Berlibur di alam bebas adalah self healing paripurna. Terik matahari, hembusan angin, gemercik air pun nyanyian burung serentak bergerak melompat dalam ingatan. Menggoda hati untuk menikmati hidup dengan syukur tiada akhir.
Halo, Bunda. Apa kabar hari ini? Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat, bahagia dan sejahtera. Hari ini saya kembali mengajak Bunda sekalian bertamasya ke alam bebas. Berkemah. Berkemah? Itu sangat mengasyikan.
Setelah jeda cukup lama, kami sekeluarga berkeputusan untuk kembali berkemah. Kebetulan, kami kedatangan saudara sepupu dari Ambon yang menginap di rumah adik bungsu kami di Pamulang. Sekalian kami mengajak mereka. Hitung-hitung bertamasya sambil mempererat silaturahim.
Hutan Hujan Sentul (HHS) adalah lokasi yang kami pilih setelah mengumpulkan sekian informasi bumi perkemahan yang berlokasi di Bogor. Ada dua alasan mengapa kami memilih Hutan Hujan Sentul. Pertama, kami pernah melewati lokasi bumi perkemahan itu saat tracking Sentul setahun silam. Kedua, fasilitas perkemahan yang disediakan mendukung kebutuhan kami sebagai keluarga.
Menuju Lokasi
Kami menuju lokasi HHS menggunakan dua mobil. Tiap mobil berisi 6 orang. Peralatan berkemah kami bawa serta meskipun sebenarnya bumi perkemahan ini menyediakan hampir semua kebutuhan para pelaku camping. Peralatan camping kami bagi atas tiga bagian besar. Pertama, peralatan tenda. Kedua, perlengkapan masak. Ketiga, perlengkapan pribadi.
Peralatan tenda yang kami bawa hanyalah tikar dan lampu lapangan. HHS sesungguhnya sudah menyediakan tenda yang lengkap. Bahkan konstruksi tenda HHS diletakan di atas balai-balai bambu. Tujuannya adalah untuk menjaga tenda tidak tergenang air di saat hujan. Peralatan masak yang kami bawa adalah panci, kompor lapangan dan teflon. Kami pun membawa sedikit beras, sosis dan mie instant. Peralatan pribadi yang kami bawa adalah jaket, sarung tangan, kaos kaki, kupluk dan sendal jepit.Â
Semua peralatan tenda dan perlengkapan masak kami letakan terpisah dan menjadi tanggung jawab kelompok. Sementara perlengkapan pribadi dibawa masing-masing orang. Â Kami bertolak ke lokasi jam 09.00 pagi dengan perhitungan tiba di HHS menjelang waktu makan siang.
Segarnya Sungai di Lokasi Perkemahan
Oh iya, ada hal kecil yang perlu saya sampaikan pada bunda sekalian berkenan dengan peralatan yang kami bawa. Kami mendaftar di HHS melalui akun instagram mereka. Setelah respons dari pengelola di kolom chat instagram, kami kemudian diberikan link pendaftaran via whattsapp. Sistem berkemah di HHS dirancang mirip waktu inap hotel. Jadi ada waktu check in dan ada waktu check out. HHS juga menyediakan makan kepada peserta camping. Makan pagi, siang dan malam. Ada pilihan paket dengan harga bervariasi.Â
Itulah alasan mengapa kami kemudian membawa peralatan tenda dan masak. Karena ada jeda waktu saat kita datang dan masuk ke lokasi perkemahan, pun ada jeda waktu antara kita bersiap pulang dan waktu keluar bumi perkemahan.
Perjalanan kami dari Depok ke Sentul tidak memakan waktu lama. Kurang lebih setengah jam kami sudah tiba di ujung tol Bogor Sentul. Setelah keluar gerbang tol Sentul kami bergerak masuk ke kota Sentul. Mobil kami arahkan ke Tugu Love Sentul , terus menyusuri Jalan MH Thamrin hingga tiba di lingkar Bukit Golf Hijau untuk selanjutnya masuk ke jalan Siliwangi. Pemandangan asri jalan Siliwangi menggugurkan semua penat kota yang semula menggantung di badan.
Kami tiba di Sentul Nirwana dan beristirahat sejenak. Para Ibu mencari sarapan pagi untuk anak-anak dan para bapak memeriksa kendaraan sebelum menanjak ke Babakan Madang. Setelah konsolidasi sejenak, kami kemudian bergerak ke HHS. Kami menggunakan bantuan apps google map sebagai pembanding bagi referensi kami tentang jalan menuju lokasi.
Seperti biasa, beberapa segmen tanjakan di Babakan Madang memang perlu mendapat atensi. Termasuk jalan masuk ke HHS. Tersedia jalan makadam yang tepat terletak pada tengah tanjakan. Posisi jalan di sebelah kiri pun cukup terjal. Baik saat masuk maupun saat keluar. Harapan kami, di kemudian hari ada upaya penimbunan jalan oleh penegelola, desa dan pemerintah. Karena pengunjung yang menumpang kendaraan di bawah 2000cc membutuhkan efford lebih untuk masuk ke lokasi.
Menjemput Malam di Hutan Hujan Sentul
Kami tiba di lahan parkir dan menitipkan kendaraan kepada petugas di sana. Masih dibutuhkan jalan kaki kurang lebih 300 meter untuk tiba di HHS. Hanya karena kondisi jalan setapak yang menanjak dan menurun, kita mendapatkan banyak kegembiraan di sana. Saya kebetulan membawa carrier seberat 8 kilogram di punggung. Trek seperti ini langsung memacu hasrat untuk menanjak lebih tinggi.
Kami tiba di lokasi HHS dan disambut ramah sang pemilik. Tersedia tempat istirahat berupa cafe serta taman buah untuk para pengunjung yang tiba sebelum waktu check in. Kami dijamu dengan minuman pembuka layaknya tamu di hotel. Benar-benar surprise.
Menghuni Tenda HHS
Di lokasi perkemahan terdapat banyak kelompok "campers yang sudah menghuni HHS sebelum kami. Ada rombongan sekolah. Rombongan perusahan. Juga para campers mandiri yang terdiri dari para pemuda. Kami menunggu hingga mereka selesai melakukan aktivitas dan meninggalkan bumi perkemahan. Pada saat seperti inilah, bekal yang kami beli di Bukit Nirwana tadi terasa sangat berharga.
Tepat jam 13.00 dua rombongan keluarga memasuki tenda yang telah disediakan. Namun begitu anak-anak melihat kondisi tenda, muncul permintaan baru mereka. Anak-anak menghendaki tidur terpisah dengan orang tua. Mereka meminta tenda sendiri. Jadilah kami para orang tua yang menemui pengelola untuk meminta fasilitas tambahan di luar daftar pemesanan. Beruntung, para pekerja memiliki tenda pribadi yang dapat disewakan. Karena sebenarnya fasilitas camping ground kita peroleh sesuai pemesanan.
Aktivitas siang menuju sore diisi dengan pemindahan barang bawaan ke dalam tenda. Setelah semua peralatan tertata, para orang tua duduk di atas panggung bambu tempat tenda berdiri sambil bercakap-cakap. Anak-anak kami menikmati berbagai fasilitas permainan yang disediakan pengelola di sana.Â
Menjelang sore, anak anak diajak sang suami menanjak naik ke arah hutan pinus. Jalur tanjakan itu kami lalui setahun lalu. Betapa gembira hati mereka. Mereka diizinkan untuk mendaki dan berjalan bertelanjang kaki. Suara canda tawa mereka menyatu dengan sayup angin petang hutan hujan Sentul.
Saat mereka kembali, saya cukup terkejut. Mereka ternyata melakukan tracking hingga Goa Garunggang. Goa batu yang dipenuhi dengan stalaktit dan stalagmit yang terletak kurang lebih 5 kilometer dari HHS. Dengan track yang begitu sulit, rasanya mereka akan menemui banyak kesulitan. Faktanya, mereka kembali dengan tawa gembira dan seribu cerita. Mereka bahkan sempat berendam di sungai kecil yang terletak di tengah labirin baru Goa Garunggang.
Saya tidak  terlalu yakin dengan teori pengangkatan dan penurunan benua dalam geologi. Saya lebih meyakini peristiwa banjir besar di masa Nuh. Labirin batu dan Goa Garunggang memberi banyak penjelasan tentang seberapa derasnya dan dahsyatnya banjir di masa Nuh 5000 tahun silam.
Akhirnya, tanpa terasa, matahari perlahan menghilang di horizon barat dan malam datang menyapa kami ketika bulan terlihat di langit timur.
Api Unggun
Kami memesan api unggun dari pengelola pada saat kami pertama mengisi aplikasi pendaftaran. Dan benar saja. Begitu bulan bertengger di puncak pohon kelapa yang tumbuh di tengah bumi perkemahan, para petugas sudah menata kayu bakar untuk membuat api unggun. Kami kemudian meminta kepada petugas kantin untuk mengantar saja makan malam kami ke perkemahan karena kami akan menggelar acara di sekitar api unggun.
Sungguh respons positif kami dapatkan. Makan malam benar-benar diantar ke lokasi api unggun. Kami sangat berterima kasih kepada pengelola dan petugas untuk kebaikan mereka memenuhi permintaan kami. Demikianlah kami berdoa, membaca firman dan bernyanyi di sekitar api unggun sebelum acara makan malam.Â
Kedamaian hati kami sebagai orang tua adalah mendapatkan bagaimana gembiranya anak-anak menikmati kehidupan bumi perkemahan. Mereka berlatih pramuka setiap saat, tetapi tidak selalu mereka berkemah. Karenanya, acara seperti ini ibarat sesi praktek pramuka bagi mereka.
Anak-anak muda yang berada di lokasi perkemahan turut bergabung dengan kami menikmati api unggun hingga larut malam. Suara lantunan gitar dan vokal mereka membuai bulan yang terlhat makin sayu di atas bumi perkemahan. Angin malam berhembus semakin kencang sejurus kemudian gerimis datang, menari di antara merdu lagu para penyanyi.
Kami kemudian masuk ke tenda masing-masing dan mendengar deru suara air yang semakin deras. Hujan turun malam ini di bumi perkemahan. Deras. Tetapi semakin deras hujan, semakin keras suara tawa anak-anak.
Kembali ke Rumah
Saya terbangun pukul 05.00. Udara terasa begitu dingin. Mungkin akibat hujan deras semalam. Saya dan suami mendatangi tenda anak anak dan membangunkan putra bungsu kami yang masih tertidur pulas. Semula si bungsu agak enggan beranjak. Tetapi mendengar ajakan ayahnya untuk tracking pagi, dia langsung melompat dan melempar selimut.
Setengah jam saya menunggu ayah-anak itu tracking pagi hari. Saat mereka tiba kembali di bumi perkemahan, mereka mengajak semua anggota keluarga untuk menikmati aliran sungai yang terletak di sekitar area parkir tempat di mana kami kemarin memarkirkan kendaraan. Ajakan mereka disambut gembira. Semua anggota keluarga bersiap menuju sungai yang dimaksud.
Tiba di sungai, kami disambut dengan pemandangan indah bebatuan dan panorama sekitar. Tumbuhan gala-gala. Ilalang. Bambu. Juga beberapa pohon ilat-ilatan memagari tepian sungai. Seakan membatasi lompatan air yang riang di atas bebatuan. Para pedagang menyediakan sarapan pagi pun menu makan siang untuk pengunjung. Tidak hanya itu. Kios-kios penyewaan bantal renang juga tersedia di sana lengkap dengan pemandu wisata sungai.
Kami menikmati suasana sungai hingga menjelang waktu check out. Anak anak berselancar dengan ban karet di atas aliran sungai. yang menyusup di antara bebatuan. Â Para bapak ikut turun membenamkan diri dalam kesegaran air sungai.
Menjelang waktu check out, pengelola masih menawarkan paket flying fox kepada kami. Lintasan flying fox HHS benar-benar menantang. Pos peluncuran berada kurang lebih 100 meter di atas camping ground. Lintasan flying fox membentang dari tebing bagian barat, terus menyusur sawah dan jalan setapak, hingga tiba di bagian bawah dari kantin HHS. Kami membayar paket tambahan flying fox untuk anak-anak. Anak-anak bersorak gembira saat tiba dengan selamat di pos pendaratan, meskipun semula mereka tampak gugup di pos peluncuran.
Tepat tengah hari, kami pamit meninggalkan HHS. Sungguh liburan pendek yang sangat berkesan.Â
Kapan bunda sekalian akan datang menikmati alammalam  Sentul? Jika akhir pekan ini adalah waktunya, saya prifbadi merekomendasi Hutan Hujan Sentul kepada bunda sekalian.Â
Selamat berlibur bunda.Â
Alam negeri kita adalah rahmat terbesar untuk kita.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H