Dru ternganga.
Sebentar dia perhatikan pojok caf itu. Diambilnya tangan Metta lalu diseretnya menjauh dari meja tengah itu.
Dengan sedikit susah payah, Dru ambilkan secangkir kopi panas tanpa gula, sepiring kecil tahu goreng dan tak lupa tissue untuk bersihkan luka di kening Metta.
Dru tahu, Metta sedang tidak baik-baik saja. Percuma juga untuk tanya ada apa dengan Metta hari itu.
Dipeluknya Metta dengan erat.
Tidak Dru tepuk namun dibisikan sedikit kata ke kuping Metta.
"Kamu baik denganku Met. Diamlah dulu hingga kau yakin bahwa mulutmu akan bercerita banyak tentang hati dan lukamu"
Ada rasa pedih yang juga Dru rasakan.
Saat sepanjang waktu Dru habiskan waktu hanya untuk menghindar dari isak tangis.
Saat Dru pernah putus harapan karena Dru tahu jika Bram tak mungkin memilih Dru.