"Coba mandi dan mengajak kami ke surau pasti kami akan ikut," gerutu salah seorang pada yang lainnya.
Si ibu yang mendengar komentar anaknya tersebut senyum-senyum sendiri. Terang saja anaknya tak ada yang mau diminta untuk mandi. Karena si ayah yang meminta mandi pun belum mandi.
Apalagi memintanya berangkat ke surau, sedangkan si ayah tak pernah berangkat ke surau dalam waktu lama.
Ocehan, perintah, dan larangan sekeras apa pun diberikan pada anak akan menjadi angin lalu, sebentar kemudian hilang. Anak akan melihat apa yang dilakukan orangtua mereka, kemudian mencontohnya.
Apalagi kebiasaan yang satu ini, menggunjing! Paling cepat ditirukan oleh anak. Orangtua yang bisa ngerumpi dan menggunjing orang lain akan didengar anak.
Banyak orang membawa kebiasaan menggunjing sejak masa kecil. Kebiasaan ini merupakan refleksi dari apa yang ia dengan dan lihat sejak kecil di sekitar mereka.
Karena itu, para orangtua memikul tanggung jawab besar untuk melindungi anak-anak mereka dari menggunjing.
Pertama-tama orangtua harus menahan diri dari kebiasaan membicarakan keburukan orang lain. Si ibu tak sepatutnya menggunjing tindakan-tindakan tetangganya atau sanak saudaranya ke pada si ayah.
Begitu pula si ayah jangan sampai menjelek-jelekkan teman-teman atau kenalannya kepada si ibu. Sebab bila orangtua memiliki kebiasaan menjelek-jelekkan orang lain di belakangnya, anak-anak juga punya peluang meniru pembicaraan semacam itu.
Meminta anak berbuat baik saja tak cukup. Orangtua seyogianya memberikan contoh. Demikian juga kebiasaan buruk sekecil apa pun yang dilakukan orangtua akan dilihat dan didengar anak. Mereka akan mencontoh kebiasaan tersebut.
Jadi karena anak-anak merupakan kertas putih kosong yang siap dicoreti apapun isinya. Akan jadi hitam jika ditulisi hitam. Akan jadi hijau jika diberi warna hijau. Semua tergantung dari orangtua dan lingkungan sekitarannya.