Jomblo tersenyum melihat dan mendengar tingkah polah mereka. Dia maklum, dulu dia juga begitu, kok. Dia cukup kenal beberapa orang yuniornya di organisasi ini, tapi kurang bisa nyambung dalam obrolan akibat perbedaan umur yang cukup jauh dan, terutama, perbedaan minat.Â
Jadi dia putuskan untuk menikmati saja momen ke momen selama perjalanan. Kadang melihat-lihat ke luar jendela, memandang persawahan, suasana pedesaan pinggiran kota yang khas dan daerah kota lama dengan nuansanya yang mengingatkan masa-masa ketika kakek dan nenek kita masih muda.
Kadang membalas seperlunya sapaan atau pertanyaan dari beberapa ABG yang mengenalnya. Sekali-kali dilihatnya ponsel apakah ada SMS yang masuk, terutama dari Gadis, ehm..? Soalnya, tadi Gadis mengirim SMS, bertanya dia sedang apa, dan Jomblo sudah membalas: sedang dalam perjalanan ke panti asuhan.Â
Hmm...Gadis. Semenjak pertemuan di kolam renang, dia dan Gadis sudah beberapa kali berbalas SMS dan ngobrol via YM tapi belum sempat bertemu lagi. Ada kedekatan dan kecocokan di antara mereka. Jomblo jadi memikirkannya terus hingga tak terasa perjalanan pun berakhir.
Setelah menurunkan semua barang-barang yang akan disumbangkan, muda-mudi wihara bergegas masuk ke dalam sebuah halaman dari gedung yang mirip seperti bangunan sekolahan. Di berandanya mereka disambut oleh Pak Gede pimpinan panti asuhan itu dan beberapa orang stafnya.Â
Setelah itu rombongan diantar memasuki sebuah ruangan pertemuan, semacam aula kecil di mana anak-anak panti sudah menunggu. Namanya anak-anak, mereka tak pernah bisa diam, jadi suasana cukup riuh oleh obrolan dan macam-macam. Di ujung aula itu ada sebuah panggung kecil dan sebuah podium di salah satu sisinya. Â
Pak pimpinan mengambil microphone yang sudah disediakan di atas podium. Beliau menyampaikan kepada anak-anak asuhnya bahwa yang baru datang ini bukanlah rombongan sirkus  atau topeng monyet (meski beberapa orang anggota rombongan memang tampak seperti pemain sirkus atau topeng monyet, menurut laporan situs bercanda.com).Â
Anak-anak itu tertawa riuh. Ah, bisa-bisa saja Pak Pimpinan ini. Lalu beliau melanjutkan memperkenalkan rombongan kami dan tujuan kedatangan ke panti. Lantas beliau mempersilakan Jambo Nalagiri untuk maju ke depan memberi kata sambutan sepatah dua patah kata tapi maksimal 1000 patah ya, awas kebanyakan!
Waktu Jambo naik, panggung kecil itu terlihat agak bergetar. Beberapa orang cemas mengira sebentar lagi panggung akan amblas karena si Jambo, seperti namanya, memang jumbo tongkrongannya. Tapi untunglah hal itu tidak terjadi, kalau ya pasti akan heboh dan ada videonya di youtube.Â
Soalnya, selama berlanjut sambut menyambut beberapa orang merekamnya dengan ponsel masing-masing selain seksi dokumentasi yang memang bertugas untuk merekam dan memotret jalannya peristiwa. Â
Karena sudah diwanti-wanti, Jambo paham dia harus memberi kata sambutan seringkas mungkin namun tetap padat dengan informasi yang perlu disampaikan. Dia memperkenalkan nama organisasi pemuda wihara kami, nama kegiatan ini dan latar belakang serta tujuannya.