#5 Para Sahabat
Apakah artinya sahabat? Dalam kehidupan sahabat adalah salah satu hal yang memiliki pengaruh kuat yang bisa menentukan siapakah diri kita dan seperti apakah kita menjalani kehidupan.Â
Begitu pentingnya sehingga ada ujaran yang mengatakan bahwa siapa diri kita dapat diketahui dari siapa saja teman atau sahabat kita. Â jadi bila kita mempunyai sahabat-sahabat yang baik, dengan melihat sahabat-sahabat kita orang bisa mengetahui kita pun juga baik. Karena manusia selalu berkumpul dengan sejenisnya, maka: orang baik akan senang berkumpul dengan orang baik, orang jahat gembira bersama orang jahat.
Namun demikian, kadang dalam kenyataannya meskipun kita baik atau menganggap diri bajik, tapi entah mengapa kita bertemu dengan si jahat, menyukainya dan berteman dengannya.Â
Akibatnya, karena begitu akrab dan intim, lama-kelamaan kita yang semula baik bisa berubah menjadi jahat. Ini seperti perumpamaan kain sutera membungkus ikan busuk: betapa pun lembut dan harum kain itu, manakala digunakan untuk membungkus ikan busuk, keharumannya akan diganti dengan bau busuk.
Tentu, bisa saja ada kilahan yang menyebutkan: tidakkah ada kemungkinan bahwa kita yang bajik justru mempengaruhi dan berhasil mengubah mereka yang jahat sehingga dengan begitu berteman dengan orang-orang tak bermoral tidaklah menjadi masalah?
Malahan bukankah itu berarti kita telah melakukan sebuah perbuatan berjasa, tindakan heroik menolong seseorang yang jahat keluar dari kesesatannya?
Ah, jangan sok jagoan!
Selama dalam diri kita masih bercokol tiga akar kejahatan, selama kita masih dalam tataran sebagai orang awam yang belum tercerahkan, selama itu pula kita rentan terperngaruh oleh kejahatan apa pun. Ini sama seperti tokoh bangsa hobit bernama Frodo dalam film Lord Of The Rings yang dengan sia-sia berusaha menahan dirinya dari pengaruh sihir jahat yang terkandung dalam cincin yang dia bawa.Â
Meskipun pada akhirnya berhasil juga melepaskan penaruh itu, namun itu pun baru benar-benar terjadi ketika dia melepaskan dan menghancurkan cincin itu. Frodo sadar bahwa semakin lama dia bersanma cincin itu, semakin kuatlah pengaruh jahat cincin itu menguasainya.
Jomblo termasuk beruntung. Dia punya 3 orang sahabat yang baik. Dua di antaranya adalah sahabat lama, teman tumbuh bersama dari sejak kecil hingga kini. Kebetulan juga para keluarga saling kenal satu dengan lainnya karena bisa disebut mereka saling bertetangga.Â
Mereka berdua kembar dua telur, karena itu mereka tidak terlihat seperti anak kembar. Yang pertama mewarisi tampang Papanya, dan yang lain seperti Mamanya. Yang pertama bernama Ribut, dan satunya lagi Sepi. Â
Serius, nih? Atau cuma buat lucu-lucuan? Â
Serius, dong! Itu nama mereka yang sebenarnya, kok. Â Orangtua mereka melihat kembar yang lebih dulu nongol menangis dengan sangat keras dan ribut, sedangkan saudaranya lebih kalem.Â
Selain itu, tampaknya Om Jon dan Tante Ana menginginkan nama yang unik dan bernuansa yin-yang untuk anak kembarnya.
Mereka tak ingin mengikuti kebiasaan orangtua yang memberikan nama mirip-mirip kepada anak kembarnya. Misalnya seperti Ana dan Ani, Dhika dan Dhiki, atau yang semacam itu.Â
Maka jadilah anak kembar mereka diberi nama Ribut Gemilang Satria dan Sepi Tentram Satria. Meskipun terlihat tak seperti kembar, keduanya bisa dikatakan rukun dan kompak selalu sebagaimana biasanya anak kembar. Â
Dua bocah ini lalu mengenal 1 lagi bocah sebaya yang kebetulan dari sejak kecil sudah "satu alam": Jomblo Ceria. Tiga bocah ini lalu membentuk satu Trio kompak yang tak kalah kerennya dengan Three Muskeeters dan semboyannya yang terkenal itu: satu untuk semua, semua untuk satu.
Oh ya, untuk sahabat yang terbaru Jomblo dulu mengenalnya dari facebook. Berawal dari Jomblo membaca sebuah buku karyanya, lalu iseng-iseng mengontak alamat facebook yang tertera di profil buku tersebut. Ternyata dapat sambutan yang baik dari pemilik akun itu, dan seperti pada kasus dengan si kembar Jomblo pun bisa langsung nyambung dengan sahabat barunya itu.
Siapa lagi kalau bukan si narsis Chuang. Bukannya Jomblo  bermaksud menghina atau berlebay-lebay menyebut nama Chuang dengan julukan si narsis, tapi sumpah memang begitulah Chuang menjuluki dirinya. Tampaknya dia ingin mengikuti jejak para sastrawan besar China yang biasa menjuluki diri mereka dengan julukan-julukan yang mengesankan sebuah ejekan atau hinaan bagi diri mereka.Â
Misalnya seperti sastrawan China jadoel Su Tong Po, dia menjuluki dirinya si bejad. Atau...(cari di google tentang sastrawan2 cina). Si narsis Chuang tinggal di kota yang berbeda namun masih dalam satu provinsi dengan tempat tinggal Jomblo. Mereka pernah 2 kali bertemu di acara yang melibatkan organisasi pemuda-pemudi wihara masing-masing.Â
Pada pertemuan yang terakhir itulah si narsis Chuang berkenalan dengan adik Jomblo, May-may, dan langsung naksir, hehehehe...Tapi May-may tidak menganggapnya serius. Hingga kini mereka tetap berteman baik saja. Â
Hari ini Jomblo dan si kembar janjian mau berenang di kolam milik sebuah pusat rekreasi yang terletak di daerah pinggiran kota. Panas-panas begini memang paling asyik berenang. Kebetulan pusat rekreasi itu baru membuka 1 buah kolam baru untuk melengkapi kolam-kolam lama yang sudah beroperasi sebelum ini. Jadi, semua "tanda-tanda alam" hanya mengarah pada satu kesimpulan: rugi deh kalau tidak berenang hari ini, hehehehe...
Jomblo sudah memasukkan baju ganti, kacamata  dan celana renang, handuk dan  semua perlengkapan mandi ke dalam tas ranselnya. Tak lupa membawa bekal uang secukupnya untuk membeli tiket masuk dan makanan atau minuman. Siap berangkat ke rumah si kembar, setelah itu bersama-sama pergi ke kolam renang.
Dengan menggendong ranselnya, Jomblo bergegas turun ke lantai bawah, berpamitan pada Mama dan May-may yang sedang asyik di dapur (hm...baunya sedap). Gemboel menyalak sekali, ingin ikut, tapi Jomblo mencegahnya. Bisa kacau kalau Gemboel ikut ke rumah si kembar. Soalnya, di sana ada musuh bebuyutan Gemboel yang bernama si Sinting.Â
Dua ekor Canis lupus familiaris dari jenis Labrador itu tak pernah akur dari sejak pertama kali kenal. Satu-satunya hal yang bisa mereka sepakati adalah: sama-sama mengaku tukang makan.Â
Bisa jadi dulunya, dalam kehidupan sebelum lahir jadi anjing, mereka pernah lahir sebagai manusia yang saling bermusuhan dan menyimpan dendam berbalas dendam yang berbalas dendam lagi hingga kehidupan sekarang sebagai dua makhluk berkaki empat, suka menggonggong dan bermusuhan.
Si kembar adalah arsitek, punya usaha biro desain sendiri. Mereka bekerja dari rumah dan masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Bukan tidak mau mandiri, tapi Om dan Tante Satria memang meminta anak-anaknya untuk tetap tinggal bersama selama masih belum menikah.Â
Rumah si kembar tak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa rumah ke arah jalan keluar dari perumahan tempat keluarga Ceria tinggal. Jadi Jomblo memutuskan untuk berjalan kaki saja. Tidak berapa lama dia telah tiba di tujuan. Rupanya si kembar juga sudah siap. Mereka sedang memasukkan ransel ke dalam bagasi mobil.
"Hei, sob," sapa si sulung kembar sambil mengacungkan tangan untuk tos. Adiknya hanya melempar senyum saja. "Kita langsung berangkat?"
"Ayo!" Jomblo melempar ranselnya ke dalam mobil, lalu membuka pintu depan di jok penumpang samping sopir. Sepi, biasa dipanggil Epi, duduk di jok belakang. Setelah berpamitan pada Papa dan Mamanya (untuk Ribut dan Sepi) atau Om dan Tante Satria (untuk Jomblo), City Car merah mungil itu lalu melesat pergi menuju jalan raya yang akan mengantarkan mereka ke daerah pinggiran kota.
Ini adalah sebuah ibukota dari pulau yang tersohor akan kecantikan alam dan seni tradisinya yang amat luhur. Tapi pemandangan kota tidak mencerminkan kecantikan dan kemuliaan itu. Spanduk-spanduk slogan kampanye centang perenang, beberapa di antaranya bahkan dipakukan ke pepohonan perindang.Â
Sungguh tak berperiketumbuhanan! Dan baliho-baliho besar bergambar wajah pejabat sedang "mupeng" berat minta dipilih amat menyakiti mata siapa pun yang masih memiliki kesadaran akan nilai-nilai keindahan.
  Dari audio mobil terdengar John Lennon sedang mendendangkan "Imagine". Daripada pusing ngomel-ngomel sendiri (dalam hati) memperhatikan polusi visual dari pemandangan kota, Jomblo memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya dengan mendengarkan lagu enak yang sarat pesan itu.
Imagine all the people
Living for today... Aha-ah...
Imagine there's no countries
It isn't hard to do..
Hei, John! Kau dan aku, kita semua memang memimpikan dunia yang lebih damai dan penuh kasih. Sayang, beberapa manusia "bodoh" justru malah terpilih memimpin dunia.
 Â
+++
Busyet! Ternyata tidak hanya mereka yang punya ide untuk berenang hari ini. Setelah dari loket karcis, baru terlihat semua kolam yang tersedia penuh oleh manusia-manusia kepanasan yang haus akan rasa sejuk. Dalam beberapa tahun ini kolam renang di mana pun kelihatannya tak pernah sepi, terutama saat hari-hari bercuaca neraka api seperti sekarang ini. Pertanda pemanasan global bukan omongan gombal?
"Sial, sob! Sepertinya kita tak bisa leluasa berenang, nih," erang Ribut, untuk selanjutnya kita panggil But saja.
"Kita batal saja?" usul Jomblo.
Dua bersaudara kembar itu tampak bimbang sejenak. Tapi kemudian Epi berkata, "Makhluk-makhluk cantik di arah jam 3." Serentak dua kepala lainnya menengok ke bagian kolam sebelah kanan. Wow! Benar-benar segerombolan Charlie's Angel, hehehehe...Hanya saja, 2 dari 3 gadis itu tampak mirip bagai pinang dibelah dua.Â
Apakah mereka kembar identik? Atau barangkali hanya kakak beradik yang kebetulan amat mirip? Tapi yang jelas ketiga-tiganya punya pesona khas Indonesia. Â
"Hmm...jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, antropologi, dan logi-logi lainnya, menurutku membatalkan berenang pada kesempatan seperti ini berarti menyia-nyiakan sebuah peluang yang amat berharga," kata Jomblo sambil memasang aksi "sedang berpikir keras".
"Mutlak amat setuju!" kata But.
"Tidak diragukan lagi!" sahut Epi.
