Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ingin Harmonis Hidup Bertetangga, Jangan Lupa Silahturahmi

21 Oktober 2022   16:30 Diperbarui: 3 November 2022   15:44 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bertetangga | Sumber dari Kompas.com

Nah, dalam persoalan antar tetangga ini, tentu pihak lain bukan hanya sebisa mungkin tapi memang harus tidak boleh berpihak pada satu pihak yang berselisih, meskipun jelas siapa yang salah dan yang benar. 

Persoalan antar tetangga ini kadang menjadi runcing, karena keterlibatan pihak (tetangga) lain yang merupakan kelompok dari satu pihak untuk ikut-ikutan memanaskan situasi.

Sebagai ketua RT, jika ada laporan warga, saya tentu tidak bisa berpihak kepada salah satu pihak. Bukan hanya untuk menjaga perasaan dari masing-masing pihak, tetapi agar solusi yag hadir akan memuaskan pihak-pihak yang kebetulan bertikai dan yang paling penting adalah silahturahmi antar tetangga tetap terjalin bahkan kalau bisa menjadi lebih akrab lagi. 

Persoalan-persoalan antara tetangga ini kelihatan sepele, tetapi terkadang membuat pusing tujuh keliling. Menghadapi sifat dan karakter yang berbeda-beda, ada yang emosian, ada yang egoisnya minta ampun, sehingga persoalan yang seharusnya mudah justru menjadi rumit.

Suatu hari saya didatangi warga yang melapor jika si A dan si B bertengkar hebat, dikarenakan si A memasang semacam jaring penangkap sampah di selokan di bawah plat beton jalan masuk ke rumahnya. 

Jaring penangkap sampah yang terpasang itu memang cukup rapat sehingga sampah menumpuk dan bahkan air pun tak bisa lewat, yang jika hujan sedikit saja menyebabkan air meluber sebagian ke jalan, sebagian lagi ke rumah tetangga sebelahnya. Dan inilah yang memicu pertengkaran hebat antara mereka.

Keduanya datang membawa keluhannya ke rumah dengan sama-sama merasa benar. Kedua tetangga ini kesehariannya memang selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ada yang sebagai pedagang yang mulai pagi hingga malam tidak berada di rumah karena sibuk berdagang, yang satunya, suami istri yang berprofesi sebagai pegawai negeri yang juga cukup sibuk dengan pekerjaannya.

Nah, salah satu yang memang menjadi persoalan dalam bertetangga itu adalah jika komunikasi antar tetangga itu macet apalagi terputus sama sekali, pintu rumah bahkan pintu pagar pun selalu tertutup.

Terhadap kedua tetangga ini saya cuma bertanya, kapan terakhir kali kalian bertemu dan bercakap-cakap sebelum kalian bertengkar. Dan keduanya terdiam, tak bisa menjawab karena memang mereka sangat-sangat jarang berkomunikasi, padahal saling bersebelahan rumah, yang sebelah bikin pagar tinggi-tinggi hingga tidak bisa saling melihat antara mereka.

Saya bertanya kembali kepada mereka, sudah berapa hari raya kalian tidak saling mengunjungi antar tetangga untuk silahturahmi, mereka pun terdiam karena memang tidak pernah sama sekali melakukan itu.

Saya lalu mengingatkan kepada mereka, bahwa adat kebiasaan orang-orang tua kita adalah saling mengunjungi terkhusus di hari raya idul Fitri, dari satu rumah ke rumah yang lainnya untuk menjalin tali persaudaraan yang mungkin saja bisa putus karena tak pernah saling bersilahturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun