Kutinggalkan Dru dengan segelas tubruk Sidikalang pesanan Dru.
"Aku sebats dulu." Pusing aku dengar Dru ngoceh.
Sebat, sebat..berbat-bat.
Dru lagi kambuh nyebelinnya. Kalau bukan Dru perempuannya sudah aku tinggal dari tadi.
Tidak pernah paham alasanku menyukai Dru, karakter Dru yang meletup-letup tidak membuatku ingin menjauhi Dru, yang ada aku makin kehilangan Dru jika Dru hilang dari peredaranku sehari saja.
"Sudah berbat-batnya?"
"Hmmm."
"Ditanya kok jawabnya hmmm. Kamu  marah sama aku Bram?"
"Masih perlu dijawab Dru?"
Kubiarkan Dru menatapku. Ah Dru tak adakah kata-kata yang pantas aku dengar dari bibir mungilmu?
"Aku ganteng. Ngaku aja deh kamu Dru."
"Iya kamu ganteng, sayang kamu punya orang."
"Kamu ga mau nyuri Dru?. Mangga sebelah kantor aja habis dibuat rujak olehmu, kenapa tak berani nyuri aku?"
"No, aku nda mau nyuri. Aku maunya mangganya lepas sendiri aja, baru setelah itu aku pungut."
Kuresapi kata-kata Dru, jika mangganya lepas maka Dru mau pungut.