"Ya, betul, tapi bukan bercanda. Itu memang bukan namaku yang sebenarnya."
"Kok?"
"Dalam keluarga kita pasti punya nama panggilan kesayangan atau julukan yang dimaksudkan sebagai nama panggilan, ya kan? Jomblo itu nama panggilan saja, semacam julukan juga. Kalian pasti ingin tahu, mengapa aku dipanggil Jomblo?"
Mereka mengangguk dengan pipi-pipi yang bulat penuh makanan di dalamnya.
"Waktu kecil aku pernah bertemu dengan seorang bhikkhu. Saat itu aku bilang ke mamaku jika kelak aku ingin menjadi seorang bhikkhu. Kalian tahu apa itu bhikkhu?"
Salah satu dari bocah itu menjawab, "Pendeta Buddha?"
"Pinter! Tepatnya bhikkhu itu biarawan Buddha yang hidupnya selibat."
"Selibat?"
"Artinya tidak menikah dan tidak berumahtangga. Jadi biku itu selalu bujangan, dari sejak dia ditahbiskan sampai dia meninggal dunia. Dan dalam bahasa gaul orang yang tidak punya pacar atau bujangan disebut...?"
"Jomblo!!" mereka menjawab kompak.
Jomblo tertawa senang. "Nah, karena itulah oleh Papa dan Mama aku dijuluki Jomblo, dan lama-lama julukan itu menjadi panggilan kesayangan buatku."