Mohon tunggu...
Cici Bhakti Rohyaningsih
Cici Bhakti Rohyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa STIT Rakeyan Santang Karawang Memotivasi Usaha Rumahan Menuju Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

3 Oktober 2021   07:07 Diperbarui: 3 Oktober 2021   07:10 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ibu Dedeh ketika mengikuti bazar (Dok.Pribadi)

KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan salah satu program yang dikembangkan di Sekolah Tinggi Islam Tarbiah Rakeyansantang Karawang sebagai wahana belajar dan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. 

Dalam perkembangannya program-program KKN disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pada masa pandemi Covid-19 ini KKN Tematik difokuskan pada pemulihan dampak Covid-19 dengan membangun desa melalui bidang Pendidikan dan Ekonomi keluarga.

Tahun 2021 ini merupakan KKN Angkatan ke 3,  yang dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai dengan 30 September 2021 dengan mengusung  tema "Membangun desa melalui bidang Pendidikan dan ekonomi keluarga dalam implementasi MBKM (Merdeka Belajar Kuliah Merdeka) pada masa Pandemi".  

KKN tahun ini dilaksanakan di desa Kutapohaci Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat yang diikuti oleh 38 mahasiswa/ mahasiswi.

Pertama kali Kami menginjakkan kaki di desa Kutapohaci, yaitu pada hari Rabu tanggal 1 September 2021, kami disambut dengan ramah oleh aparat desa setempat. Penyambutan dilaksanakan di balai Desa Kutapohaci dan dihadiri oleh Sekertaris Desa, Kepala Dusun, Ketua Karang Taruna pusat dan Pengurus RW/RT.

Kegiatan penyambutan diisi dengan perkenalan singkat dengan para aparat desa dan sedikit mengupas tentang potensi yang ada di masing-masing RW. Perkenalan lebih intensif dilanjutkan oleh masing-masing RW dengan mengajak mahasiswa yang ditugaskan disetiap RW untuk berkeliling melihat langsung potensi yang ada di RW tersebut.

Penulis dan beberapa rekan mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat di RW 07. Diawali dengan perkenalan lebih dekat dengan pengurus RW dan RT setempat, dilanjutkan dengan wawancara untuk mengidentifikasi situasi, kondisi, kendala dan juga sumberdaya yang ada di RW 07.

Dari wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa mayoritas  warga RW 07 bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan yang lainnya bekerja sebagai petani, wiraswasta, pedagang, ASN dan ada juga yang tidak bekerja.  

Sesuai tema, maka kami fokuskan kegiatan KKN kami pada bidang ekonomi keluarga.  Berdasarkan keterangan dari aparat desa setempat, bahwa beberapa warga RW 07 mempunyai usaha rumahan, di antaranya yaitu: usaha kue basah, pengepul sayuran, keripik pisang, telur asin dan ada juga yang menggeluti usaha di bidang limbah.  

Merujuk kepada pengertian usaha rumahan sebagai bahasa umum memiliki beberapa arti. Setidaknya ada dua yang akan muncul terkait arti dari usaha rumahan. Pertama, usaha rumahan adalah usaha yang dilakukan di rumah. 

Kedua, usaha rumahan bisa juga diartikan sebagai usaha yang berskala kecil. Arti ini berkaitan dengan omset dari usaha tersebut, jumlah pekerja atau jaringan pemasarannya. Bahasa sederhananya, usaha kecil-kecilan.

Namum sayangnya, dari beberapa usaha rumahan tadi, belum ada yang bergabung dalam program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dicanangkan oleh Pemerintah. 

Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala, diantaranya kesulitan dalam mengurus administrasi dan pemahaman mereka tentang regulasi.
Mengingat warga yang mempunyai usaha rumahan masih berpikiran bahwa usaha tersebut terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup dan belum terbuka mindsetnya untuk megembangkan usahanya.

UMKM adalah istilah umum dalam khazanah ekonomi yang merujuk kepada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-undang No.20 tahun 2008. UMKM artinya bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga atau badan usaha ukuran kecil.

Dari beberapa usaha rumahan yang diinformasikan, kami hanya dapat menemui owner dari usaha pengepul sayuran, telur asin dan kripik pisang.  Untuk usaha yang lain tidak kami temui dikarenakan pengusaha kue basah sedang sakit dan pengusaha limbah pun agak sulit ditemui karena kesibukannya.  

Dari beberapa pengusaha rumahan yang kami temui, hanya satu yang bersemangat untuk kami bimbing untuk memajukan usahanya yaitu usaha kripik yang dijalankan oleh mamah Dedeh. Mamah Dedeh memulai usaha ini sejak tiga tahun yang lalu, sejak beliau terpilih sebagai karyawan yang di rumahkan dari perusahaan tempatnya dulu bekerja.

Macam-macam kripik yang dibuat dan dijual adalah kripik pisang, kripik sukun, kripik singkong, rempeyek dan juga akar kelapa.

Bahan dasar kripik diperoleh langsung dari petani di wilayah sekitarnya. Kondisinya masih segar, karena dibeli hari itu dan diproduksi hari itu juga.  Proses produksi dilakukan secara manual mulai dari mengupas, mengiris, menggoreng dan mengemas. Proses mengiris masih menggunakan peralatan manual, begitu juga dengan proses menggoreng masih menggunakan tungku kayu bakar.

Dalam satu hari mamah Dedeh dapat memproduksi dan menjual kripiknya kisaran 30 kg dari berbagai bahan dasar. Proses produksi biasanya  dimulai pada pukul 9 pagi sampai dengan pukul 3 sore.

Untuk memastikan kualitas produk, kami pun mencoba semua jenis produk hasil olahan mamah Dedeh.  Dan yang kami rasakan semua produk yang dihasilkan rasanya enak, tidak kalah  dari produk sejenis yang pernah kami beli di toko oleh-oleh.

Melihat kenyataan itu, kami berpikir bahwa produk mamah Dedeh secara kualitas rasa bisa  untuk dijual ke pasar yang lebih luas, hanya saja masih perlu perbaikan dari segi kemasan agar lebih higienis dan menarik minat pembeli.

Dari segi pemasaran, mamah Dedeh melakukan penjualan dengan keliling kampung langsung kepada konsumen. Kripik hasil produksi mamah Dedeh dijual dengan harga eceran Rp. 10.000 per tiga kemasan untuk kripik singkong, kripik pisang, kripik sukun dan rempeyek. 

Dan karena rasanya yang enak serta harganya yang terjangkau, maka kripik mamah Dedeh bisa habis terjual hanya dalam waktu 1 -- 1.5 jam saja. 

Selain kemasan eceran, mamah Dedeh juga menerima permintaan kemasan ukuran besar dan sedang untuk reseller. Tapi penjualan dengan sistem reseller ini baru terbatas warga kutapohaci dan juga belum terlalu banyak.

Untuk pemasaran, mamah Dedeh tidak berkenan jika kripiknya dijual dengan cara konsinyasi, karena menurut mamah Dedeh penjualan dengan sistem konsinyasi hanya akan menghambat perputaran dana dan juga produknya. Dengan konsinyasi perputaran produk dan uang bisa mencapai 1 minggu, sedangkan dengan berjualan keliling, produknya bisa habis dalam hitungan jam dan akhirnya modal dan keuntunganpun bisa kembali hari itu juga.

Lalu kami tanyakan tentang pemasaran dengan media online, namun cara ini pun tidak menjadi pilihan dikarenakan keterbatasan mamah Dedeh dalam menggunakan smartphone baik dari segi kemampuan dan juga waktu.  

Untuk menggeliatkan usaha rumahan warga desa Kutapohaci, kami mengadakan program kerja besar berupa bazar yang dilaksanakan setiap hari minggu pagi. Bazar ini mendapat respon positif dari para peserta bazar yang tak lain adalah warga desa kutapohaci yang mempunyai usaha rumahan.  

Mamah Dedeh pun kami libatkan dalam bazar di pekan ke 2. Dan alhamdulillah mendapat perhatian khusus dari ibu Hani Nurhayanti, S.Pd., M.Pd sebagai pengusaha muda karawang sekaligus dosen di STIT RAKEYAN SANTANG Karawang.  Karena menurut ibu Hani pengusaha kripik sukun baru ada 1 di kabupaten Karawang, jadi peluang mamah Dedeh untuk menjadi pengusaha kripik sukun masih terbuka lebar.


Melihat kendala yang dihadapi oleh mamah Dedeh dan mungkin kendala ini juga dihadapi oleh para pengusaha rumahan di RW lain di desa Kutapohaci ini, maka kami para mahasiswa berinisiatif untuk mengadakan program kerja besar berupa workshop wirausaha dengan tema "Pentingnya S.O.P usaha untuk naik level pemasaran"

Workshop ini dilaksanakan pada tanggal 23 September 2021, bertempat di Gedung PGRI Desa Kutapohaci dengan narasumber ibu Hani Nurhayanti, S.Pd., M.Pd.  Workshop dihadiri oleh hampir 20 pengusaha yang antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir. Workshop di akhiri dengan praktek membuat kemasan yang menarik minat pembeli.

Setelah mengikuti workshop ini, mamah Dedeh semakin terbuka wawasannya tentang pemasaran produknya. Kripik yang biasa dijual diwilayah terbatas ternyata bisa juga dijual sampai keseluruh penjuru tanah air jika tahu caranya dan mau mengikuti prosedurnya.  

Sekarang, yang perlu ditindaklanjuti adalah bagaimana aparat desa bisa memfasilitasi para pengusaha rumahan ini untuk bisa menjadi UMKM yang tentunya akan ada banyak pelatihan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan para pengusaha ini agar menjadi para pengusaha yang sukses.

Penulis

Cici Bhakti Rohyaningsih (PIAUD/B23618B1042)
Mutia Masaro (PGMI/A23218B1019)

DPL
Alfyan Syach S.Pd.I, M.Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun