Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Raja Tak Hanya Berdoa

27 Oktober 2020   00:50 Diperbarui: 27 Oktober 2020   01:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamar 212, pertama kali diajak oleh Dru ke tempat yang akhirnya kuketahui bernama Hotel.

Desain minimalis dengan dominasi warna putih tulang membuat ruangan yang disewa Dru membuatku nyaman sejenak, setidaknya sampai pada waktu Dru menceritakan masalahnya.

Kamar yang aneh, atau apakah memang hotel begini adanya?.
Di sudut meja sudah tersaji segelas kopi dan satu porsi Kebab Turki. Atau apakah Dru sudah memesan sesuatu sebelum dia memasuki kamar ini?

Dru ini kebiasaan, setiap habis pergi yang dia lakukan pasti mandi. Kenapa tidak dia lihat sekeliling dulu sih.

Kubiarkan Dru melepas penatnya. Seharian bermandi keringat di jalanan telah membuat Dru diam seribu Bahasa, ditambah dengan fokus berlebihan terhadap cerita Tania membuatku sedikit deg-degan. Aku tidak mau Dru yang kukenal menjadi berubah watak dan kebiasaannya.

Sepanjang aku menemani Dru, dia adalah orang yang sangat pemaaf. Dari sekian bacaan yang Dru miliki, tidak pernah ada satupun bacaan berbau pembunuhan seperti itu. Dru orangnya penakut, mendengar acara Nighmare di Radio Ardan saja akan membuat Dru melompat di balik kursi, padahal mau kemana lari pun suara dari radio tetap akan terdengar. Sayup kudengar Dru bernyanyi, dan aku masih perhatikan sekeliling ruangan ini.

Satu asbak berwarna hijau, dengan beberapa punting rokok di dalamnya.

"Dru, cepat mandinya. Aku mau bicara!"
"Sebentar aku masih mau main air dulu. Mau apa sih, kaya bisa mandi saja?"

"Banyak tanya. Cepat mandinya!!!"

Masih dengan handuk dan rambut yang basah, Dru segera selesaikan mandinya. Laela tidak biasanya membentak Dru seperti itu.

"Apa sih Laela. Aku tuh pusing tahu tidak?. Sepanjang jalan naik Bus itu tidak enak."
"Yang suruh kamu naik bus siapa?. Yang suruh kamu ada di sini siapa?"
"Ya tidak ada, aku hanya kesal saja."
"Gila kamu ya, kesal itu belanja, curhat, nonton atau apa gitu. Ini kenapa harus siksa diri sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun