Saat sadar bahwa tak ada satupun yang dapat menyelamatkan Dru.
Sama seperti halnya saat kita bertemu binatang buas. Pura-pura mati saja, mungkin kau tidak jauh lebih baik tapi setidaknya hari matimu bukan saat itu.
Siang itu Dru berjalan dengan gagahnya.
Dru percaya bahwa hidup akan jauh lebih baik dengan segala doa terbaik yang tak pernah berhenti dipanjatkan.
Namun apa boleh buat.
Semesta tak juga mendukung.
Dru yang terbiasa dipanggil tolol dari mulut yang tidak bertanggung jawab. Telah cukup membuat Dru sedikit bergeser dari waras menjadi naas.
Mestinya Dru tutup kuping erat saat itu.
Nyatanya ketololan telah merasuki darah Dru.
Sehingga apapun yang Dru lakukan, selalu menjadi hal yang tolol.
Di mata Dru.