Eksplorasi spiritual nabi Ibrahim dimulai dari peristiwa "terbebasnya" nabi Ibrahim dari hukuman raja Namrud yang mengerikan itu. Eksplorasi ketuhanan setelah peristiwa tersebut ditandai dengan pesrsepsi Tuhan terhadap benda-benda alam semesta seperti Bintang, Bulan bahkan Matahari.
Ternyata semua benda-benda alam raya tersebut hilang pada saat tertentu dan muncul pada saat yang lain. Langkah Ibrahim menggunakan panca indera menemukan kebenaran eksistensi Tuhan belum dapat menjawab kegalauan jiwanya. Sebab eksistensi benda-benda tersebut tidak abadi. Jiwa dan akal sehatnya Ibrahim mengatakan bahwa Tuhan harus abadi. Tahap ini disebut dengan langkah "ilmul yaqin".
3. Pematangan spiritual
Tahap ini Ibrahim menggunakan pendekatan rasa. Dalam pengembaraan Ibrahim menemukan kebenaran Tuhan dengan logika dan panca indera belum mendapatkan pencerahan jiwa. Maka Ibrahim menggunakan pendekatan rasa. Sebab rasa merupakan bagian jiwa yang akan berpengaruh pada unsur terpenting manusia yaitu "nurani".
Pendekatan ini akhirnya menemukan hasil. Puncak dari perjalanan panjang nabi Ibrahim menemukan klimaksnya pada perintah untuk menyembelih Ismail (sang putera tercintanya) melalui mimpinya. Bagi Ibrahim, mimpi itu adalah perintah dari sang Maha Pencipta yang diperjuangkan sejak masa mudanya. Proses inilah yang dikenal dengan tahap "haqul yaqin" yaitu meyakini kebenaran realitas Tuhan yang maha sempurna, Allah SWT. Maka Ibrahim bersedia mengorbankan ego dan anak tercintanya semata-mata menjalankan perintah sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Perjalanan panjang nabi Ibrahim menemukan pematangan jiwanya terdapat nilai-nilai yang dapat dipetik sebagai langkah refleksi diri.
a. Keikhlasan menerima secara totaliitas dalam menerima ujian dari Allah SWT.
Keikhlasan nabi Ibrahim menerima ujian kehidupan mengantarkan pada gelar "ulul asmi", sedangkan keikhlasan yang kita lakukan setidaknya bisa memancarkan bias kemaslahatan bagi orang lain. Sebab hakikinya keikhlasan akan mengantarkan pada kemuliaan. Sedangkan kemuliaan yang dilalui dengan landasan keikhlasan akan mengantarkan pelakunya pada kepasrahan jiwa yang totalitas pada sang pencipta.
b. Merendahkan ego.
Siapapun manusia tentu mempunyai ego. Namun manusia yang hidupnya berorientasi pada ego tidak akan memperoleh ketenangan jiwa. Nabi Ibrahim mengajarkan nilai agar manusia dapat merendahkan egonya sebagai ijitihad membangun harmoni kehidupan baik vertiakal maupun horizontal. Â
Langkah ini mengajari kita agar tidak menjadikan keberhasilan ujian, tempaan yang berulang kali dan berliku-liku, Â sebagai sarana atau media memperoleh popularitas pribadi, Â namun digunakan sebagai sarana pematangan jiwanya.