"Papa!" suara Mama melengking dari dapur. "Dari 10 menit lalu bilang sebentar, sebentar. Apa mau maagnya kumat lagi, ya!"
"Oke, oke, aku shut down dulu nih laptop." Papa menyerah juga. Dia bergegas mematikan laptop lalu pergi ke dapur.
Di meja makan sudah tersedia sayur pecel dan kawan-kawannya seperti tahu, tempe, dan mangga manalagi sebagai hidangan pencuci mulut. Semua hidangan itu, kecuali tahu dan sambal pecel, berasal dari kebun organik milik sendiri yang diurus Jomblo dan kadang-kadang dibantu Papa. Kebetulan ini hari Uposatha, jadi Mama sengaja menyiapkan hidangan vegetarian. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Ceria untuk bervegetarian-ria saban hari Uposatha. Sebenarnya disarankan juga melaksanakan 8 latihan moral, tapi tidak harus sih. Papa dan Mama bukan jenis orang yang amat religius dalam arti mereka serius mendalami ajaran agama. Meskipun baik hati, suka menolong dan sebagainya, dalam urusan praktik spiritual yang lebih lanjut seperti berpuasa dan meditasi, mereka belum tertarik. Bagi mereka cukuplah tahu untuk tidak berbuat jahat dan banyak berbuat baik, itu saja. Tentang makanan vegetarian di hari Uposatha, mereka setuju menjalankannya hanya setelah tahu bahwa makanan vegetarian itu baik untuk kesehatan, jadi bukan semata karena alasan hari Uposatha atau praktik spiritual. Bagi Papa dan Mama, praktik beragama mereka lebih condong ke tradisi Tionghoa. Â Â Â
Mama mengambilkan nasi untuk Papa, menyendok penuh sayur pecel hingga membentuk gunungan, lalu mengguyur gunungan itu dengan sambalnya.
"Ini, Pa. Makan yang banyak, ya, biar cepat gede," kata Mama. Â Â Â
Papa tertawa geli. "Iya, Ma, biar gendut seperti Mama, ya?"
"Yee..balas dendam, nih yee.." Mama tertawa cekikikan. Mama tidak gendut-gendut amat sih, masih lebih gendut Papa. Hanya saja, karena sudah melahirkan 2 orang anak, Mama tidak lagi selangsing seperti mudanya. Â
Papa nyengir kuda, mengambil sendok dan mulai makan. Setelah mengunyah 30 kali sesuai petunjuk dari dokter terkenal yang bukunya pernah dia baca, Â barulah Papa menelan makanannya.
"Anak-anak kemana, Ma? Kok cuma kita berdua? Jadi sepi nih."
"Jomblo pergi ke wihara untuk berlatih meditasi dan menjalankan attangasila, besok pagi baru pulang. Dia sudah bilang akan semalaman di wihara. May-may sedang kursus bahasa Korea, tadi berangkat bareng temannya. Papa lupa jika sudah sebulan ini dia kursus bahasa Korea?"
"Oh iya. Kenapa bahasa Korea? Mengapa tidak Mandarin atau Inggris?"