Memasuki semester kedua tahun ini, masyarakat direcoki dengan kabar tentang kenaikan berbagai harga barang komoditi. Mulai dari kenaikan harga mi instan dan komoditas pangan penting seperti harga telur, daging, ayam potong dll.Â
Begitu juga dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sudah ramai dibicarakan akan mengalami kenaikan di awal September ini, padahal harga minyak mentah di pasar dunia dikabarkan turun menyusul kebijakan negara-negara penghasil minyak untuk memangkas produksi mereka.
Kondisi ini tentu saja membuat banyak orang pusing kepala dalam mengatur kecukupan pendapatan. Gaji ASN yang sudah pasti tidak naik, begitu juga sektor pekerja swasta yang masih belum stabil dari pengaruh pandemi covid-19, tetapi harga-harga kebutuhan seolah tak mau kompromi, terus saja menanjak hingga terasa sudah mencekik rakyat kecil.
Kita mungkin menjadi orang yang termasuk cukup kesal dan prihatin dengan kondisi yang tidak mengenakkan di pertengahan tahun ini. Namun, tentu saja berkeluh kesah bukan jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan, bahkan bisa-bisa malah semakin rumit dan runyam.
Suka tidak suka, dan mau tidak mau kita dipaksa untuk harus beradaptasi dengan keadaan, agar kenaikan harga-harga dari berbagai kebutuhan itu tidak membuat kondisi keuangan dan kehidupan kita menjadi berantakan.Â
Meski semakin mencekik, kita sebagai rakyat masih memiliki kewajiban membantu pemerintah dengan cara mengencangkan ikat pinggang seperti kalimat imbauan di zaman orde baru saat terjadi resesi atau krisis, kita sebagai rakyat disuruh mengencang ikat pinggang.
Nah, yang jadi masalah, rakyat itu sudah tidak punya ikat pinggang. Jadi apa yag mau dikencangkan, wong ikat pinggang saja tidak ada, bahkan saking susahnya malah ada rakyat yang sudah tidak punya pinggang yang tersisa hanya tulang rusuk yang masih setia menyelimuti hati yang menyimpan semangat merah putih di dalamnya..
Dari informasi di televisi, kami menyaksikan betapa kenaikan harga telur di wilayah Jawa yang meroket hingga menembus harga diatas Rp 30.000, sudah membuat resah warga. Nah, bagaimana dengan kami di Kendari yang harga telur sudah menembus harga Rp 63.000 untuk telur ukuran kecil, dan Rp 65.000 untuk yang agak besar.
Terus, bagaimana dengan harga kebutuhan lainnya?Â