"Ada coklat, ada boneka, ada kolam renang juga?"
"Tentu, tentu, mengapa tidak?" aku mengangguk-angguk mengiyakan. Mata putriku berbinar ceria mendengar jawabanku. Kutatap binar matanya, lalu aku berkata,"Una sayang, suatu saat nanti, jika kebijaksanaanmu sudah makin bertambah, kau akan mengerti juga akhirnya tentang hidup dan kehidupan ini. Tentang pertemuan dan perpisahan, tentang cinta dan kematian. Tentang surga dan neraka, dan tentang jalan untuk meraih kebahagiaan tertinggi yang diimpikan oleh semua makhluk. Kau akan belajar semua itu secara bertahap, putriku." Ia nampak asyik dengan es krimnya, dan tak begitu peduli dengan semua omonganku. Barangkali ia tak mengerti, tapi tak apalah. Yang penting sekarang aku setidaknya sudah berhasil lulus dari sebuah ujian sulit yang terkadang membuat setiap orangtua merasa terjebak.
Lalu kugandeng tangannya masuk ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H