Mereka bertiga saling tatap sambil menyeringai gila sebelum lalu melangkah mantap masuk ke dalam ruang ganti. Setelah berganti celana renang dan melakukan beberapa gerakan pemanasan sambil tak lupa pasang aksi memamerkan otot-otot yang lumayan terlatih, tiga jagoan kita langsung melompat ke dalam kolam.Â
Ramainya manusia di kolam menyebabkan siapa pun sulit melatih otot-otot dan kebugarannya dengan berenang bolak-balik dari ujung ke ujung. Jadinya, kegiatan di kolam lebih banyak diisi dengan sekadar berendam mengusir gerah sambil bercanda atau bercakap-cakap.
But terus-terusan menatap ke arah gerombolan 3 gadis yang tadi mereka lihat. Tiap kali Jomblo atau Epi mengajaknya bicara, But menoleh sebentar, memberi tanggapan ala kadarnya, sudah itu pandangannya kembali diarahkan ke sana.Â
Sebenarnya Jomblo dan Epi juga tertarik ingin mendekati dan berkenalan dengan para gadis itu. Siapa sih yang tidak? Maksudnya, apa ada cowok normal yang tidak tertarik dengan kecantikan seperti itu? Tapi mereka lebih bisa menahan diri dibandingkan But yang lebih ekspresif dan terbuka dalam menunjukkan perasaannya.
"Yuk, sob, kita dekati mereka," ajak But kepada dua sahabatnya. Jomblo dan Epi mengangguk setuju. Mereka lalu berenang ke sisi lain kolam di mana ketiga gadis tersebut sedang berceloteh riang sambil duduk-duduk di pinggir kolam dengan kaki-kaki yang menjuntai masuk ke dalam kolam .
Ketiganya tampak agak terkejut melihat ada segerombolan cowok datang mendekat dan langsung duduk di dekat mereka.
"Hai!" Cowok hitam manis berambut agak kriting menyapa. Senyumnya manis campur narsis. Mungkin dia merasa seperti model iklan yang nampang di kemasan odol Darlie. Â Dua cowok lainnya, yang satu kuning langsat dan satunya lagi sawo matang, hanya cengar-cengir seperti kuda.
"Hai juga!" Gadis mirip Dian Sastro membalas sapaan itu, plus senyum. Dua gadis lainnya memandang dengan ekspresi "siapa sih elu, gangguin kami saja".
"Kenalan, yuk? Namaku Ribut, ini yang disampingku Sepi, dan yang kuning langsat rambut cepak itu namanya Jomblo." Si hitam senyum narsis tak mau buang-buang waktu rupanya. Langsung saja dengan PeDe-nya main kenalan-kenalan.
Tiga gadis saling pandang. "Itu...nama beneran apa lucu-lucuan?" Rupanya si Dian Sastro ini semacam pemimpin atau juru bicara untuk mereka semua.
"Beneran, dong, memang itu nama kami kecuali si Jomblo yang cuma nama panggilan saja."
Terdengar suara tawa berderai-derai. Nyaris saja salah satu dari mereka jatuh ke kolam saking hebohnya tertawa.
"Lucu, ya?" But tak terdengar tersinggung, malah ada kesan dia bangga dengan namanya yang aneh.
"Iya, lucu, terutama si Jomblo itu, hahaha..." Si Dian Sastro dkk masih belum puas tertawa. Tapi lalu mereka berhenti juga.
"Aku Gadis, yang disebelahku Gaby dan satunya lagi Grace. Mereka kembar identik, kelihatan, kan?" Gadis, si Dian Sastro, memperkenalkan diri dan teman-temannya.
"Wow! Kalian kembar identik?" But memandang Gaby dan Grace. Epi menjulurkan kepalanya, ingin ikut melihat lebih dekat ke si kembar cantik. Gaby dan Grace mengangguk. "Iya, kami kembar identik."
"Kami juga kembar" Epi tidak mau kalah. But mengangguk, "Benar, tapi kembar 2 telur. Dia mirip Mama kami, aku mirip Papa kami."
"Sungguh?" Grace (atau Gaby?) sangsi.
"Kalau tidak percaya, tanya Jomblo deh," jawab But sambil menunjuk ke Jomblo. Jomblo cengengesan. "Iya, mereka memang kembar 2 telur makanya tidak mirip." Mereka semua tertawa bersama-sama mengingat betapa ajaibnya pertemuan itu.Â
Tiga cowok bertemu tiga gadis. Sepasang kembar 2 telur yang tak mirip bertemu dengan sepasang kembar identik yang susah dibedakan. Dan terutama, tiga cowok dengan nama aneh-aneh bertemu tiga gadis dengan nama yang semuanya berawalan huruf "G".
Percakapan berlangsung lancar. Dari obrolan itu banyak informasi yang saling dipertukarkan. Mulai dari soal hobi, keluarga, alamat facebook, dan sebagainya. Ternyata para gadis "G" masih kuliah bidang hubungan masyarakat di kampus yang sama.
"Kalian, Gaby dan Grace, gimana cara mengenali kalian mana yang mana?" tanya Jomblo, penasaran sekaligus bingung. Dia sudah mengamati But dan Epi tertarik dengan si kembar cantik tapi tampaknya sama-sama bingung mana Gaby mana Grace.Â
Gaby dan Grace, atau Grace dan Gaby---sungguh bikin bingung---saling pandang, cekikikan. Salah satunya berkata, "Apa kita perlu beritahukan rahasia kita, ya?" dan pasangannya mengangguk sambil terus cekikikan.
"Aku Gaby, lebih tua 1 menit dari adikku Grace. Tandanya gampang. Kalian lihat tahi lalat dekat cuping hidung sebelah kiriku? Kalau Grace, dia punya tahi lalat dekat cuping hidung juga, tapi sebelah kanan. Grace?" Grace menunjukkan tahi lalatnya. "Sekarang sudah tahu, kan? Gaby kiri, Grace kanan, ingat saja itu."
"Edan!" Epi geleng-geleng kepala, "seperti pantulan cermin atau bayangan saja." Matahari mulai terlihat tergelincir ke barat. Tak terasa waktu berlalu sekian jam hingga sore pun menjelang. Obrolan 3 cowok dan 3 gadis pun mulai kehabisan bahan. Jomblo mencolek pundak But yang curi-curi pandang ke Gaby, mengajak pulang. But paham. "Gadis, Gaby dan Grace, hari sudah sore. Kami mau pamit ya."
"Ya, kami juga sudah harus pulang," kata Gadis sambil bangkit berdiri. Dua temannya juga berdiri, lalu mereka semua saling bersalaman. "Sampai jumpa lagi! Senang bisa berkenalan dengan kalian!" seru Jomblo dkk sambil melambaikan tangan. Setelah saling mengingatkan untuk tidak lupa meng-add sebagai teman di facebook, mereka pun berpisah menuju kamar ganti yang sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing.
Selesai membersihkan badan dan berganti pakaian, Jomblo memeriksa ponselnya. Ada beberapa SMS yang masuk, salah satunya dari Mama mengabarkan Papa+Mama+May-may pergi makan malam di luar dan kunci rumah dititipkan di rumah keluarga Satria.Â
Hmm..batin Jomblo, jadi di rumah hanya tinggal Gemboel. Asyik juga! Aku bisa bermeditasi tanpa banyak gangguan. Tanpa banyak menunda lagi mereka pun segera melangkah ke tempat parkir. Tak ada tanda-tanda 3 gadis "G". Apakah mereka sudah lebih dulu keluar atau masih di dalam area kolam? Ah, sungguh senang berkenalan dengan mereka.
+++
Huh! Jomblo menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu. Rumah sepi, hanya ada si Gemboel. Di kulkas ada makan malam yang sengaja dibuatkan Mama untuk Jomblo, tinggal dipanaskan dengan oven. Sejenak batin terasa damai karena keheningan rumah yang biasanya ramai oleh suara-suara Mama di dapur atau televisi yang ditonton Papa, atau kicauan May-may jika hatinya sedang riang.Â
Tapi tak lama, batin memutar ulang kejadian tadi siang di kolam. Pertemuan dengan tiga gadis "G", terutama Gadis, sungguh mengesankan buat Jomblo. Hampir 15 menit telah berlalu ketika Jomblo akhirnya sadar dari ketersesatan batinnya di kejadian yang telah lalu, dari mengunyah-unyah momen basi alih-alih menikmati kedamaian momen saat ini.
Ah, sebaiknya aku makan dulu. Jomblo beranjak menuju dapur, membuka kulkas dan mengeluarkan makanan untuk dipanaskan di oven. Meskipun suka makan enak, tapi Jomblo tidak biasa makan banyak. Dia hanya mengambil sedikit nasi, sedikit lauk dan sayur serta sebungkus krupuk.Â
Saat telah siap di meja makan suap menyuap susul menyusul disertai pikiran yang melayang-layang ke kejadian di kolam. Sialan! runtuknya dalam hati. Mana bisa makan dengan sadar? Habis ini harus meditasi, nih.
Selesai makan, perut terasa nyaman terisi, tapi belum pas untuk bermeditasi. Sembari menunggu turunnya makanan dalam perut, Jomblo membuka laptop dan terus meluncur ke facebook. Merenung sejenak, lalu dibuatnya sebuah status baru:Â
"Jika ingin bahagia, pilihlah bahagia, apa pun yang terjadi. Itu saja." Belum lama dipost status itu sudah memanen 5 jempol. Jomblo tersenyum senang. Dia memang telah berkomitmen untuk memanfaatkan sebaik mungkin tiap kesempatan memperbaharui status sebagai sarana untuk berbagi mutiara-mutiara perenungan yang syukur-syukur dapat memberi ilham atau kebahagiaan bagi siapa pun.
Setelah itu, pada kotak search diketiknya alamat facebook yang tadi diberikan oleh Gadis. Â Hasilnya ada 3 orang dengan nama depan Gadis, tapi hanya 1 yang mirip Dian Sastro dan memakai nama belakang Ariva. Itu pasti dia.
 Tak buang waktu di add-nya Gadis, lalu dikirimkannya pesan:"Hai! Awas kalau tidak add gw!! Hehehe,..." Lalu ditelusurinya satu persatu status terbaru masing-masing teman, baik yang kenal langsung maupun yang hanya terkoneksi gara-gara Mark Zuckerberg "iseng" menciptakan sebuah media sosial.Â
Ada status yang lucu dan memancing komentar-komentar nakal, ada yang serius tapi kadang malah bisa dikomentari lucu-lucu, tak sedikit pula yang hanya menyampah saja.Â
Sedang asyik membaca dan mengomentari beberapa status, tiba-tiba sebuah jendela obrolan nonggol. Wah, si narsis Chuang menyapa "Hai! Lama tak ada kabar". Jomblo membalas, bercerita bahwa tadi siang baru saja pergi berenang bersama si kembar dan bertemu tiga gadis yang 2 di antaranya kembar identik. Wah, pasti seru, ya, balas si narsis Chuang.Â
Setelah itu dia cerita sedang menulis buku baru yang diharapkan bisa terbit dalam waktu 3 atau 4 bulan lagi. Jomblo tanya itu buku tentang apa, dan setelah itu obrolan terus berlangsung sampai sekitar 30 menit. Jomblo merasa perutnya sudah lebih enak, jadi dia bilang ke si narsis Chuang mau meditasi dulu, ngobrol lagi kapan-kapan. Oke.
Lalu ditutupnya jendela obrolan, log out dari halaman facebook, mematikan modem dan men-shutdown laptop. Setelah itu diambilnya timer, set waktu ke 30 menit, pencet tombol start, matikan lampu kamar, dan duduk bersila dalam posisi setengah lotus di atas MediSeat yang nyaman. Hmm...napas masuk, napas keluar, damai, damai, damai....
(bersambung ke #6)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H