Mohon tunggu...
Cici Bhakti Rohyaningsih
Cici Bhakti Rohyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa STIT Rakeyan Santang Karawang Memotivasi Usaha Rumahan Menuju Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

3 Oktober 2021   07:07 Diperbarui: 3 Oktober 2021   07:10 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ibu Dedeh ketika mengikuti bazar (Dok.Pribadi)

Namum sayangnya, dari beberapa usaha rumahan tadi, belum ada yang bergabung dalam program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dicanangkan oleh Pemerintah. 

Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala, diantaranya kesulitan dalam mengurus administrasi dan pemahaman mereka tentang regulasi.
Mengingat warga yang mempunyai usaha rumahan masih berpikiran bahwa usaha tersebut terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup dan belum terbuka mindsetnya untuk megembangkan usahanya.

UMKM adalah istilah umum dalam khazanah ekonomi yang merujuk kepada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-undang No.20 tahun 2008. UMKM artinya bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga atau badan usaha ukuran kecil.

Dari beberapa usaha rumahan yang diinformasikan, kami hanya dapat menemui owner dari usaha pengepul sayuran, telur asin dan kripik pisang.  Untuk usaha yang lain tidak kami temui dikarenakan pengusaha kue basah sedang sakit dan pengusaha limbah pun agak sulit ditemui karena kesibukannya.  

Dari beberapa pengusaha rumahan yang kami temui, hanya satu yang bersemangat untuk kami bimbing untuk memajukan usahanya yaitu usaha kripik yang dijalankan oleh mamah Dedeh. Mamah Dedeh memulai usaha ini sejak tiga tahun yang lalu, sejak beliau terpilih sebagai karyawan yang di rumahkan dari perusahaan tempatnya dulu bekerja.

Macam-macam kripik yang dibuat dan dijual adalah kripik pisang, kripik sukun, kripik singkong, rempeyek dan juga akar kelapa.

Bahan dasar kripik diperoleh langsung dari petani di wilayah sekitarnya. Kondisinya masih segar, karena dibeli hari itu dan diproduksi hari itu juga.  Proses produksi dilakukan secara manual mulai dari mengupas, mengiris, menggoreng dan mengemas. Proses mengiris masih menggunakan peralatan manual, begitu juga dengan proses menggoreng masih menggunakan tungku kayu bakar.

Dalam satu hari mamah Dedeh dapat memproduksi dan menjual kripiknya kisaran 30 kg dari berbagai bahan dasar. Proses produksi biasanya  dimulai pada pukul 9 pagi sampai dengan pukul 3 sore.

Untuk memastikan kualitas produk, kami pun mencoba semua jenis produk hasil olahan mamah Dedeh.  Dan yang kami rasakan semua produk yang dihasilkan rasanya enak, tidak kalah  dari produk sejenis yang pernah kami beli di toko oleh-oleh.

Melihat kenyataan itu, kami berpikir bahwa produk mamah Dedeh secara kualitas rasa bisa  untuk dijual ke pasar yang lebih luas, hanya saja masih perlu perbaikan dari segi kemasan agar lebih higienis dan menarik minat pembeli.

Dari segi pemasaran, mamah Dedeh melakukan penjualan dengan keliling kampung langsung kepada konsumen. Kripik hasil produksi mamah Dedeh dijual dengan harga eceran Rp. 10.000 per tiga kemasan untuk kripik singkong, kripik pisang, kripik sukun dan rempeyek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun