Kekayaan serta status sosial ekonomi yang baik merupakan salah satu jenis privilege yang Mario miliki sedari kecil.
Namun, tanpa disadari privilege dengan terlahir dikeluarga kaya raya merupakan tantangan tersendiri bagi diri sendiri untuk tumbuh menjadi pribadi yang berakal dan beretika baik.
Pada laman resmi Psychology Today, seorang psikolog penelitian serta Asisten Profesor Psikologi dari Weill Medical College di Cornell University, Peggy Drexler Ph.D. memberikan fakta yang cukup mengejutkan.
Drexler menjelaskan bahwa membesarkan anak-anak yang memiliki "semuanya" merupakan tantangan yang serius.
Penelitian telah menemukan bahwa anak-anak istimewa, secara keseluruhan, lebih egois, depresi, dan merusak diri sendiri.Â
Mereka cenderung lebih narsis dibanding anak-anak lainnya dengan tujuan untuk mengembangkan kesadaran diri.
Fakta tersebut semakin didukung oleh artikel ilmiah yang telah diterbitkan oleh jurnal Personality and Social Psychology Bulletin bahwa status sosial secara alamiah membentuk pola pikiran, perasaan, dan tindakan seorang individu.
Lima penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa status sosial yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan hak dan narsisme.
Seorang individu dengan status sosial kelas atas melaporkan hak psikologis yang lebih besar dan kecenderungan kepribadian narsistik dan mereka lebih cenderung berperilaku narsis dengan memilih untuk melihat diri mereka sendiri di cermin.
Kepribadian narsistik ini pun secara tidak sadar juga mengembangkan sikap bahwa dirinya lebih dari berbagai aspek dibandingkan individu lain dan merasa bahwa dirinya selalu yang "terbaik".
Gumpel, Wiesenthal, dan Sderberg (2015) juga memperkuat argumentasi tersebut dengan menjelaskan secara spesifik bahwa laki-laki berusia remaja dengan status sosial kelas atas cenderung mengembangkan kepribadian narsistik yang berkaitan dengan tingkat argesinya yang relatif tinggi.