Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudah Siapkah Kita Menyambut dan Mengisi Ramadhan Mubarak?

19 Maret 2022   23:55 Diperbarui: 31 Maret 2022   21:01 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Tak ada bulan yang paling ditunggu dan dinantikan oleh umat muslim selain bulan Ramadhan. Bagi seorang muslim kedatangan bulan Ramadhan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang didalamnya Allah SWT menurunkan pengampunan, rahmat dan maghfirahnya.

Meski tidak terdapat doa-doa khusus menyambut Ramadhan yang shahih yang disampaikan oleh Nabi SAW. Namun para sahabat dari ulama tabi'-tabiin diriwayatkan telah berdoa menyambut Ramadhan jauh sebelum datangnya Ramadhan itu sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mu'alla bin Alfadhl ulama tabi"-tabiin yang mengatakan;

"Dulu para sahabat, selama 6 bulan sebelum datangnya Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah SWT agar mereka dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Kemudian, selama 6 bulan setelah Ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan."

Demikian pula salah satu doa yang sering kita dengar dipanjatkan oleh banyak umat muslim saat memasuki bulan Rajab, mereka berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan, padahal antara Rajab dan Ramadhan masih ada bulan Sya'ban, ini artinya mereka telah mempersiapkan diri dua bulan sebelum Ramadhan. Doa itu adalah:

"Allahumma Bariklana Fi Rajaba wa Sya'bana wa Ballighna Ramadhana." (Hadits Riwayat Ahmad: 2346 dan 2387) Yang artinya:

"Yaa Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan."

Nah, saat ini sudah memasuki pertengahan bulan Sya'ban. Sebentar lagi kita memasuki bulan mulia, bulan Ramadhan yang tentunya kita harus sudah punya persiapan yang mantap untuk menyambut datangnya bulan suci ini. 

Untuk meraih segala keberkahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT agar kita menjadi insan yang bertaqwa yang akan membawa islam sebagai rahmatan lil alamin.

Sudah siapkah kita memasuki bulan Ramadhan dan meraih segala keberkahan dan kemuliaan yang dijanjikan di dalamnya? 

Secara semangat, mungkin sebagian besar diantara kita sudah siap menyambut dan menjalaninya, namun secara hakikat kita mungkin perlu sama-sama mengintrospeksi diri betulkah kita telah siap memasuki bulan Ramadhan itu?

Yang pertama, yang perlu kita introspeksi adalah tentang "ilmu".

Salah satu persiapan yang perlu disiapkan dalam menyambut Ramadhan adalah ilmu, bahwa bulan Ramadhan itu bukan sekadar bulan puasa semata yang untuk menahan lapar, haus dan hawa nafsu, tetapi semua itu ada ilmunya tentang apa yang tidak boleh, apa yang makruh, apa yang sunnah serta banyak ibadah-ibadah "bonus" yang dilipatkan gandakan pahala dan ganjarannya.

Antusiasme umat dalam menjalankan ibadah puasa jika tidak disertai dengan ilmu tentu bisa menjadikan ibadah yang kita jalankan berakhir dengan kesia-siaan sebagaimana telah diingatkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ath Thobroniy).

Betapa banyak dari kita ketika memasuki bulan Ramadhan ilmu yang kita bawa masih sama dengan apa yang kita ketahui dari tahun kemarin atau bahkan masih sama dengan lima atau sepuluh tahun yang lalu. Cara kita berpuasa, cara kita mengisi hari-hari puasa dari pagi hingga malamnya tidak pernah berubah dari tahun-tahun sebelumnya.

Betapa meruginya kita, betapa bodohnya kita, jika sebulan penuh bersusah payah menjalankan ibadah puasa namun yang diperoleh hanyalah rasa lapar dan haus. 

Sudah selayaknyalah jika keluar dari bulan Ramadhan kita telah mencapai predikat insan yang bertaqwa, yakni orang yang dalam kehidupannya akan senantias istiqomah dalam kebaikan dan istiqomah dalam menghindari berbagai keburukan, yang dengan demikian akan menjadi pribadi-pribadi yang paripurna dalam sikap, tingkah, dan laku yang akan membawa kedamaian bagi seluruh alam dan isinya.

Yang kedua, yang perlu kita introspeksi adalah tentang "ekonomi". 

Kesiapan secara ekonomi dalam bulan Ramadhan merupakan sesuatu yang sangat penting, namun seringkali kita dapati disalahartikan oleh sebagian dari kita. Betapa banyak dari kita yang mempersiapkan materi lebih untuk kebutuhan pernak-pernik puasa seperti kebutuhan menu buka puasa, menu sahur, dan juga menu lebaran yang biasanya khusus dihidangkan. 

Begitu juga untuk kebutuhan memperindah rumah dengan cat yang baru, dengan perabotan yang baru, serta tak ketinggalan baju baru untuk perayaan hari raya Idul Fitri.

Semua itu sebenarnya tidak salah, jika kepentingan ibadah yang berkaitan dengan kemampuan ekonomi telah terpenuhi, seperti utamanya sedekah. Sudahkah kita memanfaatkan kemuliaan bulan Ramadhan dengan lebih banyak bersedekah daripada memenuhi kebutuhan-kebutuhan non primer kita.

Salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui jalan sedekah. Sebagaimana yang kita ketahui salah satu akhlak seorang mukmin, adalah dermawan. 

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta'ala, sebagaimana hadits:

"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk." (HR. Al Baihaqi).

Junjungan kita Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, adalah teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu anhuma:

"Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Quran. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus." (HR. Bukhari, no.6).

Yang ketiga yang perlu kita introspeksi adalah tentang "waktu". 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, didalamnya segala amal ibadah dilipatgandakan pahalanya, mengisi bulan Ramadhan tentu tidak saja hanya dengan ibadah shaum semata, tetapi didalamnya juga ada tadarus atau bacaan al Quran, ada shalat, baik itu shalat tarawih atau shalat qiyamul lail, shalat duha, shalat tasbih, shalat taubat dan lainnya yang semua dilipatgandakan pahalanya.

Ramadhan adalah anugerah mahal yang diberikan Allah SWT kepada kita. Jika kita bandingkan usia ummat Nabi Muhammad SAW dengan kaum-kaum Nabi-Nabi terdahulu memang terbilang singkat. Kaum Nabi Nuh, misalnya, yang diriwayatkan usia kaumnya mencapai ribuan tahun. 

Dengan usia yang panjang seperti itu tentu mereka punya kesempatan yang juga panjang untuk mengumpulkan kebajikan-kebajikan serta kesempatan untuk bertaubat atas segala kesalahan.

Tetapi bagaimana dengan kita ummat Rasulullah? Usia kita tidak sepanjang mereka. Oleh karenanya Ramadhan adalah salah satu jalannya yang dikaruniakan oleh Allah SWT. Apalagi, di dalam Ramadhan ada malam yang nilai pahalanya sama dengan kita beribadah selama seribu bulan. 

Dalam QS Al-Qadr ayat 3 Allah SWT berfirman, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." Inilah kemuliaan waktu yang harus kita usahakan mendapatkannya yang tentu saja harus dengan meningkatkan kuantitas dan kuailitas ibadah --ibadah kita.

Orang-orang yang memahami keistimewaan dari bulan Ramadhan ini tidak akan pernah punya alasan untuk mengabaikan setiap detik pun dari bulan Ramadhan berlalu dengan kesia-siaan dalam ibadah.

Tapi jujur saja, apakah kita telah betul-betul maksimal memanfaatkan setiap waktu yang kita miliki untuk mengisi Ramadhan kita? 

Sudahkah kita menyiapkan waktu khusus untuk membaca al Quran hingga bisa khatam setidaknya sekali dalam bulan Ramadhan, sudahkah kita menyiapkan waktu khusus untuk melaksanakan ibadah-ibadah shalat di malam hari.

Sementara bisa kita saksikan bagaimana mesjid-mesjid yang penuh di awal-awal Ramadhan dengan shaf yang penuh hingga ke belakang, lalu perlahan shaf-shafnya semakin maju ke depan saat telah memasuki akhir-akhir Ramadhan, dan yang ramai justru ada di mal-mal dan pusat-pusat perbelanjaan.

Demikian renungan introspeksi bagi saya pribadi dan mungkin juga bagi kita-kita yang bisa memahaminya semoga Ramadhan kali ini kita dapat meraih segala kemenangan dan kemuliaan yang ada di dalamnya dan menjadikan kita insan yang bertaqwa. Marhaban yaa Sahru Ramadhan.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun