Secara psikologis dapat mendorong situasi kejiwaan peserta didik merasa dipercaya guru terlibat dalam pembahasan materi pelajaran. Kondisi demikian pada giliranya dapat mendorong motivasi belajar peserta didik.
Secara sosial, dalam berdiskusi mereka dapat membangun relasi sosial sesama teman sebaya (peer group). Mereka bisa belajar bersama dengan teman sebaya dan saling melengkapi.Â
Mereka juga bisa membangun solidaritas sesama anggota kelompok. Sedang secara edukatif, proses diskusi mengajari peserta didik tentang nilai dan norma dalam membangun interaksi social dengan orang lain. Proses demikian akan mendorong peserta didik berlatih menghargai orang lain.
Selanjutnya dalam proses diskusi peserta didik juga bisa belajar mandiri dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Pada akhirnya, disadari atau tidak bahwa praktik diskusi akan melatih kepemimpinan peserta didik (leadership).
Secara teoritis, Tjokrodiharjo dengan mengutip pandangan Arends,1997, menjelaskan bahwa aspek penting diskusi kelompok antara lain: mengembangkan pertumbuhan kognitif, menghubungkan aspek kognitif dengan aspek social dalam pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang positip, serta terjadi ikatan sosial antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan guru.
Dari sudut guru penerapan diskusi kelompok bertujuan antara lain: meningkatkan cara berpikir peserta didik melalui pemahaman materi, menumbuhkan keterlibatan (partisipasi) peserta didik dalam membahas materi, membantu dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan proses berpikir (Trianto,2017).
Mencermati uraian tersebut kiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa diskusi kelompok mempunyai banyak manfaat bagi peserta didik baik secara psikologis, social, edukatif maupun kecerdasan interpersonal.
Bagaimana agar diskusi kelmpok dapat berjalan secara maksimal?
1) Pastikan tempat duduk menjamin terjadinya interaksi semua anggota kelompok secara maksimal. Penataan tempat duduk sangat berpengaruh terhadap proses interaksi antar peserta didik secara dialogis. Sehingga penataan tempat duduk perlu diperhatikan oleh guru.
3) Bentuk kelompok secara berdiferensiasi. Pembentukan kelompok sebaiknya didasarkan pada kondisi peserta didik. Setidaknya pada kesiapan mereka terhadap materi yang dibahas.Â