Melodi indah...
Menghayutkanku dalam buaian keheningan
Ku bertumpu pada sosok yang kurindu
Suara bayu menerpa dan menghayutkan
Bayang-bayang yang kurindu hilang dalam hamparan
Terdiamku dalam kebisuan malam
Menatap rembulan yang masih bertahan
Dalam rayuan kabut malam yang ingin pulang
Tertitik tetesan embun pagi
Mengajakku untuk bangkit berlari
Meniti lorong-lorong hidup
Namun, kakiku tertahan dan tersandung batu
Hingga tubuhku mendarat di tanah
Sepasang bola mata berkeliaran kesana-kemari
Daun telinga memancangkan antenanya
Dan menangkap sinyal-sinyal buruk
Tersambar kilat hati merasa malu
Bendungan air mata meluap tak tertahankan
Membanjiri lorong-lorong yang telah kulalui
Bertahan dalam genangan
Membuat tubuh semakin menggigil
Senyuman pelangi menawarkan harapan
Genangan air mata telah menyurut
Meninggalkan lumpur celaan
Gerimis luka dating meghampiri
Membasuh lumpur yang masih tersisah
Kuangkat tubuh dan melangkahkan kaki
Kali ini aku berjalan hati-hati
Kutelusuri lagi lorong-lorong itu
Cahaya mentari mendukung dan mengikutiku
Namun sayang....
Awan gelap memaksa dia pulang
Dan aku terus mengayunkan langkah
Suara jangkrik mengiringi derap langkahku
Dan ku tak hiraukan angina malam
Yang bolak-balik merayuku tuk sejenak bergurau dengannya
Kutancapkan tujuan di atas keningku
"Mencari yang kurindukan"
Hingga badai enggan menggoyangkanku
Gemuruh tak sanggup bersuara menghentikanku
Secercah cahaya mengintip di balik dedaunan
Tersenyum manis, yang terpancar dari sinarnya
Langkahku terhenti dan hati terhangatkan
Ini yang aku cari
Dambaan hatiku dan kerinduan jiwaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H