Derap langkah mereka terus menerus dilakukan untuk melakukan perubahan kaum bumi putera yang saat itu berada dalam kondisi terikat kuat dalam ikatan kolonial dan kaum feodal. Ikatan kolonial dan feodal menyebabkan kondisi social, ekonomi, apalagi pendidikan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Ulah kaum terdidiklah lahir pergerakan nasional yang dijadikan sebagai sarana perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda.Â
Ulah mereka pula lahir peristiwa Sumpah Pemuda yang dapat menyatukan semua komponen bangsa yang mempunyai perasaan senasib. Ulah mereka pula pada akhirnya melahirkan peristiwa besar 17 Agustus 1945 yang menjadi titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia.
Pendidikan dalam Perspektif Masyarakat Sekarang
Pendapat ini lebih bersifat subyektif penulis berdasar pengamatan yang ada di masyarakat yang penulis lihat, amati dan dengar.Â
Dalam perspektif masyarakat sekarang (walaupun tidak semuanya), pendidikan identik dengan status sosial dan pekerjaan. Kondisi demikian jika tidak disebut sudah kehilangan arah, setidaknya sudah mengalami perubahan orientasi.
1) Pendidikan sebagai status sosial
Di sebagian masyarakat pendidikan yang dimiliki termasuk gelar yang melekat identik dengan status sosial yang dimiliki. Makin tinggi gelar pendidikan yang dimiliki, status sosialnya makin tinggi. Dan  pengakuan masyarakat tentang status sosialnya juga berbeda dengan lainnya.
Apakah itu salah? Tentu tidak. Sebab konsekwensi logis seseorang mengenyam pendidikan adalah pengakuan tentang status sosialnya di masyarakat.Â
Apabila semua proses dilalui sebagaimana mestinya (tetap berpedoman pada etika, moral dan tata nilai dan norma yang ada), pengakuan masyarakat merupakan penghargaan kepada dirinya.
Namun, ketika orientasinya semata-mata status sosial, di masyarakat muncul fenomena 'jalan pintas' proses pendidikan dan pragmatisme jalanya pendidikan.Â