Ia bahkan tidak mengikuti sosial mediaku. Lagi, aku tahu bahwa ini bukanlah suatu kewajiban. Tapi, bukankah ini aneh? Ia mengunci keamanan sosial media miliknya dan kami tidak saling mengikuti walupun kami tahu akun sosial media satu sama lain. Tidakkah ini hal yang aneh bagi “pasangan”?
Walau demikian, aku mencoba untuk tidak memikirkan hal terserbut. Mungkin ia punya alasan tertentu mengapa ia melakukan itu padaku. Namun tetap saja, hal ini membuatku bertanya-tanya di dalam hati, “Ada apa sebenarnya?”
Kami juga tidak saling mengecek ponsel pribadi satu sama lain ketika sedang bersama. Ya, sekali lagi, aku tahu bahwa ini tak harus dilakukan oleh pasangan. Tapi, tidakkah ini mengganjal bila sedang bersama dan ia menjauhkan ponselnya saat ingin membalas pesan masuk?
Aku berusaha tenang, sabar dan tidak memikirkan hal tersebut. Aku berusaha menghapus pikiran negatif dan berpikir dewasa dengan dalih, “Mungkin itu adalah urusan kantornya.”
Aku tak ingin bertingkah kekanak-kanakan dengan membebani pikiran kami masing-masing untuk saling mengecek ponsel satu sama lain saat sedang bersama. Bukankah saat bertemu adalah saat yang paling membahagiakan bagi kami? Aku hanya tak ingin merusak kebersamaan kami dengan kecurigaan belaka.
Pada akhirnya, aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, berusaha tenang dan menyingkirkan perasaan-perasaan negatif tersebut. Tapi tetap saja, bagi kami perempuan, kami tak akan berhenti sebelum mendapat jawaban yang pasti.
Akhirnya, malam itu aku menemukan jawabannya…
Malam dimana aku dengan sangat bergairah menyiapkan menu makanan favoritnya…
Malam itu adalah malam dimana bom waktu meledakkan hubungan yang sudah kami rajut selama 1 tahun lebih bersama… Awal mimpi buruk bagi kami…
Kalau saja aku dapat memutar kembali waktu, aku ingin sekali kembali ke malam itu. Mengubah semua kenyataan pahit menjadi manis, atau untuk sekedar menutup mata dan telingaku dengan rapat.
Ternyata, semua kebahagiaan hubungan kami yang dengan bangganya kugembar-gemborkan, hanya berasal dari sudut pandangku saja…