Dalam puisi tersebut, Sapardi menuliskan sebuah gambaran rasa resah serta gemuruh batin milik Gendis dalam kesepiannya. Lalu digambarkan pula seolah-olah gadis tersebut selalu menengok wajah sedihnya dalam pantulan kolam tatkala hatinya itu dirundung dalam kesedihan.
Ada banyak nilai kehidupan dalam karya ini, terutama bagaimana cara Sapardi mengambarkan rasa sedih milik gendis ke dalam puisinya beserta amanat puisi tersebut secara bersaaman. Dalam puisi ini, Sapardi Djoko Damono dengan indah menggambarkan pengalaman poetik dengan bahasa yang memikat. Melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat, puisi ini mengajak pembaca untuk memasuki keadaan batiniah di mana penulis memeriksa dan merenungkan dirinya sendiri, seperti Gendis yang merenungkan dirinya yang tengah bersedih.
Puisi “Menjenguk Wajah di Kolam” seakan menyamakan wajah manusia dengan rembulan, yang memiliki makna bahwa emosi seseorang dalam dirinya bisa berubah-ubah seperti sebuah rembulan yang mengubah bentuknya seiring malam berganti. Hal ini tentu tidak baik, karena manusia harus bisa mengontrol emosi agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itulah puisi memiliki amanat bahwa ketika kita merasa terpukul atau sedih, kita harus pandai mengendalikan diri. janganlah berputus asa dan menatap kesedihan kita terus menerus atau kita akan semakin jatuh ke dalam keputusasaan yang akan berdampak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H