Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Awalnya Kukira Hanya Kebijakan Populis, Taunya MBG ini Sangat Positif

11 Januari 2025   11:00 Diperbarui: 11 Januari 2025   11:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program makan bergizi gratis (MBG) bagi murid sekolah telah mulai diuji cobakan awal Januari lalu, awalnya saya memandang program ini hanyalah sebagai janji politik atau kebijakan populis untuk mencari simpati rakyat.

Dalam tataran teoritis, program ini memang sangat bagus dan sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Program makan bergizi gratis (MBG) untuk anak sekolah ini tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga dapat memperbaiki prestasi belajar, mengurangi kesenjangan sosial serta memutar roda ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagaimana halnya dengan banyak program-program pemerintah lainnya, pastilah ada tantangan-tantangan dan juga hambatan-hambatan yang harus dihadapi, apalagi di tahap-tahap awal. Seperti halnya dengan program makan bergizi gratis ini pastilah terjadi hal-hal yang tidak atau belum sesuai dengan ekspektasi.

Namun, terlepas dari semua kekurangan-kekurangan yang terjadi di tahapan ujicoba ini. Secara garis besar apa yang saya lihat dari pelaksanaan program MBG ini di daerah saya Kota Kendari, bahwa ini adalah program yang sangat penting, bermanfaat dan harus didukung oleh semua pihak.

Penyediaan makanan sehat dan bergizi dalam skala besar, yang ketahanan atau keawetannya sangat terbatas, baik itu oleh waktu maupun kondisi lingkungan dan pengemasannya bukanlah perkara mudah.

Ini mungkin akan mudah disediakan oleh perusahaan industri, namun karena program MBG ini melibatkan usaha mikro kecil sebagai bagian dari pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat, ini tentu akan sedikit sulit.

Gambaran dari ujicoba selama seminggu ini (5 hari sekolah) di 12 sekolah dasar di dua kelurahan di Kota Kendari, termasuk di antaranya dua sekolah tempat anak saya bersekolah. Bahwa program ini berjalan menggembirakan, meski ada beberapa catatan.

Yang pertama dan ini merupakan catatan penting untuk menggambarkan bahwa program ini harus berkesinambungan dan terus disempurnakan oleh semua pihak, yaitu program ini disambut dengan semangat dan antusiasme yang tinggi baik itu oleh para murid, pihak sekolah dan penyalur (vendor) serta pengawas dan pihak-pihak lain yang terlibat du dalamnya.

Secara umum sajian makanan bergizi gratis ini cukup memuaskan yang memenuhi unsur empat sehat, tetapi belum lima sempurna karena minus susu (catatan: di daerah kami tidak ada peternakan sapi dan mungkin harga susu instant tak terpenuhi oleh budget anggaran). Namun, jika ada kekurangan sepertinya itu hal yang lumrah, mengingat persoalan penyediaan makanan MBG ini tidaklah sesederhana yang kita pikirkan.

Ini melibatkan rantai yang panjang, mulai dari penyediaan bahan baku, pengolahan, pengemasan hingga pendistribusiannya. Penyediaan bahan untuk sekitar 3000-5000 paket tentu bergantung pada ketersediaan pasar, dan ini sesuatu yang rentan terganggu kontinuitas ketersediaannya di pasaran.

Di hari pertama ujicoba, sepanjang yang saya ketahui dari informasi dua anak saya yang kebetulan bersekolah di dua sekolah berbeda, serta dari info grup wa yang dilaporkan oleh Babinsa yang kebetulan bertugas mengawal program MBG, bahwa pelaksanaan makan bergizi gratis berjalan dengan baik dan memuaskan.

Hari berikutnya mulai sedikit ada kendala, ini terkait dengan pendistribusian makanan. Di sekolah anak saya yang pertama, makanan diantarkan di sekolah pada pukul 8.00 waktu setempat, tetapi di sekolah anak saya yang kedua (hanya berjarak kurang dari 100 m dari sekolah kakaknya) makanan baru diantarkan pukul 11.30, dan ini berlanjut ke hari berikutnya.

Kemudian di hari keempat, jika makanan sehat itu harus memenuhi unsur empat sehat, yakni karbohidrat, protein hewani (daging, ayam, ikan, telur dll), protein nabati dan buah. Di hari keempat dalam menu tidak terdapat menu sayuran hanya nasi, ikan, tempe dan bakwan jagung serta buah.

Kemudian di hari kelima, berjalan normal hanya saja di sekolah anak saya yang kedua, MBG-nya tetap didistribusikan dan disantap sebagai makan siang. Sementara di sekolah anak saya yang lain, MBG-nya di waktu sarapan +/- 8.30 wita.

Saya mencatat ada beberapa catatan menarik berdasarkan informasi anak saya, dan catatan ini menjadi hal yang membuat saya menganggap program MBG ini adalah program yang sangat sangat dan sangat bagus, dan wajib disukseskan hingga seterusnya.

Catatan pertama adalah cerita anak saya, bahwa ada teman sekolahnya yang mencari kantong untuk membungkus lauk ayam dari jatahnya yang katanya akan ia berikan kepada adiknya di rumah.

Mungkin ada sebagian orang yang ketawa dengan cerita ini, tetapi inilah gambaran di lingkungan kita, bahwa masih ada keluarga dan anak Indonesia yang merasakan makanan yang bagi sebagian besar orang adalah menu sederhana tetapi bagi mereka adalah menu mewah.

Catatan kedua, bahwa semua anak-anak menikmati menu makanan bergizi gratis mereka, termasuk anak kedua saya yang jika di rumah sangat susah makan dan sangat memilih-milih makanan. Rata-rata mereka mengatakan makanannya enak!.

Ini menjadi catatan penting, "rasa makanan yang enak". Bisa jadi hampir sebagian besar anak-anak sekolah kita jarang menikmati sarapan enak di rumah!, mengapa?

Tidak memandang keluarga kurang mampu dan keluarga mampu, terkadang menyediakan makanan sehat bagi keluarga itu tidak hanya tergantung kemampuan keuangan, tetapi bisa jadi tergantung juga dengan waktu dan kepandaian memasak.

Ada keluarga yang mampu secara finansial untuk memenuhi kebutuhan makanan keluarganya, tapi tidak punya waktu yang cukup untuk membuat makanan enak bagi keluarganya, apalagi di pagi hari saat anak-anak mau berangkat sekolah. Bisa jadi karena ayah dan ibunya bekerja atau hal lainnya.

Alhasil, mungkin mereka memasak sekedarnya saja, yang penting bisa tersaji dan disantap sebelum berangkat ke sekolah, perkara rasa itu urusan belakangan. Apalagi jika memang tidak punya kepandaian memasak, bukan saja memasak ala kadarnya tetapi bisa jadi tidak memasak dan hanya membekali anak-anaknya dengan uang jajan yang berlebih.

Nah, dengan makanan MBG ini, selain memang memenuhi standar gizi dan higienis yang terjamin, ia juga tentu memiliki rasa dan tata sajian yang menarik karena disediakan oleh orang profesional, sehingga anak-anak lahap menikmatinya.

Catatan berikutnya, adalah bahwa dengan program MBG ini ada hikmah yang bisa diambil yakni sebelum makan anak-anak diharuskan mengawalinya dengan membaca doa sebelum mulai makan. Ini bukan saja makanannya bergizi secara lahiriah tetapi juga berfaedah secara bathiniyah.

Catatan terakhir, bahwa melihat dari budget serta porsi makanan MBG ini, sepertinya ini adalah untuk konsumsi makan pagi (jam istirahat) jadi sebaiknya ini didistribusikan untuk disantap sebagai makan pagi, dan bukannya menjadi makan siang.

Besar kemungkinan anak-anak akan jajan di saat jam istirahat, apalagi jika mereka tidak/ belum sarapan saat berangkat sekolah. Jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anak bisa jadi merusak selera makan dan juga penyerapan gizinya.

Kualitas gizi yang baik sangat penting bagi perkembangan anak-anak, baik itu menyangkut kesehatannya juga prestasi belajarnya. Program MBG jika dapat dijalankan dengan baik dan tepat tentu akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup anak-anak Indonesia serta keluarga Indonesia.

Program makan bergizi gratis untuk anak sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan prestasi belajar yang harus kita dukung dan sukseskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun