Berlari menerobos dinginnya angin sisa semalam, Dru bergegas ke ATM tepat di sebelah kiri pintu masuk stasiun.
Beberapa lembar Dru ambil setelah kurang lebih satu jam Dru menghitung berapa sisa uang di dalam rekeningnya jika Dru nekat menjauh dari hiruk pikuk manusia-manusi berisik.
Dru harus pastikan sekembalinya Dru mengisi hati dan pikirannya, uang itu harus mencukupi Dru hinggal tanggal teng tong M Banking  Dru Berbunyi.
Waktu masih jam 4 pagi. Dru punya waktu 1 jam sebelum memutuskan menaikin gerbong pilhannya.
Mencoba menelusuri jajanan di sekitar stasiun, Dru memutuskan membeli 1 lontong dan 1 tahu goreng isi yang ukurannya lumayan besar, kira-kira sebesar muka tikus yang biasa mampir ke kost an Dru saban malam.
"Cukup lah. Hemat. 10 ribu ini harus mampu memenuhi nafsu makan ku hingga nanti aku tiba di Solo"
Dru merogoh saku jeans sobeknya. Mencari uang logam untuk membeli the hangat agar tidak perlu jajan lagi nanti dan pula tidak masuk angin ketika tiba di Stasiun Balapan nanti.
Satu koper dan satu sling bag saja.
Kali itu Dru tidak membawa barang-barang aneh. Yang biasanya Dru ikut membawa obat-obatan Bram, Jaket extra, Kaos extra semata jika Bram mengeluh kedinginan, Dru sudah siap.
Tapi kali ini Dru hanya memastikan alat ibadah tidak tertinggal.
Daster tipis yang sudah tidak utuh bagian benangnya Dru bawa. Agar Dru tidak perlu laundry, cukup kucek sedikit lalu dijemur di bawah lampu kamar mandi rasanya cukup untuk bekal Dru berhari-hari di sana.
ya, mirip supir truk saja, sebelum mereka tidur mereka jemur dulu baju mereka di pintu atau badan truknya.
Dru mulai menelusuri anak tangga Stasiun Bandung.
Perlahan memorinya menyeruak mengingat kembali perkara Bram. Manusia favorit Dru yang tidak juga kunjung menjunjung Dru seperti yang diharapkan Dru selama ini.
Sial!
Dru sudah membuang waktu terlalu banyak.