Saya tidak  terlalu yakin dengan teori pengangkatan dan penurunan benua dalam geologi. Saya lebih meyakini peristiwa banjir besar di masa Nuh. Labirin batu dan Goa Garunggang memberi banyak penjelasan tentang seberapa derasnya dan dahsyatnya banjir di masa Nuh 5000 tahun silam.
Akhirnya, tanpa terasa, matahari perlahan menghilang di horizon barat dan malam datang menyapa kami ketika bulan terlihat di langit timur.
Api Unggun
Kami memesan api unggun dari pengelola pada saat kami pertama mengisi aplikasi pendaftaran. Dan benar saja. Begitu bulan bertengger di puncak pohon kelapa yang tumbuh di tengah bumi perkemahan, para petugas sudah menata kayu bakar untuk membuat api unggun. Kami kemudian meminta kepada petugas kantin untuk mengantar saja makan malam kami ke perkemahan karena kami akan menggelar acara di sekitar api unggun.
Sungguh respons positif kami dapatkan. Makan malam benar-benar diantar ke lokasi api unggun. Kami sangat berterima kasih kepada pengelola dan petugas untuk kebaikan mereka memenuhi permintaan kami. Demikianlah kami berdoa, membaca firman dan bernyanyi di sekitar api unggun sebelum acara makan malam.Â
Kedamaian hati kami sebagai orang tua adalah mendapatkan bagaimana gembiranya anak-anak menikmati kehidupan bumi perkemahan. Mereka berlatih pramuka setiap saat, tetapi tidak selalu mereka berkemah. Karenanya, acara seperti ini ibarat sesi praktek pramuka bagi mereka.
Anak-anak muda yang berada di lokasi perkemahan turut bergabung dengan kami menikmati api unggun hingga larut malam. Suara lantunan gitar dan vokal mereka membuai bulan yang terlhat makin sayu di atas bumi perkemahan. Angin malam berhembus semakin kencang sejurus kemudian gerimis datang, menari di antara merdu lagu para penyanyi.
Kami kemudian masuk ke tenda masing-masing dan mendengar deru suara air yang semakin deras. Hujan turun malam ini di bumi perkemahan. Deras. Tetapi semakin deras hujan, semakin keras suara tawa anak-anak.
Kembali ke Rumah
Saya terbangun pukul 05.00. Udara terasa begitu dingin. Mungkin akibat hujan deras semalam. Saya dan suami mendatangi tenda anak anak dan membangunkan putra bungsu kami yang masih tertidur pulas. Semula si bungsu agak enggan beranjak. Tetapi mendengar ajakan ayahnya untuk tracking pagi, dia langsung melompat dan melempar selimut.
Setengah jam saya menunggu ayah-anak itu tracking pagi hari. Saat mereka tiba kembali di bumi perkemahan, mereka mengajak semua anggota keluarga untuk menikmati aliran sungai yang terletak di sekitar area parkir tempat di mana kami kemarin memarkirkan kendaraan. Ajakan mereka disambut gembira. Semua anggota keluarga bersiap menuju sungai yang dimaksud.
Tiba di sungai, kami disambut dengan pemandangan indah bebatuan dan panorama sekitar. Tumbuhan gala-gala. Ilalang. Bambu. Juga beberapa pohon ilat-ilatan memagari tepian sungai. Seakan membatasi lompatan air yang riang di atas bebatuan. Para pedagang menyediakan sarapan pagi pun menu makan siang untuk pengunjung. Tidak hanya itu. Kios-kios penyewaan bantal renang juga tersedia di sana lengkap dengan pemandu wisata sungai.