Mohon tunggu...
Christianus Hadi Winjaya
Christianus Hadi Winjaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengaduk kopi

Suka senyum-senyum sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Petuah Sakti Berujung Refleksi

1 Juli 2019   01:18 Diperbarui: 1 Juli 2019   01:26 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen Pribadi Fr. Firminus Marianto, CM

Untuk mengalihkan hawa dingin, aku coba berkomunikasi dengan si biarawan muda ini. "Ter, sekarang siapa cewekmu?" Tanyaku mengusili pria kelahiran Flores itu.

"Hei, pertanyaan macam apa itu? Seharusnya pertanyaan itu kamu sendiri yang jawab Mas. Hayo, sekarang kamu yang jawab." Sahutnya dengan nada tinggi.

"Sedang proses," jawabku dengan tersendat-sendat. Sontak aku terheran, lantaran pertanyaan yang awalnya aku berikan padanya malah menjadi bumerang.

"Proses apa lagi ha?" Sahut si Frater.

"Hidup itu adalah proses perjalanan. Perjalanan karier, perjalanan cinta, semua termasuk perjalanan hidup. Hidup dengan berproses, proses yang berjalan. Itu perjalanan hidup," kilahku.

Si Frater pun menanggapi. "Bro, kamu benar, tapi kamu juga harus ingat. Hidup bukan melulu tentang perjalanan proses, namun juga jangan lupa untuk berhenti sejenak, lalu melihat kembali, memahami dan memaknai. Sudahkah kamu sampai ke perhentian?"

Mendengar tanggapan si Frater mendadak diriku membisu dalam suasana malam itu. Seketika aku pun ingin merenung serta bersedia mendengarkan kata demi kata yang terucap dari bibirnya.

Ia melanjutkan tanggapannya sembari tetap fokus mengemudi. "Jika belum, ada baiknya kamu menentukan titik perhentian lalu melihat kembali apa saja yang sudah terjadi, memahami mengapa hal itu terjadi, lalu memaknainya sebagai hasil dari pembelajaran hidupmu. Lalu, lanjutkan lagi perjalananmu. Begitu terus berulang-ulang."

Mendengar ucapan itu, kali ini aku hanya mengangguk-anggukan kepala memberi isyarat paham.

Aku mengira cuma sampai di situ, ternyata ia masih melanjutkan celotehnya. "Kebanyakan teman-teman juga begitu. Mereka hanya melihat, mendengar, merasakan, dan melakukan perjalanan hidupnya begitu saja. Itu bagus, tapi sayangnya mereka juga lupa untuk memahami dan memaknai hidupnya, sehingga yang terjadi sering kali mereka mengeluhkan tentang kegagalan, kekecewaan, rendah diri, dan segala macam perasaan negatif lainnya. Coba saja mereka mau berhenti sejenak dan merenungkan hidupnya, mau memahami maksud Tuhan dan memaknainya, pasti yang ada adalah rasa syukur dan mereka mendapat hasil yang bermakna." Pungkasnya sebelum kami berdua tiba di lokasi.

Dalam imajinasiku. Sebelum pembaca merasa bosan, lebih baik aku segera menghentikan cerita tak berujung ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun