Di masa ini segala yang berbau orde baru adalah momok yang harus dihancurkan, segala keburukan yang ada selalu dilekatkan pada kebobrokan orde yang lalu, termasuk dengan program doktrinasi Pancasila zaman orde baru dihapuskan.Â
Apa yang menjadi musuh Pancasila di masa orde baru, kini bukan lagi hal yang tabu, bahkan kini sudah berani untuk berkoar dan ingin membalikkan fakta sejarah.
Di orde reformasi ini, kebebasan politik, kebebasan demokrasi betul-betul terbuka, jika di masa lalu kekuasaan politik itu mutlak berada di tangan pemerintah, kini bahkan rakyat pun seperti difasilitasi untuk turut serta dalam percaturan politik tingkat atas.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa di masa sekarang ini kehidupan berdemokrasi kita telah hampir mencapai titik terbaik dari pelaksanaan hak berdemokrasi bangsa kita, di mana bahkan anasir-anasir yang jelas-jelas melawan Pancasila dan Undang-Undang Dasar pun bisa bebas bersuara dan menyatakan pendapat nyelenehnya.
Namun meski demikian, kebebasan yang begitu terbuka ini juga menciptakan kutub-kutub baru yang justru semakin menajamkan perbedaan-perbedaan dan bisa saja di belakang hari akan menimbulkan persoalan besar yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk di level elit mungkin belum terlalu terbuka, namun di level grass root kebebasan telah memasuki fase yang boleh dikatakan kebablasan terutama di masa-masa jelang pemilihan umum. Di masa kini, orang-orang sudah begitu berani dan bebas mengusik sesuatu yang seharusnya menjadi hal yang tabu bagi rakyat negeri ini, yakni persoalan "agama".Â
Di mana saat ini kita bisa lihat bagaimana ada orang-orang yang begitu berani mengusik kritik apa yang menjadi wilayah ibadah agama seperti misalnya orang yang meminta pemerintah menghapus bebarapa surah dan ayat dalam Al Qur'an, ada yang mengusik pelaksanaan ibadah haji yang menurutnya sebaiknya tidak lagi perlu dilakukan karena pemborosan yang merugikan negara, sampai-sampai masalah shalat pun yang wajib lima waktu bagi kaum muslim dipertanyakan.
Penajaman friksi terutama pada kelompok agama tertentu jelas lebih terasa saat ini dan peran negara untuk menetralisir hal-hal ini terasa lemah dan bagi sebagian masyarakat dianggap tebang pilih.Â
Bagaimanapun tentang siapa yang "benar" dan siapa yang tidak, tentu saja yang berkuasalah yang menentukan. Jika demokrasi di negeri lain adalah sesuatu yang tidak boleh berat sebelah, namun di negeri ini justru demokrasi menjadi alat untuk memukul lawannya.
Mungkin banyak yang kini menyatakan saya Pancasila, saya NKRI, tetapi Pancasila bukan harus diletakkan di mulut rakyat, sebab rakyat ternyata bukan yang jadi hakim, bukan pula yang jadi jaksa.
Pancasila di masa kini sudah bisa terbang, sudah bisa menukik, tapi sayang belum bisa menerkam tujuan dan cita-citanya.