batas wilayah yang lebih bersifat profan.

 Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan Salak tempat ditemukan candi Losari).Dokpri 
 Foto hasil repro dokumen pak Badri (penemu dan pemilik lahan Salak tempat ditemukan candi Losari).Dokpri 
Arca, ragam hias, relief, artefik dan komponen candi lain yang ditemukan di kompleks candi Losari menunjukkan adanya kemampuan bangsa kita pada masa lalu. Secara khusus, hal tersebut menunjukkan adanya mutiara peradaban bangsa kita pada masa dinasti Sanjaya. Apabila candi Losari merupakan bangunan suci yang dibangun masa raja Sanjaya, maka candi tersebut setidaknya dibangun pada kisaran 732 M, setelah candi Gunung Wukir.

Ditemukannya candi Losari melengkapi kekayaan sejarah masyarakat Magelang (khususnya) dari masa kekuasaan Hindu-Budha, sekaligus makin memantabkan keberadaan Kabupaten Magelang sebagai "kota candi." Apalagi letaknya hanya beberapa kilometer dari candi Gunung Wukir (candi pertama yang dibangun Sanjaya Magelang) dan candi Gunung Sari. 

Baik candi Losari, Gunung Wukir, Gunung Sari berada di wilayah kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Berdasar temuan prasasti maupun situs-situs yang ditemukan, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejak abad VIII M telah terjadi Poros Magelang- Prambanan dalam peradaban Hindu dan Budha. Artinya wilayah kabupaten Magelang (sekarang), sejak abad VIII M telah menjadi salah satu pusat kegiatan politik, social,ekonomi, budaya maupun agama.

Referensi:

                                                                                               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun