Mohon tunggu...
Sri Budiarti
Sri Budiarti Mohon Tunggu... Guru - Sesekali saya suka menulis meski dengan kemampuan yang terbatas.

A Drop of ink can move a million people to think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta – Tamat – Versi Sri Budiarti

17 Agustus 2010   17:25 Diperbarui: 7 September 2017   02:05 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Satria….” Rindu akhirnya menyerah. Ia duduk bersimpuh di depan pagar. Ajakan Susan untuk pulang saja tak dihiraukannya.

“Ayolah, Rin. Mungkin mereka tak ada di rumah.” bujuk Susan

Tiba-tiba pintu gerbang dibuka. Pak Atmo, pembantu keluarga Satria keluar sambil menyerahkan sepucuk surat kepada Rindu. Dengan tergopoh-gopoh dibukanya amplop surat tersebut.

Anakku Rindu, saat ini kami tidak berada di rumah. Dia tak mau seorangpun menjumpainya saat ini, termasuk bertemu denganmu. Maafkan keadaannya, kami juga belum tahu bagaimana nantinya. Saat ini kami sedang mengupayakan keberangkatan Satria ke RS Fuda Guangzhou China. Sekali lagi, maaf dan mohon pengertianmu.

Mama

Demikian, selembar surat merupakan satu-satunya jawaban yang didapatnya pagi ini dari mama Satria. Dengan lunglai akhirnya mereka berempat meninggalkan rumah Satria dengan berjuta perasaan gamang.

***

Semua nama sudah tercatat, tak ada yang tertinggal. Hanya tinggal disebar. Sebelum berangkat Rindu harus menuntaskan pekerjaannya ini. Ya, Rindu membuat surat permohonan maaf kepada semua undangan, keluarga, sahabat, kolega, dan teman-temannya semua, bahwa pesta pernikahannya denga Panji batal karena sesuatu hal, demikian isi pesan permohonan maaf itu.

Saat ini ada yang lebih penting dan mendesak dibandingkan hari pernikahannya yang kurang enam hari ke depan. Alangkah egoisnya ia jika tetap memaksakan pesta pernikahannya sementara Satria, teman setianya. Orang yang dulu ingin menikahinya sedang sekarat berjuang melawan kanker. Ada rasa sesal di dadanya yang teramat sangat menyesakkan. Jika saja Satria sejak awal jujur padanya, mengatakan apa adanya, tentu takkan ada petualangan cintanya, mencari calon mempelai pengganti dirinya. Satria…

***

Suhu udara dingin di Guangzhou sekitar 15°C, namun dalam ruangan Rumah Sakit Fuda tetap terasa hangat, mungkin karena pengatur suhu ruangan. Rindu tak sabar ingin menemui Satria yang tergolek lemah di bawah pemeriksaan dr. Ceng. Ingin rasanya ia menerobos masuk ruangan IRD tersebut, meraih tangan yang terkulai lemah itu. Panji yang selalu setia menemani Rindu kemanapun pergi tidak dapat berbuat banyak, jika Rindu sudah seperti ini menasehatinyapun takkan berguna. Ia hanya bisa memandang calon istrinya itu mondar-mandir resah. Sesekali disandingnya Rindu di sebelahnya sambil mengusap punggung tangan Rindu yang dingin, serasa ingin terus memberi energi baru yang akan banyak dibutuhkan Rindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun