Mohon tunggu...
Cinty Yosefine
Cinty Yosefine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Tarumanagara

Fall down seven stand up eight!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Packaging: Melindungi atau Menjual Produk?

30 Mei 2022   14:03 Diperbarui: 30 Mei 2022   14:22 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Kemasan Lemonilo rusak (Kompas.com) 26/01/22

Nama : Cinty Yosefine

Nim : 115190146

Ketika kalian membeli sebuah barang, apa yang pertama kali kalian lihat dan perhatikan? Tentunya selain memang kebutuhan kalian ya untuk membeli barang tersebut. Ketika ada sebuah barang yang apalagi kalian tidak pernah beli atau coba, biasanya kalian akan melihat kemasan atau packaging barang tersebut, kan? Apalagi kalian yang wanita.

Love at the first sight! Inilah istilah yang sering banget dipakai jika kalian melihat sebuah barang dengan kemasan atau packaging yang lucu ataupun cantik dan masuk banget nih ke kriteria kalian. 

Secara tidak langsung, ke-estetik-an atau rasa suka terhadap kemasan atau packaging barang tersebut mengirimkan sinyal-sinyal ke otak untuk segera kalian bawa ke kasir atau masukkan ke dalam keranjang belanja dan check-out. Bahkan, tanpa kalian pikir lagi jika kalian benar-benar butuh barang itu atau tidak!

Kalian tahu gak sih jika dari jaman dulu pun barang-barang yang diperjual-belikan atau barter juga sudah menggunakan kemasan atau packaging lho! Pada jaman purba saja, orang primitif sudah memakai kulit hewan untuk membungkus atau mengemas buah atau makanan. Penggunaan dan pemanfaatan alam dengan baik untuk menjadikan kemasan atau packaging, seperti bambu untuk membuat keranjang buah dan menjadi wadah untuk benda-benda berbahan cair. 

Mari kita ambil contoh, kemasan seperti apa yang terlintas di pikiran kalian jika diberikan kata "tempe"? Daun pisang! Nah, hal sesederhana tempe saja punya kemasan atau packaging dan menjadikan daun pisang sebagai khas kemasan tempe.

Tempe dengan bungkus daun (iNews.id - 26/04/2022)
Tempe dengan bungkus daun (iNews.id - 26/04/2022)

Sedari tadi kita membicarakan kemasan atau packaging, tapi apakah kalian tahu arti dari kemasan itu sendiri? Kotler dan Amstrong (2012) mendefinisikan "packaging involves designing and producing the container or wrapper for a product" yang artinya adalah proses kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi serta fungsi utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk agar produk tetap terjaga kualitasnya. 

Selain itu, kemasan atau packaging juga dapat diartikan sebagai proses pemberian pembungkus atau pelapis yang berfungsi untuk menampung, mengidentifikasi, menggambarkan, melindungi, mempromosikan suatu produk di pasar karena memiliki identitas (informasi).

Sederhananya, dapat menjadi salah satu alat komunikasi akan produk tersebut kepada konsumen karena kemasan harus menjadi penyampai pesan informatif meskipun secara tersirat dari produk tersebut. Istilah kerennya, "the silent salesman/girl." Hermawan Kertajaya (2019) menyebutkan sejak jaman berubah dan teknologi semakin maju, fungsi dari kemasan atau packaging juga ikut berubah. 

Jika dulu ada istilah "Packaging PROTECTS what it SELLS," sekarang ini dapat dikatakan menjadi "Packaging SELLS what it PROTECTS." Artinya, fungsi kemasan bukan hanya sebagai "selimut" yang dapat melindungi produk tersebut, melainkan juga agar dapat menjual produk tersebut (karena memiliki nilai jual).

Jika kalian menempatkan diri kalian sebagai produsen, kemasan menjadi salah satu bahan pertimbangan yang krusial dan penting. Seperti pengertiannya yang sudah dijabarkan sebelumnya, kemasan atau packaging menjadi penyampai pesan akan produk tersebut, sehingga kemasan dari sebuah produk harus memiliki ciri khas dan dapat mewakilkan citra dari merek atau brand produk tersebut (adanya identitas produk). 

Tanpa kemasan, tentunya suatu produk tidak bisa dijual. Selain itu, penampilan dari suatu kemasan atau packaging juga mendorong citra produk tersebut, misalnya karena kemasannya elegan dan mewah membuat merek atau brand produk tersebut membawa kesan "jika kalian pakai barang ini akan meningkatkan prestige kalian loh."

Terbersit tidak di benak kalian mengenai pertanyaan ini: Apa aja sih yang harus diperhatikan produsen jika ingin membuat kemasan atau packaging barang atau produk mereka? Bagaimana sih cara mereka tahu berhasil apa tidak kemasan atau packaging tersebut di pasaran? Apakah dengan kemasan seperti ini mereka yakin bahwa konsumen akan membelinya?

Sebelum mengeluarkan produk, salah satu hal yang pasti dilakukan produsen adalah penentuan kemasan atau packaging produk mereka. Penentuan bahan atau material, warna, desain, penempatan merek, label, bentuk kemasan produk dan bahkan pesan yang ingin disampaikan melalui kemasan tersebut. Seluruh hal detail seperti ini harus disesuaikan juga dengan konsep dari produk serta merek atau brand tersebut.

 Mengambil contoh, Kinder Joy. Siapa yang tidak tahu Kinder Joy? Coklat yang ikonik dengan bentuknya yang seperti telur dan didambakan oleh anak-anak ketika orang tua mengajak pergi ke mini market. 

Rengekan anak-anak terhadap coklat ikonik ini kadang bahkan membuat orang tua agak "enggan" membawa buah hatinya ke mini market, betul? Dengan konsep "joy," atau dengan kata lain "bahagia" yang dapat dikaitkan dengan kebahagiaan anak-anak ketika mereka mengonsumsi coklat ini. Oh tentu! Bukan hanya coklat yang dijual, namun terdapat mainan di dalam telur ini, sehingga membuat anak-anak jauh lebih antusias. 

Bahkan, uniknya, telur ini juga dilabeli "For Boys" dan "For Girls" sehingga anak-anak dapat mainan sesuai dengan gender mereka. Dilansir dari Bizongo.com, yang membedakan Kinder Joy dengan produk coklat lainnya adalah bentuk unik berbentuk telur dan sangat mudah digenggam oleh anak-anak.

Coklat Kinder Joy (iNews.id - 07/05/2022)
Coklat Kinder Joy (iNews.id - 07/05/2022)

Banyak yang menjadi bahan pertimbangan sehingga tidak mungkin sebuah perusahaan asal-asalan membuat kemasan. Pertimbangan inilah yang menjadikan salah satu kunci keberhasilan dari konsep pengemasan atau packaging. Anggap kalian seorang konsumen, apakah kalian akan membeli kembali (repeat order) jika produk atau barang yang kalian beli ternyata memiliki kemasan atau packaging yang bagus, aman, dan membuat kalian tertarik? Terlebih jika didukung oleh kualitas barang atau produk itu. Pasti kalian akan yakin dan percaya untuk membeli lagi.

Kalian yang wanita dan bahkan pria, pasti jika melihat lawan jenis juga pertama kali yang dilihat adalah penampilan dan visual terlebih dahulu, kan? Jika visual dan penampilan dari lawan jenis terlihat menarik, kalian baru akan melakukan pendekatan. Betul apa betul? First Impression kalau kata orang mah! Nah, hal yang sama berlaku pada bahasan kita di sini nih!

Daya tarik visual dan penampilan dari kemasan atau packaging mencakup unsur grafis di mana dapat menciptakan suatu kesan. Permainan warna, font atau jenis tulisan untuk merek, nama merek, ilustrasi, tata letak, ataupun gambar termasuk dalam daya tarik visual. Desain, mau yang baik atau burukpun dapat mempengaruhi konsumen. Desain yang baik membuat konsumen senang melihatnya, begitupun sebaliknya. Desain yang buruk membuat konsumen dan bahkan siapapun enggan melihatnya. Untuk menengok pun juga tidak!

Disinggung di awal bahwa fungsi kemasan atau packaging sekarang ini sudah bukan hanya "selimut" namun berubah menjadi "nilai jual." Nah, pastinya para produsen mempunyai tujuan dong untuk membuat sebuah kemasan produknya. Apa aja sih tujuan para produsen ini untuk sistem pengemasan produknya?

1. Barrier Protection

Apa tuh barrier protection? Artinya, adanya batasan antara produk dengan lingkungan luar. Tujuannya adalah untuk menghindari produk dari kerusakan yang dapat mengurangi fungsi dan menurunkan kualitas dari produk ini.

2. Physical Protection

Namanya saja physical, itu artinya dapat melindungi produk dari kerusakan secara fisik, yaitu kerusakan seperti guncangan atau tergores ketika terjadi proses distribusi, penyimpanan, atau hal lainnya yang mengharuskan produk tersebut berpindah tempat.

3. Information Transmission

Transmisi informasi dalam Bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya penyampaian dan mengirimkan informasi penting. Seperti pembahasan sebelumnya, suatu kemasan harus dapat menyampaikan pesan dan informasi kepada konsumen, seperti cara menggunakan, apa yang terkandung dalam produk ataupun cara membuang produk tersebut.

4. Containment agglomeration

Suatu kemasan itu harus dapat memudahkan pengelompokan produk. Tentunya saat di distibusikan akan jauh lebih efektif dan efisien. Nah, dengan begitu dapat meminimalkan kebocoran atau kerusakaan produk.

5. Reducing Theft

Salah satu tujuan pemberian kemasan dalam produk adalah mencegah terjadinya pencurian dari produk tersebut dengan melihat kerusakan fisik pada kemasan. Misalnya, seperti kemasan Lemonilo (mie instan) terbaru yang mendapatkan photocard member atau anggota NCT Dream (boyband Kpop). Tiba-tiba, ditemukan keadaan mie instan itu hancur (rusak) demi mendapatkan photocard tersebut.

Gambar 3. Kemasan Lemonilo rusak (Kompas.com) 26/01/22
Gambar 3. Kemasan Lemonilo rusak (Kompas.com) 26/01/22

6. Convenience

Sesuai dengan namanya yang berarti kenyamanan, suatu kemasan harus dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam membawa produk. Dari sisi produsen berarti kemudahan dalam pendistribusian dan penjualan. Sedangkan, dari sisi konsumen berarti kemudahan dalam membawa dan menikmati produk tersebut.

7. Marketing

Visual kemasan yang dilihat dari segi desain atau label yang menarik dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk.

Kembali lagi tempatkan diri kalian sebagai produsen. Menentukan kemasan suatu produk tidak mudah. Terlebih dalam hal pembiayaan (costs). Produsen harus memikirkan bagaimana menekan biaya produksi namun memberikan hasil yang optimal dan maksimal secara keseluruhan. 

Penentuan kemasan yang digunakan juga harus memperhatikan keamanan dari bahan atau material kemasan serta mendukung gerakan menjaga bumi, seperti penggunaan bahan yang ramah lingkungan, mudah dibawa, dan tidak dapat menimbulkan kontaminasi pada produk. Misalnya, penggunaan bahan styrofoam sebagai wadah atau kemasan makanan. Meskipun bahan ini murah, tidak mudah bocor, ringan dan praktis, namun terdapat resiko bagi tubuh. Bahan ini mengandung zat stirena yang dapat mengurangi produksi sel darah merah, terlebih jika suhu makanan yang tinggi.

Selain itu, dilihat juga tujuan dan pasar (target market) produk tersebut. Jika produk tersebut diperuntukkan kepada anak-anak, maka bahan yang digunakan harus ramah dan aman terhadap anak-anak. Contoh lain, jika bahannya dari aluminium dan berbentuk kaleng berarti lebih cocok untuk kemasan minuman berkarbonasi atau soda.

Jadi, kemasan untuk sebuah produk saat ini tidak hanya sebagai pelindung namun juga dapat menjadi identitas di mana secara tersirat dapat memberikan informasi singkat mengenai produk tersebut dan bahkan menjadi daya tarik (promosi) yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun