Jawabannya adalah ya! Kucing dari Jepang, Indonesia, atau Inggris akan tetap mampu saling "berkomunikasi" karena mereka menggunakan bahasa tubuh dan feromon, bukan kata-kata seperti manusia.
Kucing tidak peduli dengan aksen atau logat, selama pesan mereka tersampaikan. Seekor kucing Jepang yang "nyaa" akan tetap bisa bermain dengan kucing Indonesia yang "meong"Â karena mereka berbicara dengan naluri, bukan kata-kata.
Jadi, jika kucing saja bisa saling memahami tanpa ribut soal bahasa, mungkin kita, manusia, bisa belajar satu hal dari mereka.
Komunikasi sejati bukanlah tentang kata, melainkan tentang pemahaman yang tulus.
Referensi
- Ekman, P. (2003). Emotions Revealed: Recognizing Faces and Feelings to Improve Communication and Emotional Life.
- Mehrabian, A. (1967). Nonverbal communication study.
- McComb, K., Taylor, A., Wilson, C., & Charlton, B.D. (2009). The role of vocal communication in domestic cats. Current Biology.
- Skinner, B.F. (1957). Verbal Behavior.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H