KONEKSI ANTARMATERI 3.1.a.8
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga / utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids count is fine but teaching them what counts is best)
Bob Talbet
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Menurut saya kaitan antara kutipan di atas dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari saat ini adalah mengenai dilema etika, dimana seorang pendidik/guru mengalami dilema antara tuntutan ketuntasan materi sesuai dengan kurikulum yang ada ataukah memampukan siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya kasing-masing.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai kebajikan ataupun prinsip-prinsip pengambilan keputusan tentunya sangat berperan dan berdampak kepada lingkungan. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan dan mengedepankan keputusan yang berpihak kepada murid. Sehingga nantinya keputusan yang diambil dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Bagaimana anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya saya berkontribusi pada proses pembelajaran murid terlebih lagi dalam pengambilan keputusan. Segala keputusan yang diambil harus mengedepankan kepentingan murid dan kebutuhan murid. Sebagai contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang betul-betul memperhatikan kesiapan belajar murid, profil belajar murid serta minat murid. Sehingga dapat tercapai merdeka belajar bagi tiap murid.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan itu jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda!
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia berperilaku etis (Education is the art of making man ethical) Georg Wilhem Friedrich Hegel
Maksud kutipan tersebut jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang saya alami di modul ini adalah ketika seorang pendidik/guru dihadapkan pada situasi dilema etika maupun bujukan moral. Maka dalam pengambilan keputusan yang benar-benar adil dan bertanggung jawab maka sangat perlu bagi guru untuk melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini.
KONEKSI ANTARMATERI
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dapat berpedoman pada filosofi Ki Hajar Dewantara yakni Pratap Triloka:
Ing ngarso sung tulodho; menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh orang lain. Sebagai pemimpin maka kita menjadi seorang teladan dalam mengambil keputusan.
Ing madya mangun karsa; maksudnya adalah sebagai pelopor atau pemrakarsa artinya bertindak sebagai guru di tengah sebagai pelopor mencetuskan ide-ide kepada muridnya. Sebagai seorang pemimpin, kita dapat mendorong ide-ide baru. Dalam pengambilan keputusan.
Tut wuri handayani; ketika berada di belakang pemimpin memberikan dorongan moral atau arahan dan semangat kerja bagi pengikutnya (murid-muridnya). Sebagai pemimpin, guru mendorong murid agar dapat mengambil keputusan dengan benar.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap orang pasti memiliki nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini dan dianut. Maka nilai-nilai tersebut akan menjiwai, melandasi hasil keputusan yang kita ambil. Bagaimana kita dapat mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip yang kita yakini sehingga hasil keputusan yang diperoleh mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching merupakan kemampuan/ketrampilan yang sangat bermanfaat dalam menggali potensi diri yang dimiliki. Baik bagi coach maupun coachee. Keduanya akan saling mengembangkan potensi yang dimiliki melalui percakapan coaching berdasarkan alur TIRTA.
Dalam kegiatan coaching ini seorang coachee akan menggali keputusan yang ada dalam dirinya sendiri sehingga secara otomatis motivasi intrinsiknya akan tumbuh. Hal inilah yang akan membuat seorang coachee merasa bertanggung jawab atas hasil keputusan yang diambilnya sehingga dapat mengatasi kendala yang dihadapi. Yang mana nantinya akan terwujud well being.
Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Setiap keputusan yang diambil oleh seseorang akan dipengaruhi oleh kondisi sosial dan emosionalnya. Begitu juga dengan kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional juga sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika.
Sangat penting bagi guru untuk memahami dan menguasai kompetensi sosial emosioal, yaitu kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), kemampuan berelasi (relationship skill) dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making).
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali pada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan menjadi pegangan dalam pengambilan keputusan. Seorang pendidik tentu harus memahami kasus yang dihadapi itu termasuk dalam dilema etika atu bujukan moral.
Dalam kasus dilema etika, seorang pendidik akan dihadapkan pada situasi dimana memiliki 2 pilihan yang bernilai sama-sama benar namun terdapat nilai-nilai yang bertentangan di dalamnya. Oleh karena itu seorang pendidik perlu untuk mengambil keputusan berdasarkan paradigma, prinsip dan langkah-langkah pengambilan & pengujian keputusan agar dapat diperoleh hasil keputusan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dan meminimalisir efek yang tidak diinginkan.
Sedangkan dalam kasus bujukan moral, seorang pendidik akan diihadapkan pada 2 pilihan keputusan antara benar atau salah. Maka sudah barang tentu kita harus memilih keputusan yang bernilai benar sesuai dengan nilai kebajikan yang kita anut dan yakini.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Seorang pendidik harus dapat mengambil keputusan yang tepat. Dimana hasil keputusannya itu benar-benar berpihak kepada murid. Keputusan tersebut juga tidak akan menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Oleh karenanya dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan, menganut paradigma, prinsip dan langkah-langkah pengambilan & pengujian keputusan ini akan memberikan efek positif yakni terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan anda?
Tentu dalam pengambilan keputusan ini terdapat tantangan-tantangan yang dihadapi. Sebagai contoh tiap individu pastinya memilki pemikiran dan nilai kabajikan yang berbeda-beda. Terkadang dalam sebuah keputusan ada pihak yang pro ataupun ada pihak yang kontra. Sebagimana disebutkan terdapat 4 paradigma dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu sangat penting bagi tiap-tiap individu tersebut saling berkolaborasi agar keputusan yang didapatkan tersebut memberikan manfaat dan menghilangkan efek yang tidak diinginkan.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Segala bentuk keputusan yang kita ambil hendaknya merujuk pada merdeka belajar bagi murid. Murid mendapat kebebasan untuk berkembang sesuai kodratnya, mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa ada tekanan. Sehinnga mereka dapat meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Seperti keputusan bagaimana kita menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid. Membuat keputusan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajarn yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap murid melalui strategi pembelajaran bediferensiati konten, proses dan produk. Setiap murid itu berbeda, mereka memiliki keunikan masing-masing. Tugas guru adalah menuntun sesuai dengan keunikan yang mereka miliki.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita hendaknya dapat mengambil keputusan secara bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan terlebih lagi mengedepankan kebutuhan/kepentingan murid. Sebagai seorang pendidik kita memiliki kewajiban dalam menuntun murid sesuai dengan kodrat/kekuatannya masing-masing. Hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan murid pada masa yang akan datang.
Apakah kesimpulan akhir yang bisa Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Berdasarkan keterkaitannya dengan modul sebelumnya dan pembelajaran yang ada pada modul 3.1 ini, dapat ditarik simpulan bahwa pengambilan keputusan kita haruslah mendasar pada tiga unsur, yaitu nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab terhadap segala konsekuensi, berpihak pada murid.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin seyogyanya berpedoman pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan pratap trilokanya, berlandaskan nilai dan peran guru penggerak yang dimiliki, berpedoman pada pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional, berdasarkan pada budaya positif dengan menggunakan alur BAGJA serta memiliki ketrampilan coaching yang baik dalam menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan. Sehingga akan dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dan menghantarkan murid untuk mencapai profil pelajar pancasila.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya terhadap materi yang sudah saya pelajari dalam modul 3.1 adalah mengenai penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan (individu lawan kelompok, kebenaran lawan kesetiaan, rasa keadilan lawan rasa belas kasihan, dan jangka pendek lawan jangka panjang). Tiga prinsip pengambilan keputusan (berpikir berbasis hasil, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli).
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan dilema etika atau bujukan moral terdiri dari; 1) mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta yang relevan, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian benar lawan benar, 6) prinsip pengambilan keputusan, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, 9) tinjau kembali keputusan dan refleksikan. Sebuah kasus dikatakan dilema etika apabila benar lawan benar, sedangkan dikatakan bujukan moral apabila benar lawan salah.
Hal yang diluar dugaan saya adalah ternyata jika kita merasa tidak nyaman jika kasus tersebut terekspose ke media maupun ternyata pada uji legal ternyata kasus ini melanggar peraturan perundang-undangan/hukum maka kasus tersebut sudah tergolong pada bujukan moral. Dan tentunya kita harus memilih keputusan yang bernilai benar.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari dalam modul ini?
Pernah, tapi mungkin pada saat itu saya belum memahami bahwa kasus tersebut disebut sebagai dilemma etika sehingga kita perlu memutuskan keputusan yang diambil melalui tahapan pengujian dan pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah belajar modul ini saya menjadi paham bahwa dalam mengambil keputusan kita perlu memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, paradigma, prinsip dan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan. Jadi kita tidak serta merta menngambil keputusan berdasarkan intuisi/perasaan maupun pemikiran pribadi semata. Dengan begitu hasil keputusan akan lebih bertanggung jawab dan berpihak kepada murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya sangat penting mempelajari modul ini, sebagai seorang pemimpin pembelajaran . Saya harus memiliki ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Karena sebagai pemimpin pembmelajaran kita harus benar-benar dapat menghasilkan keputusan yang berpihak kepada murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H