Fenomena jalan pintas pendidikan setidaknya ditandai adanya proses meraih gelar yang asal-asalan. Pragmatisme jalanya pendidikan setidaknya ditandai dengan jual beli ijazah.Â
Maka tingginya pendidikan tidak bisa dijadikan ukuran tingginya keilmuan dan moralitasnya. Â Ketika kondisinya demikian, maka setinggi apapun pendidikan yang diraihnya agaknya sulit untuk menjadikan pendidikan yang dimiliki sebagai "pelita kehidupan" masyarakat. Â Â
2) Pendidikan sebagai sarana mencari pekerjaan dan jabatan
Di masyarakat juga mengemuka fenomena bahwa pendidikan didentikkan dengan pekerjaan bahkan jabatan. Bahkan ada juga sebagian masyarakat yang mengukur keberhasilan pekerjaan jika sudah menjadi pegawai negeri.Â
Maka makin tinggi pendidikannya, harapan yang diinginkan adalah pekerjaan yang layak dan penghasilan yang layak  dan bisa diterima sebagai pegawai negeri.
Apakah hal tersebut salah? Tentu jawabnya tidak, apabila semua proses dijalani sebagaimana mestinya. Dalam prosesnya tetap mengedepankan aturan main yang ada dan etika serta moralitas selama menuntut pendidikan.Â
Jika tidak, fenomena yang muncul juga jalan pintas dan pragmatisme. Sehingga di masyarakat muncul fenomena ijazah palsu, jual beli ijazah.Â
Fenomena tersebut menunjukkan pendidikan sudah melenceng dari esensinya. Ketika kondisinya demikian, mungkinkan pendidikan yang diraih dapat menjadi "pelita kehidupan" bagi masyarakatnya?
Bahkan sekarang sudah bisa dirasakan bersama munculnya fenomena dosa besar bagi kaum intelektual yaitu ia mengetahui kebenaran, tapi takut dan tak mau mengungkapkan kebenaran itu.Â
Fenomena ini yang menjadikan pendidikan gagal menjadi "pelita kehidupan". Semua ini disebabkan oleh orientasi pendidikan yang semata-mata ditujukan untuk kepentingan pekerjaan maupun jabatan.
Dampak yang muncul