Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Raja Tak Hanya Berdoa

27 Oktober 2020   00:50 Diperbarui: 27 Oktober 2020   01:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua pajangan hotel berjatuhan. Lampu berkedip, semakin lama semakin melambat. Ruangan gelap gulita.

Kali ini bukan ulah Dru. Dru berteriak mohon ampun. Aku tak paham dengan yang terjadi.

"Kau mau apa?. Kau ini siapa?"

Berulang kali Dru mengatakan hal yang sama, namun tak ada satupun suara yang keluar selain suara teriakan Dru dan berjatuhannya semua yang berada di meja.

"Ampun, jangan lukai aku. Aku tidak tahu siapa kamu, aku tidak tahu salahku dimana."

Sunyi, aku menjadi khawatir dengan kondisi Dru. Apakah Dru baik-baik saja.

Kucari Dru pelan-pelan. Masih terdengar sedikit suara nafas Dru dan sedikit rintihan. Apakh Dru kesakitan?. Ya Tuhan ada apa ini sebenarnya.

Dari Lorong hotel kudengar sura orang berlari dengan cepat.

Satu orang, oh bukan. Dua orang.

Ah bukan, ini terlalu banyak orang. Mau kemana mereka. Suara sepatu PDH terdengar jelas. Terlalu banyak orang bicara hingga aku tak memahami jelas yang sedang mereka bicarakan.

Braaak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun