Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jomblo: Bukan (Kisah) Cinta Biasa #7

22 Oktober 2022   17:51 Diperbarui: 22 Oktober 2022   18:10 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#7 Tetangga

Perumahan tempat tinggal keluarga Ceria adalah perumahan lama kelas menengah. Kehidupan pertetanggaannya dapat dikatakan cukup baik. Meskipun tidak akrab dengan semua tetangganya, keluarga Ceria mengenal baik beberapa keluarga lainnya di lingkungan itu. 

Seperti keluarga Satria yang si kembar anak mereka adalah sahabat sepermainan Jomblo, lalu ada juga keluarga Lestari pemilik toserba langganan Mama dan keluarga dokter Sudarsa, dokter yang telah lama menjadi dokter keluarga bagi keluarga Ceria. 

Mereka semua tinggal di perumahan yang sama tapi bukan di dalam blok yang sama. Jadi bukan tetangga dekat namun akrab. Lucunya, untuk tetangga samping dan depan rumah keluarga Ceria malah tidak mengenal baik.

Karena dulunya di samping rumah keluarga Ceria tinggal keluarga Marabessy dan mereka saling mengenal baik satu dengan lainnya. Tapi semenjak keluarga Marabessy pindah, kira-kira 3 bulan lalu, rumah itu ditempati oleh keluarga lain yang sampai kini sosoknya masih agak misterius, khususnya bagi Jomblo.  

Seperti kebanyakan orang di negeri ini, Jomblo punya kebiasaan nyaris saban hari mengunjungi jejaring sosial facebook. Dia aktif mengomentari status beberapa teman walaupun statusnya sendiri tidak setiap hari diperbaruinya. 

Karena baginya lebih baik tidak membuat status baru daripada memaksa diri membuat status yang tidak ada gunanya atau hanya menyampah saja. Atau lebih parah: membuat pembacanya sakit hati. Tapi tidak semua orang punya sikap seperti itu. Beberapa orang bahkan sangat senang membuat status hingga sampai taraf overdosis. 

Dalam sehari mereka bisa membuat 5 atau 10 kali status baru yang, apa boleh buat, kebanyakan justru asbun, atau tepatnya asbitus. Entah apa alasannya, ada orang-orang yang menganggap penting mengumumkan ke dunia, melalui status di jejaring sosial, bahwa saat itu mereka sedang makan/mandi/belanja/bengong. 

Tapi belum pernah Jomblo temukan orang yang nekat mengumumkan dia sedang beol/boker/ngebom/BAB di kamar mandi! Eh, tunggu dulu, atau jangan-jangan sudah ada hanya Jomblo tidak tahu akibat kurang gaul? Jijay!

 EGP, gitu looh! Ente mau makan kek, mau mandi kek, apa urusannya dengan dunia? Mark Zuckerberg pasti tidak memaksudkan ciptaannya dipakai untuk hal-hal yang tak substansial seperti itu. Tapi okelah, ini dunia maya, bung! Dunia di mana prinsip-prinsip demokrasi dan kesetaraan dijunjung tinggi. 

Setiap orang bebas-bebas saja berekspresi asal tidak menganggu orang lain dan melanggar hukum. Status-status menyampah macam itu, dalam batas-batas tertentu, masih bisa diterima atau diabaikan (bila mau). 

Namun apa yang dilakukan oleh beberapa kalangan ABG dengan saling ejek mengejek, melecehkan, atau bahasa bule-nya bullying melalui jejaring sosial sudah tidak bisa dianggap sepele. Jomblo pernah baca berita tawuran antar pelajar yang dipicu oleh saling ejek via jejaring sosial. Perkelahian massal itu menyebabkan satu nyawa anak muda penerus bangsa ini melayang sia-sia!      

Jomblo sedang menatap layar laptopnya. Ada cukup banyak pemberitahuan status terbaru dan beberapa ajakan pertemanan. Dia memeriksa satu persatu, tersenyum membaca status Gadis yang bercerita sedang repot karena harus menjaga keponakan balitanya. Dia segera mengomentari: "Perlu bantuan supernanny? Ketik Reg spasi Jomblo kirim ke 9898 "

Di menu pemberitahuan pertemanan, dia melihat ada seseorang bernama Din Dundundin mengajaknya berteman. Nama yang cukup aneh, mengingatkan kita pada benda yang kalau ditekan akan berbunyi nyaring dan sering dipukul-pukul khususnya dalam situasi ketika Si Komo sedang lewat. 

Entah pula nama itu asli atau nama-namaan seperti banyak dipakai orang di dunia maya. Hanya ada 2 orang teman bersama antara Jomblo dan Din Dundundin, dan salah satu dari teman bersama itu Jomblo kenal dengan baik. Jadi, karena ada seseorang yang dikenalnya antara dia dan Din Dundundin Jomblo putuskan untuk menerima permintaan pertemanannya. 

Jomblo biasa selektif dalam menerima atau mengajukan permintaan pertemanan di jejaring sosial. Dia tak ingin orang-orang "aneh" atau yang berniat buruk menjadi temannya di dunia maya, apalagi dalam kehidupan nyata. Salah-salah mereka akan mengacau, membuat komentar yang tidak-tidak atau mengirimkan posting sampah. Kasus-kasus kejahatan siber bukan lagi berita langka. Waspadalah!

Setelah menerima permintaannya, Jomblo melihat-lihat profil Din Dundundin. Hei! Ternyata dia juga tinggal di kota yang sama dengan Jomblo. Wah, senangnya mengenal seseorang dari kota yang sama, meski hanya dari jejaring sosial. Karena seringkali kebanyakan orang yang dikenalnya di jejaring sosial berasal dari kota-kota besar lain di negeri ini yang menandakan dominasi dan timpangnya penguasaan jaringan internet.

Din Dundundin sudah bekerja dan ayah dari seorang anak balita. Dia bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai manajer IT dan hobinya mengikuti perkembangan IT, membaca buku, mendengarkan musik, dan menonton film. Tokoh yang menginspirasi dia adalah Warren Buffet dan Steve Jobs. 

Wow! Kelihatanya orang ini menarik juga. Segera Jomblo mengirim pesan pribadi "Hai! Senang bisa kenal Anda. Kita berdomisili di kota yang sama lho. Salam Jomblo."

Kemudian Jomblo melanjutkan melihat-lihat status teman-temannya yang lain, kadang tertawa, kadang tersenyum kecil, kadang mengerutkan dahi. Ada cukup banyak status galau hari ini...hehehehe...dan beberapa lainnya lucu-lucu. 

Dia mengomentari status yang mengundang untuk dikomentari: komentar lucu, komentar serius, komentar ala kadarnya, bergantung jenis statusnya. Jika yang membuat status teman yang sungguh dikenalnya, Jomblo tak segan bercanda atau menyindir-nyindir lucu.

Jika itu status galau yang serius dalam arti si pembuat status memang membutuhkan saran atau masukan, Jomblo akan memberikan saran dan berbagi pemikirannya. Tidak selalu berupa solusi. Terkadang orang tidak memerlukan solusi tapi hanya ingin ada seseorang yang mendengar atau bersimpati. Karena pada dasarnya semua makhluk hanya ingin dikasihi, didengar dan diterima keberadaannya.

Saat dia nyaris akan log out dari halaman facebooknya, tiba-tiba sebuah jendela percakapan muncul. Dari si klakson mobil. Wah, langsung diajak ngobrol. Si klakson bilang senang bisa kenal juga dengan Jomblo. Lalu Jomblo balas basa-basi, tanya kabar. 

Dia bilang oke, masih hidup! Hahaha...lucu juga orang ini. Bila kebanyakan orang ditanyakan kabar cukup menjawab baik atau sehat, si klakson beda sendiri: masih hidup. Dia tanya apa Jomblo Ceria memang nama asli? Jomblo jawab bukan, Ceria-nya iya nama keluarga tapi Jomblo-nya cuma nama panggilan kesayangan. 

Dia bilang kok bisa dipanggil Jomblo? Jawab Jomblo, ceritanya panjang. Dia minta diceritain kalau tidak keberatan. Oke, Jomblo bilang, tidak keberatan. Lalu diceritakannya tentang asal mula terciptanya dunia, eh, mengapa dia dipanggil Jomblo.

Si klakson tertawa terbahak-bahak, dia mengirim simbol emoticon si smiley yang sedang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Jangan-jangan kamu bakal jadi biku, suatu saat, katanya. Nah, giliran saya, kata Jomblo, kamu sendiri apa benar namamu Din Dundundin? Soalnya, kayak suara klakson. 

Dia tertawa, karena si smiley terpingkal=pingkal dikirimnya lagi. Katanya itu memang nama asli karena ketika dia lahir bapaknya seperti terus menerus mendengar suara klakson. Mungkin para malaikat surga bergembira menyambut kelahirannya sehingga mereka semua ramai-ramai membunyikan klakson mobil surga mereka. GR juga nih orang.

Karena menurut pendengaran orang kita suara klakson bunyinya diiin, dundundiiin..maka dari sanalah dia mendapatkan namanya.

Seru juga, tuh!

Selesai ngobrolin soal nama, Jomblo dan Din ngobrol tentang perkembangan IT, politik, makanan, buku terbaru...hingga tak terasa sudah hampir 2 jam berlalu. Wah, ketemu teman yang "satu alam", nih, batin Jomblo senang. Setelah kehabisan bahan obrolan, mereka sama-sama pamit untuk offline dan log out dari facebook, berjanji kapan-kapan akan mengobrol lagi. 

Jomblo menutup laptopnya, lalu meraih ponselnya. Tak ada pesan apa pun. Hari sudah malam, waktunya untuk melaksanakan ritual sikat gigi-cuci muka-cuci tangan-cuci kaki-meditasi-lalu tidur. Sebelum benar-benar tidur, sambil berbaring di ranjang Jomblo merenungkan tentang ketidakekalan. 

Dia melafalkan bait-bait dari Maranasati seperti yang dinasihati oleh Ajahn Chah untuk kerap dilakukan. Lalu, hoaaheeem...! Selamat malam semua, teristimewa untuk Gadis nun di sana. Mimpi indah, ya.

+++

Sejak perkenalan di facebook, meskipun tinggal satu kota, Jomblo dan Din belum pernah mengadakan kopdar alias bertemu tatap muka empat mata empat telinga dua mulut hehehehe...Lalu pada sebuah percakapan di facebook iseng-iseng Jomblo bertanya di mana persisnya Din tinggal. 

Dia menyebutkan nama sebuah perumahan yang amat Jomblo kenal. Itu kan perumahan tempat keluarga Ceria tinggal. Jomblo mengejar dengan bertanya di blok mana. Din memberitahukan nama sebuah blok yang juga amat Jomblo hafal karena itu kan blok tempat tinggalnya. 

Jangan-jangan...ternyata, benar! Din itu tetangga samping rumah yang selama ini belum pernah bertegur sapa. Wow! Bagaimana sebuah jejaring sosial bisa membuat apa yang dekat menjadi jauh dan apa yang jauh menjadi dekat. Bukan hal yang aneh bahwa kadang kita justru lebih akrab dengan teman di dunia maya yang entah siapa ketimbang saudara dekat di dunia nyata yang tinggal satu kota dengan kita, bukan?

"Din, kamu ini tetanggaku!" kata Jomblo, via teks.

"Lho, kamu anaknya Pak Chandra yang disebelah rumah?" Din kaget.

"Iya, kita memang tidak pernah ketemu, ya. Aneh juga, padahal kita bertetangga."

"Aku pernah ketemu dan ngobrol sebentar dengan Papamu. Tapi aku tidak tahu kalau kamu anaknya Pak Chandra."

"Lucu, ya? Kita bertetangga tapi tidak saling kenal, malah gara-gara facebook baru kita bisa kenalan."

"Ya. Maaf, bukannya tidak mau berkenalan, tapi jadwal kita tampaknya tak pernah nyambung. Tiap hari aku harus berangkat pagi-pagi pulang malam. Sering malah harus tugas keluar kota. Biasa, kerjaan kantor dan kejaran deadline, hehehe.." Din coba menjelaskan.

"Tidak apa-apa kok. Tapi rumahmu kelihatannya sepi. Aku hanya pernah lihat ada pembantu rumah tangga yang bersih-bersih. Ke mana anak istrimu?"

"Oh, mereka masih tinggal di kota asal istriku karena mertuaku belum mau berpisah dengan cucunya."

"Wah, kamu menantu kesayangannya, ya?" goda Jomblo.

"Hahaha... 

Bersambung ke #8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun