Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan Kira Aku Kuat

27 Agustus 2020   01:31 Diperbarui: 27 Agustus 2020   01:29 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Kuambil minumannya, namun enggan aku minum.
Aku takut, jika tak ada bayangan di dalam ampas tersebut atau ternyata yang tampak bukanlah Bram.

Bram lagi, Bram lagi. Harus bagaimana aku melupakannya, jika dalam segala cara yang sudah aku tempuh malah membuat aku semakin jatuh cinta padanya.

Persetan dengan peringatan untuk tidak melangkah terlalu jauh, aku memang tak mau kembali. Untuk apa aku kembali jika dengan kembali hanya akan membuat hidupku makin tidak karuan.

"Nona, Nona manis."

"Tak ada pelayan seperti yang tadi, namun suaranya sangat aku kenal."

"Bangun, apa perlu aku kecup agar putri cantikku kembali menjelma menjadi sosok penuh cinta?"

Bram tepat di depanku. Seingatku aku sudah kunci pintu kamarku, lalu bagaimana caranya Bram bisa masuk ke kamarku?

"Kamu lelap sekali tidurnya, memang semalam tidur jam berapa sih?. Pasti kamu tidak shubuh. Mandi sana kita dzuhur bareng yuk!"

"Sebentar, ngapain kamu di sini. Ganggu mimpi orang saja. Pulang sana!"

Bram beranjak dari tempat tidurku dan dia benar-benar meninggalkan aku. Aku tak percaya dengan pemandangan ini. Tapi baiklah. Pergilah kau Bram, aku tak perlu kamu. Aku tak perlu pendamping, aku tak perlu laki-laki. Karena buatku sama saja, semua laki-laki yang diciptakan di sekelilingku, tugasnya hanya untuk menyakiti aku, membuatku menangis, rapuh, lemah dan tidak berdaya.

Bagus jika kamu pergi Bram, setidaknya aku tidak akan buang waktuku untuk menunggumu di setiap pagi dan setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun