Aera berdiri untuk menyambut laki-laki yang selama ini ia cintai dengan segenap hati. Kini mereka saling berhadapan dan tidak melepas pandangan satu sama lain, tatapan penuh kasih dan kerinduan dari keduanya. Dan tanpa basa basi, Theo menarik perempuannya masuk ke dalam dekapan hangat. Mereka larutan dalam dekapan satu sama lain tanpa memedulikan sekitar. Mereka biarkan kerinduan melebur dalam dekapan itu, menghirup aroma parfum satu sama lain menjadi kesukaan mereka sekarang. Sampai akhirnya Aera melepaskan terlebih dahulu untuk mempersilahkan Theo duduk.Â
"Kakak suka Americano kan? Tadi aku pesen ice Americano untuk kakak,semoga takarannya pas" Aera membuka obrolanÂ
"Iya Ra, makasih ya sayang" senyum Theo masih betah berada disana, ia betah menatap lekat perempuan kasihnya yang kini pipinya memerah. Theo meneguk kopi yang sudah dipesankan tersebut setelah itu ia menggenggam tangan Aera dengan lembut. Aera sontak terkejut namun berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Ra, aku gamau basa basi deh, aku mau ngelanjutin obrolan kita dua bulan yang lalu, tapi jangan potong dulu yaa, dengerin aku dulu"
"Iyaa kak boleh, ga akan aku potong" Aera tertawa mendengar nada bicara Theo yang seperti merajuk.
"Ra, sebenernya dari dulu aku udah tau soal perasaan kamu gara-gara waktu itu dikasih tau Yudha, katanya kamu sering ngeliatin aku main basket diem-diem, tapi aku ga percaya, aku pikir Yudha cuma mau bikin aku seneng. Tapi ternyata omongan Yudha bener, waktu kamu nge chat aku tuh, aku mikir ini kayak sebuah keajaiban, terus aku ngerasa makin ajaib lagi pas baca chat kamu yang bilang kalo kamu udah suka sama aku selama 3 tahun, berarti itu waktu kamu baru aja masuk SMA Neo kan, aku ga nyangka kalo kamu mendem perasaan kamu selama itu, pas aku baca chat kamu itu, aku bilang kan ke kamu aku lagi di kost temen, itu lagi di kostannya Yudha, disitu perasaan aku campur aduk, antara seneng banget dan ngerasa bersalah karena aku pake gapercaya omongan si Yudha dulu, disana aku pengen teriak tapi entar disangka gila sama Yudha, makanya disitu aku nahan banget supaya aku ga ketawa-tawa sendiri. Inti dari cerita panjangku ini, sayang waktu kamu suka sama aku, aku juga lagi jatuh cinta sama orang, orang itu kamu, kamu berhasil rebut hati aku waktu kamu bacain puisi kamu di depan semua siswa Neo pas di kegiatan Kamis literasi, itu puisi yang kata indah aja masih gabisa menggambarkan puisi kamu, karena menurut aku emang secantik dan seindah si pemilik puisi. Dan yang makin aku syukuri sekarang, bahwa aku tau puisi itu ternyata untuk aku kan Ra, aku sayang kamu Ra, sekali lagi aku tanya ke kamu, kamu mau jadi perempuanku?" Theo menutupnya dengan pertanyaan retoris sepertinya, karena seperti yang diketahui bersama Aera pasti akan dengan senang hati berkata ya sampai seribu kali kalau perlu. Mata Aera sampai berkaca-kaca mendengar perkataan Theo.
"Kak, aku gatau kamu juga suka sama aku... Jadi selama ini perasaan aku berbalas ya..."
"Itu hal yang pasti Ra" Theo mengucap kalimat tersebut dengan yakin, membuat Aera tersenyum.
"Jadi jawabannya apa Ra?"
"Kak, jawaban aku akan selalu iya. Iya aku mau jadi perempuanmu, iya aku mau jadi penyemangatmu, iya aku mau jadi obat untuk lukamu dan iya aku bersedia menyediakan peluk untuk setiap pelikmu"Â
Theo mencium punggung tangan gadisnya lama setelah mendengar jawaban Aera.Â