Mohon tunggu...
Cindy Amelia Tessa
Cindy Amelia Tessa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Konten favorit adalah tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Global Mencegah Cyberbullying di Kalangan Remaja

20 Desember 2024   11:42 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program pendidikan online yang dikembangkan untuk siswa sekolah dasar di korea Selatan menunjukkan efek positif dalam mencegah cyberbullying. Subjek studi mengalami lebih sedikit cyberbullying dan viktimasi setelh berpartisipasi dalam progggram ini, menunjukkan efektivitasnya dalam mengurangi kejadian cyberbullying.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasakan analisis terhadap 15 artikel yang berhubungan dengan strategi global pencegahan cyberbullying di kalangan remaja, ditemukan empat strategi utama pencegahan cyberbullying yaitu pengawasan orang tua dan guru terkait penggunaan media sosial, bimbingan literasi digital, peningkatan empati kognitif, dan partisipasi polisi dalam upaya pencegahan cyberbullying di kalangan remaja.

Pengawasan Orang Tua Dan Guru Terkait Penggunaan Media Sosial

Pengawasan orang tua dan guru sangat penting dengan tujuan untuk membatasi intensitas penggunaan internet khususnya media sosial. Semakin sering anak menggunakan media sosial maka semakin besar pula resiko terdampak cyberbullying. Hal ini sejalan dengan penelitian Welly (2022) yang menyatakan bahwa pola asuh memiliki hubungan dengan kejadian cyberbullying di kalangan remaja. Media sosial jika digunakan dengan durasi waktu yang berlebihan atau intensif mampu menyebabkan kecanduan yang berdampak negatif pada anak seperti membuatnya tidak menyelesaikan tugas, tidak masuk sekolah, nilai prestasi turun, dan interaksi sosial menghilang (Fransiska et al., 2020). Karenanya, orang tua dan guru hendaknya mengingatkan anak untuk memahami kapan waktu belajar, bermain bersama teman, bermain gadget. Orang tua di rumah juga bisa membuat aturan durasi bermain gadget atau media sosial setiap harinya bagi anak-anak mereka. Sejalan dengan hal tersebut penelitian Raquel (2020) juga menekankan pentingnya pengawasan keluarga dan sekolah sebagai faktor pencegah terhadap cyberbullying.

Bimbingan Literasi Digital

Salas satu upaya pencegahan cyberbullying adalah bimbingan literasi digital yaitu mempromosikan budaya online yang aman bagi anak. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Thanos (2022) menyatakan bahwa penekanan yang diberikan pada literasi teknologi sejak awal pendidikan dasar menawarkan lebih banyak peluang bagi guru untuk mengangkat isu-isu perilaku online yang etis dan aman. Hal tersebut cenderung memotivasi anak untuk terlibat dalam perilaku positif bahkan di dunia maya. Guru dapat membentuk kemampuan literasi digital pada anak dengan cara memberitahu kapan dan bagaimana cara menggunakan media sosial secara bijak, mengajarkan bahwa melalui media sosial kita bisa mendapatkan beragam informasi oleh karena itu perlu memilah-milah informasi yang baik dan tidak baik supaya kita bisa mengambil yang baik saja, menanamkan perilaku-perilaku online yang etis dan aman. Penanaman pengetahuan siswa mengenai budaya online yang aman efektif untuk mencegah cyberbullying. Hal itu sejalan dengan penelitian Schultze-Krumbholz (2018) bahwa program mereka menanamkan pengetahuan perilaku online yang aman berpengaruh pada berkurangnya tindakan cyberbullying. Dengan demikian, bimbingan literasi digital penting dilakukan oleh guru maupun orang tua untuk mencegah terjadinya cyberbullying siswa sekolah dasar.

Peningkatan empati kognitif

Empati memiliki dua komponen utama: empati afektif, yaitu kemampuan untuk merasakan dan berbagi pengalaman emosi orang lain, dan empati kognitif yang merupakan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi orang lain (Ang & Goh, 2010). Empati kognitif bisa terjadi membutuhkan pemrosesan melalui pengambilan perspektif, dengan berpikir melalui bagaimana suatu situasi dapat berdampak pada orang lain. Peningkatan empati kognitif dapat mencegah terjadinya cyberbullying. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Krista (2023) empati kognitif dapat mendorong pencegahan perilaku agresif, antisosial, hingga cyberbullying. Peningkatan empati anak dapat dilakukan dengan memberi stimulus-stimulus berupa pertanyaan seperti "Bagaimana perasaanmu jika ada orang yang menulis hal negatif kepadamu?", "Apa yang kamu rasakan jika ada yang memposting hal negatif tentangmu?", atau "Menurutmu, bagaimana perasaan orang lain jika mendapatkan komentar negatif tentang diri mereka?". Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendorong anak untuk berpikir dan memunculkan empati mereka sehingga anak akan termotivasi untuk tidak berkomentar ataupun memposting hal negatif tentang orang lain. Mereka akan secara sadar mampu mengelola emosi dan memilih kata-kata ataupun postingan yang baik dan tidak melukai perasaan orang lain. Hal itu sejalan dengan penelitian Raquel Flores (2019) bahwa empati merupakan salah satu elemen penting pencegah cyberbullying dimana anak harus menempatkan dirinya pada posisi orang lain, mendengarkan, memberi perhatian, toleransi, dan membantu orang lain.

Partisipasi polisi dalam upaya pencegahan cyberbullying di sekolah

Salah satu bentuk pencegahan cyberbullying yang populer adalah pertemuan dengan polisi di sekolah. Pertemuan tersebut membahas permasalahan cyberbullying yakni tentang hukum yang berkaitan dengan konsekuensi cyberbullying (menerbitkan gambar, foto, secara online tanpa persetujuan seseorang dan konsekuensinya). Pelatihan olah polisi lebih banyak diapresiasi daripada kegiatan ceramah guru di dalam kelas. Siswa akan jauh lebih terkesan apabila petugas polisi dengan seragamnya memberitahu mereka tentang pengalaman nyata, kasus yang pernah terjadi, dan konsekuensinya. Oleh karenanya, perlu lebih sering adanya edukasi cyberbullying dari polisi yang diselenggarakan di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian ukasz (2019) bahwa partisipasi polisi dalam pencegahan serta pemecahan masalah yang rumit terkait cyberbullying. Peneliti lain menegaskan bahwa perlunya polisi melakukan edukasi mengenai cyberbullying di sekolah-sekolah merupakan bagian dari upaya pencegahan cyberbullying (Beale, 2007).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun