Mohon tunggu...
Syafira Ayu
Syafira Ayu Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pemimpi

Cuma penulis pemula yang mau mencoba menuangkan imajinasinya 🧡

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My First Love

11 Maret 2022   19:30 Diperbarui: 11 Maret 2022   19:37 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Di sebuah rumah sederhana itu, seorang gadis tengah bimbang, menimbang-nimbang sebuah keputusan yang menurutnya adalah hal yang sangat besar. Aera Accilia, seorang gadis manis bermata coklat dan berambut ikal yang sedari tadi hanya berpaku pada handphonenya menatap nomor telepon seseorang yang telah memikat hatinya beberapa tahun belakangan ini. Seorang kakak kelas di SMA Aera dulu, Theo Mahesworo namanya. Theo merupakan kakak kelas sekaligus ketua organisasi yang diikuti Aera juga dulu semasa sekolah yang kini sedang menempuh pendidikan di kota seberang. Entah alasan apa yang membuat Aera bisa menjatuhkan hatinya kepada Theo, dan memilih untuk memendamnya sendiri. Yang jelas perasaan ini, adalah perasaan baru bagi Aera. Aera menemukan cinta pertamanya yaitu Theo.

Namun pada kenyataannya Aera bukanlah seorang ahli dalam memendam perasaan. Ia tidak ahli untuk terus berbohong kepada semua orang bahwa ia tidak menyukai siapa-siapa. Seorang Aera yang ekspresif nyatanya tidak bisa berlama-lama lagi memendam perasaan sukanya kepada pujaan hatinya tersebut. Ia memutuskan untuk mengakhiri statusnya sebagai pengagum rahasia dan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya. Nomor telepon yang sedari tadi ia pandangi, akhirnya ditekan juga untuk masuk ke dalam mode panggilan. Iya Aera memberanikan diri untuk menelpon Theo, lelaki pujaannya.

Suara telepon tersambung terdengar keras di telinga Aera sekarang. Ia semakin gugup. Telepon tersebut lama sekali diangkatnya. Sampai akhirnya sebuah suara yang ia rindukan menyapanya dari sebrang sana. 

"Hallo Aera" Theo yang sebenarnya pada saat ini sedang berada di kos-kosan temannya,menyapa Aera terlebih dahulu dengan perasaan bingung. 

"Hallo kak,hehe. Apa kabar?" Ucap Aera berbasa-basi.

"Baik Ra, kamu sendiri gimana?"

"Baik juga kak, hehehe" Aera semakin gugup, ia mulai menyesali keputusannya tersebut. 

"Bagus deh kalo gitu, ngomong-ngomong ada apa Ra?" Pertanyaan selanjutnya yang dilontarkan oleh Theo membuat Aera makin gugup. Namun sudah terlanjur basah, dengan tekad yang sudah Aera kumpulkan dari jauh-jauh hari, ia akhirnya mengungkapkan perasaannya panjang lebar. Aera mengatakan pada Theo bahwa ia sudah menyukai Theo semenjak masih menjadi siswa baru di SMA mereka. Theo sendiri dari seberang sana, tidak memotong pembicaraan Aera yang sedari tadi belum selesai bicara. Aera mengungkapkan seluruh perasaan yang sudah sejak lama ia pendam.

"Ya jadi begitu deh kak hehe" ucap Aera diakhir kata.

" Wah, Ra panjang banget yah hehehe, gimana perasaan kamu, udah lega?" 

" Iya udah kak, udah lega" 

" Bagus lah kalau begitu, sekarang giliran aku yang ngomong boleh ya Ra?" Pinta Theo. 

" Boleh kak silakan" perasaan Aera makin gugup menunggu hal apa yang akan diucapkan oleh Theo diujung sana. 

"Ra, kamu tadi minta tolong aku untuk selalu bahagia kan? Dan kamu akan selalu dukung aku dari belakang" ucap Theo yang dijawab hening, Aera tidak menjawab, oleh sebab itu Theo melanjutkan kalimatnya.

"Ra, gimana kalau kamu jangan semangatin aku dari belakang, kamu pindah ke samping aku aja, biar kalau nanti aku capek, aku gaperlu susah nengok ke belakang, aku cuma perlu nengok ke samping aku yang disana ada kamu yang tersenyum dan kasih peluk hangat kamu buat aku" ungkap Theo.

" Maksudnya kak??" Aera sontak beranjak dari kasurnya, ia sungguh tak paham maksud dari lelaki kasihnya itu.

" Aera, ayo tetap sama aku, ada disampingku, jadi penyemangatku, jadi obat untuk lukaku, jadi peluk untuk pelikku, jadi perempuan yang aku cintai setelah ibuku" Jeda Theo berikan pada ucapannya karena mendengar suara benda terjatuh dari seberang sana.

"Maksud kakak apa???" Tanya Aera yang sebenarnya tau maksud dari laki-laki itu, namun ia ingin memastikan sekali lagi, apa dugaannya benar atau keliru.

"Aera, jadi perempuanku.. kamu mau?" Ucapan Theo kali ini memperjelas dugaan Aera. Kupu-kupu mulai Aera rasakan berterbangan di perutnya sekarang. Apakah seindah ini rasanya cinta? Seindah ini perasaan yang terbalas? Aera terdiam beberapa saat sampai suara bariton dari ujung sana membuyarkan lamunannya. 

" Aera, gimana jawabannya? Aku tau sih ini kurang pas aja kalo aku nembak kamu lewat telpon, tapi anggap aja ini simbolis ya Ra, nanti ketika aku pulang ke Jakarta, aku bakal ngomong lagi soal ini sama kamu secara langsung, ya Aeraku?" Jelas saja Aera tersontak kaget, Theo, sang pujaan hatinya sekarang memanggil namanya dengan kata kepemilikan, padahal Aera belum menjawab apa-apa.

"Eh udah jadi Aeraku atau belum sih? Jadi gimana jawabanmu Ra? Harus mau deh kata aku, biar penantianmu ngga sia-sia" ucap Theo dibarengi tawa renyahnya di seberang sana. Aera sedikit jengkel namun tidak bisa menutupi rasa senangnya juga.

"Ih kakak! Ngga gitu yaa" Oceh Aera.

" Hahaha, jadi gimana raaa??" Tanya Theo sekali lagi sambil menahan gemas.

" Ya ngga ada alasan aku untuk nolak kan kak..." Ucap Aera yang terdengar malu-malu. 

"Yes! Terima kasih Aeraku, janji ya tunggu aku, setelah aku pulang nanti kita harus ketemu" 

"Iyaa kaak aku tunggu kamu selalu, aku tutup dulu ya kak? Ada tugas yang harus aku selesaikan, kakak semangat disana!" ujar Aera hendak mengakhiri obrolan.

" Iya Ra, makasih ya udah mau jujur sama aku soal perasaan kamu, semangat ngerjain tugasnya, kalau udah selesai kabarin aku oke?" 

"Oke kak dah" final Aera dan akhirnya ia menutup teleponnya dengan perasaan yang berbunga-bunga. 

Hubungan Aera dan Theo berjalan indah setelahnya. Mereka sering melakukan panggilan video untuk saling bertukar cerita. Suka duka, tawa dan canda mereka bagi berdua. Sampai pada usia hubungan mereka yang ke 2 bulan, Theo akhirnya bisa pulang ke kampung halaman, menemui keluarga nya dan tentu gadis tercintanya juga, Aera. 

" Ra kamu dimana sekarang?" Tanya Theo lewat sambungan telepon"

"Aku lagi di Sempi's caffe kak, langsung ketemu disini aja yaa, aku Shareloc nanti" jawab Aera dengan antusias.

" Oke sayang, tunggu yaa" ucap Theo, ia memutus sambungan teleponnya dan langsung menancap gas ke lokasi yang tadi Aera sebutkan.

Hari yang cerah untuk mendukung suasana hati manusia yang sedang berbunga. Pernah kalian bayangkan cinta pertama kalian berjalan seindah ini? Sungguh rasa yang luar biasa kan? Aera, seorang gadis manis yang baru merasakan cinta pertama kalinya itu, duduk sambil meminum latte untuk membunuh waktu. Ia menunggu kasihnya yang datang sebentar lagi katanya. Perjumpaan pertama mereka setelah kurang lebih dua bulan menjalin asmara jarak jauh. Selang beberapa waktu, lonceng cafe tempat Aera menunggu itu berbunyi menandakan bahwa ada pelanggan lagi, Aera spontan melihat ke arah pintu, jantungnya berdetak lebih cepat kali ini, senyum yang biasanya ia lihat lewat handphone kini ia lihat langsung. Lebih manis dan indah sampai membuat senyum Aera ikut mengembang. Laki-laki kasihnya itu melangkah semakin dekat kearahnya dengan senyum yang kian lebar. 

Aera berdiri untuk menyambut laki-laki yang selama ini ia cintai dengan segenap hati. Kini mereka saling berhadapan dan tidak melepas pandangan satu sama lain, tatapan penuh kasih dan kerinduan dari keduanya. Dan tanpa basa basi, Theo menarik perempuannya masuk ke dalam dekapan hangat. Mereka larutan dalam dekapan satu sama lain tanpa memedulikan sekitar. Mereka biarkan kerinduan melebur dalam dekapan itu, menghirup aroma parfum satu sama lain menjadi kesukaan mereka sekarang. Sampai akhirnya Aera melepaskan terlebih dahulu untuk mempersilahkan Theo duduk. 

"Kakak suka Americano kan? Tadi aku pesen ice Americano untuk kakak,semoga takarannya pas" Aera membuka obrolan 

"Iya Ra, makasih ya sayang" senyum Theo masih betah berada disana, ia betah menatap lekat perempuan kasihnya yang kini pipinya memerah. Theo meneguk kopi yang sudah dipesankan tersebut setelah itu ia menggenggam tangan Aera dengan lembut. Aera sontak terkejut namun berusaha menutupi rasa gugupnya.

"Ra, aku gamau basa basi deh, aku mau ngelanjutin obrolan kita dua bulan yang lalu, tapi jangan potong dulu yaa, dengerin aku dulu"

"Iyaa kak boleh, ga akan aku potong" Aera tertawa mendengar nada bicara Theo yang seperti merajuk.

"Ra, sebenernya dari dulu aku udah tau soal perasaan kamu gara-gara waktu itu dikasih tau Yudha, katanya kamu sering ngeliatin aku main basket diem-diem, tapi aku ga percaya, aku pikir Yudha cuma mau bikin aku seneng. Tapi ternyata omongan Yudha bener, waktu kamu nge chat aku tuh, aku mikir ini kayak sebuah keajaiban, terus aku ngerasa makin ajaib lagi pas baca chat kamu yang bilang kalo kamu udah suka sama aku selama 3 tahun, berarti itu waktu kamu baru aja masuk SMA Neo kan, aku ga nyangka kalo kamu mendem perasaan kamu selama itu, pas aku baca chat kamu itu, aku bilang kan ke kamu aku lagi di kost temen, itu lagi di kostannya Yudha, disitu perasaan aku campur aduk, antara seneng banget dan ngerasa bersalah karena aku pake gapercaya omongan si Yudha dulu, disana aku pengen teriak tapi entar disangka gila sama Yudha, makanya disitu aku nahan banget supaya aku ga ketawa-tawa sendiri. Inti dari cerita panjangku ini, sayang waktu kamu suka sama aku, aku juga lagi jatuh cinta sama orang, orang itu kamu, kamu berhasil rebut hati aku waktu kamu bacain puisi kamu di depan semua siswa Neo pas di kegiatan Kamis literasi, itu puisi yang kata indah aja masih gabisa menggambarkan puisi kamu, karena menurut aku emang secantik dan seindah si pemilik puisi. Dan yang makin aku syukuri sekarang, bahwa aku tau puisi itu ternyata untuk aku kan Ra, aku sayang kamu Ra, sekali lagi aku tanya ke kamu, kamu mau jadi perempuanku?" Theo menutupnya dengan pertanyaan retoris sepertinya, karena seperti yang diketahui bersama Aera pasti akan dengan senang hati berkata ya sampai seribu kali kalau perlu. Mata Aera sampai berkaca-kaca mendengar perkataan Theo.

"Kak, aku gatau kamu juga suka sama aku... Jadi selama ini perasaan aku berbalas ya..."

"Itu hal yang pasti Ra" Theo mengucap kalimat tersebut dengan yakin, membuat Aera tersenyum.

"Jadi jawabannya apa Ra?"

"Kak, jawaban aku akan selalu iya. Iya aku mau jadi perempuanmu, iya aku mau jadi penyemangatmu, iya aku mau jadi obat untuk lukamu dan iya aku bersedia menyediakan peluk untuk setiap pelikmu" 

Theo mencium punggung tangan gadisnya lama setelah mendengar jawaban Aera. 

"Terima kasih sayang, terima kasih" ujar Theo sambil menatap lekat mata sang gadis pujaannya itu. 

Begitulah cinta menyatukan keduanya. Entah kemana takdir akan membawa mereka nantinya, namun satu semoga yang sama akan selalu mereka lantunkan pada Tuhan adalah, semoga mereka akan saling mencinta hingga hari tua.

~~Tamat~~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun