Beranjak dewasa dan telah mengenal buku, anak biasanya akan menagih sendiri buku-buku yang ingin mereka baca. Di saat ini, peran orang tua sangatlah penitng. Pertama jangan membatasi keinginan anak. Dalam arti, fasilitasilah ia dan berikan bacaan-bacaan yang baik sesuai dengan yang ia perlukan. Konon, pembentukan akhlak dan karakter anak bisa dimulai sejak masa golden age tersebut.
Lingkaran kedua yang tak kalah penting dari orang tua adalah sekolah. Keseharian hidup anak-anak, pelajar, ataupun mahasiswa dominan berkecimpung dengan kegiatan di sekolah dan kampus. Meski begitu, peranan sekolah dalam membiasakan membaca kepada siswa masih terbilang sangat rendah. Sistem pembelajaran di Indonesia belum mengharuskan siswa atau mahasiswa membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan.
Di samping itu, kita juga dapat melihat bahwa banyak sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya belum memiliki perpustakaan yang fasilitasnya memadai dan tidak berkembang karena kesulitan dana. Padahal, jika fasilitas ini lebih dioptimalkan, kita dapat membentuk pribadi anak yang gemar membaca sebagai suatu kebutuhan dan bukan sekedar hobi. Terlebih jika ditambahkan juga program khusus membaca setiap harinya, misalkan guru menyediakan tiga puluh menit untuk “Tadarus Buku” setiap paginya, maka sebuah kebiasaan yang berulang-ulang akan membentuk suatu “Habit” yang baru dan juga sebuah karakter yang kuat.
Membaca tidak harus terbatas hanya pada buku pelajaran ataupun novel. Pada hari jumat atau hari-hari lainnya, siswa atau mahasiswa dapat disarankan secara khusus membaca kitab suci sesuai agama dan kepercayaan masing-masing seperti Al-Quran, Al-Kitab, dan sebagainya. Setidaknya melafalkan beberapa ayat selama lima belas sampai tiga puluh menit tentu dapat bermanfaat dan mengambil hikmah tersendiri bagi tiap individunya.
Adapun peranan yang tidak kalah penting dalam memajukan minat baca masyarakat adalah dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kedua lembaga yang memiliki peranan kuat tersebut dapat mensponsori pendirian perpustakaan-perpustakaan kecil dilingkungan masyarakat seperti desa atau kampung. Sebut saja salah satu Taman Baca Masyarakat (TBM) yang terletak di Desa Teluk Betung pada Provinsi Bandarlampung. Di daerah pegunungan bertanah merah itu, kondisi TBM begitu miris. Tempatnya kurang terawat, koleksi buku terbatas, bahkan tidak sedikit yang sudah usang dan tidak layak pakai.
Semestinya, pemerintah dapat melakukan survey dan mendukung tempat-tempat tersebut dengan lebih optimal lagi. Jikalau sulit, sebenarnya pemerintah dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, baik lembaga formal maupun nonformal. Lembaga formal dapat berupa sekolah, media massa, dan TBM yang diakui masyarakat, sementara lembaga nonformal dapat berupa komunitas pecinta buku dan komunitas penulis yang terletak di daerah tersebut.
Harapannya, setiap TBM pun kelak akan memiliki fasilitas berupa sarana dan prasana yang layak pakai. Selain itu buku-buku yang tersedia pun dapat lebih diseimbangkan antara buku-buku pelajaran, buku-buku umum, dan buku-buku populer seperti novel, cerpen, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Jadi, minat baca adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap membaca.
Adapun faktor-faktornya yang mempengaruhinya antara lain :
Motivasi